Site icon Cenderawasih Pos

Aktif di Medsos Ibarat Pisau Bermata Dua, Tidak Hati-hati Bisa Melukai

Dirjen Informasi Kebijakan Publik Kemenkominfo saat mengelar kegiatan yang bertajuk 'Citizen Journalism untuk Generasi Muda' kepada anak-anak muda di PYCH, Jayapura, Rabu (7/8). (foto: Jimi/cepos)

Masa Depan Profesi Jurnalis di Tengah Berkembangnya Jurnalis Warga

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang jurnalis, Dirjen Informasi Kebijakan Publik Kemkominfo mengelar kegiatan yang bertajuk ‘Citizen Journalism untuk Generasi Muda’ kepada anak-anak muda di Papua Youth Creativity Hub (PYCH), Jayapura, Rabu (7/8).

Laporan: Jimianus Karlodi_Jayapura

Sejumlah delapan jurnalis nasional ikut dalam rombongan Kunjungan Jurnalis 2024 yang difasilitasi dari Kementerikan Komunikasi dan Informasi. Tiga diantaranya membagikan pengalaman pribadi mereka selama menjadi jurnalis  kepada generasi muda di Papua.

   Mereka itu adalah Anton Wahyu (Pimred Harian Yogya), Aldiro Syahrian (Kepala Biro Pikiran Rakyat Jakarta), dan Teuku M. Valdy (redaktur Kompas.Com). Ketiga jurnalis itu tampil bersama Prof. Dr. Drs. Avelinus Lefaan, akademisi Universitas Cenderawasih dengan dipandu Sekjen PYCH Mei Osok.

  Pimred Harian Yogya, Anton Wahyu dalam pemaparannya mengatakan bahwa jurnalis warga harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial dengan tidak ikut menyebarluaskan hoaks. Anton Wahyu dalam pemaparannya mengatakan bahwa jurnalis warga harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial dengan tidak ikut menyebarluaskan hoaks.

  “Saya sudah 24 tahun menjadi wartawan. Saat ini saya sering sharing tentang literasi, termasuk bagaimana melawan hoaks. Saat pemilu lalu jumlah hoaks juga meningkat. Saya berharap teman-teman berhati-hati menggunakan media sosial,” kata Anton Wahyu, dihadapan para peserta yang hadir.

  Pimred Harian Yogya itu, mengutarakan bahwa aktif di Sosmed itu diibaratkan pisau bermata dua karena kalau cara menggunakan tidak benar bisa melukai diri kita sendiri atau pun orang lain.

  “Kawan-kawan harus hati-hati saat upload di sosial media. Kalau kami wartawan ada aturan main. Menjadi wartawan harus tunduk Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, hingga pedoman media siber,” jelasnya.

  Anton mengakui bahwa sebagai wartawan pihaknya kalah cepat saat melaporkan berita dengan citizen journalism karena harus melengkapi berita terlebih dahulu. “Yang disampaikan media arus utama, harus aktual. Ada pedoman tentang bagaimana menulis berita kekerasan seksual. Banyak aturan main. Citizen journalism juga harus paham Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik,” ujar Pimred Harian Yogya itu.

   Sementara itu, editor Kompas.Com Teuku M. Valdy mengaku banyak menerima dan mengedit berita-berita Papua dari koresponden mulai berita paling biasa hingga masalah yang paling genting. “Pada sosmed jurnalisme warga menyinggung orang secara langsung dan ada konsekuensinya, sedangkan wartawan harus mendalami rumus jurnalistik 5 W plus 1 H,” katanya.

  Aldiro Syahrian, Kepala Biro Pikiran Rakyat Jakarta, memberikan motivasi kepada para peserta bahwa menjadi wartawan itu menarik sekali walaupun tantangannya juga banyak.

“Wartawan bisa bertemu presiden hingga menteri dan pada saat yang sama bisa ngobrol dengan tukang becak. Ini merupakan peristiwa yang sudah biasa dialami,” katanya.

   Kepala Biro Pikiran Rakyat mengatakan bahwa kota ini identik dengan pengembangan kreativitas, sehingga kata dia bisa diadopsi oleh kakak-kakak di Papua. “Era sosial media merupakan era keterbukaan. Kreativitas yang dilahirkan teman-teman bisa dikenal secara nasional dan internasional. Sosial media itu beragam. Perkembangan sosmed harus dibuat sebaik mungkin sehingga berdampak baik,” katanya.

   Di tempat yang sama, Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintah Dirjen IKP Kemenkominfo RI Agus Triyono, mengatakan mengatakan bahwa kunjungan jurnalis 2024 itu merupakan sebagai kunjungan balasan yang dilakukan oleh jurnalis Papua pada tahun 2022 lalu. Dia mengatakan kegiatan tersebut merupakan program Dirjen IKP Kemenkominfo RI.

  Ia jelaskan, pada tahun 2022 lalu ada sebanyak 10 jurnalis Papua yang di ajak ke Jogja dan Solo, pada tahun 2023 pihaknya  mengajak kurang lebih 10 jurnalis dari Papua Barat.

  “Jadi ini adalah program kami di tahun 2022, ada program kunjungan jurnalis, tetapi dari jurnalis Papua kita ajak ke jakarta, kita ajak ke Jogja dan Solo. Lalu pada tahun 2023 melakukan program yang sama kunjungan jurnalis. Ketika itu giliran jurnalis dari Papua Barat yang ke Jakarta dan Bandung,” diakui Agus.

   Jadi di tahun 2024 ini, Ia mengatakan giliran wartawan-wartawan nasional yang pernah di kunjungi oleh pihaknya diajak ke Jayapura untuk menemui sejumlah pimpinan media lokal yang ada di Kota Jayapura.

   Agus mengharapkan dengan adanya kegiatan itu peserta bisa melakukan sharing knowledge (berbagai ilmu pengetahuan)  bersama para jurnalis-jurnalis nasional. Karena menurutnya mencari atau meliput berita di Papua tidak mudah, karena memang multikultural, adat dan budaya yang masih cukup kental, dan kemudian dari aspek daerah yang susah di jangkauan.

  “Saya berharap anak-anak Papua bisa berkarier di dunia jurnalis, wartawan atau reporter Tv,” harapannya.

  Menurutnya pekerjaan jurnalis adalah pekerjaan yang mulia sekali, karena mencerdaskan masyarakat melalui informasi atau berita-berita yang dibuat. Yang pada akhirnya masyarakat menjadi paham banyak sekali pengetahuan.

  Ketua BEM FEB Uncen, Binus Kakyarmabin, selaku peserta dalam kegiatan itu mengaku, kegiatan ini  sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena bisa mendengar langsung hasil pemikiran dari para jurnalis pusat maupun lokal yang ada di Papua.

  “Kegiatan ini sangat baik, kita berharap kedepannya bisa melangkah ke forum yang lebih besar lagi. Mulai dari pemuda, besok bisa melibatkan pimpinan daerah juga, supaya bisa saling berinteraksi untuk menyampaikan informasi,” ungkap Binus saat di wawancara Cenderawasih Pos, Rabu (7/8).

  Menangapi teman-teman yang tidak ada yang bercita-cita jadi jurnalis, menurut Binus, pekerjaan jurnalis merupakan sebuah hobi, jadi tidak semua tidak menjadi jurnalis dan itu pilihan.

   “Jurnalis bagian dari pada hoby, jadi tidak semua akan menjadi jurnalis, tetapi menjadi jurnalis warga kami siap menjadi jurnalis dan itu menjadi pilihan juga,” ujarnya.

  Ia mengharapkan jurnalis di tanah papua baik itu media nasional maupun lokal agar dapat mengaudate apa pun yang terjadi di Papua benar-benar sesuai kenyataan yang ada. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version