Monday, November 25, 2024
25.7 C
Jayapura

Tidak Terawat, Kondisi Bangunan Memprihatinkan, Empat Bulan Tak Beroperasi

   Dijelaskannya bahwa RPH tersebut awalnya dibangun oleh Provinsi bukan Kota, dengan kapasitas pemotongan per harinya minimal 50 ekor sapi per harinya. Karena tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan, pada akhirnya Pemerintah Provinsi Papua menyerahkan RPH itu ke Pemerintah Kota Jayapura hingga saat ini, makanya sedikit terkendala.

   Sudah sekitar enam atau tujuh tahun terakhir ini, RPH di Kampung Yoka memang telah ditangani oleh Pemkot Jayapura. “Saya sudah lupa tahun berapa itu, sekitar enam atau tujuh tahun lah,”ujarnya

  Setelah pindah tanggung jawab ke pemerintah kota, kata Rumbarar, banyak kendala   yang muncul terjadi seperti jumlah sapi yang dipotong per harinya hanya bisa mendapatkan satu ekor Sapi.

   Di RPH ini sendiri memang ada aturan, untuk tidak memotong Sapi betina yang masih produktif. Hanya saja, masih ada oknum tertentu yang memanfaatkan itu dengan cara memotong sapi betina di luar RPH atau di tempat pemotongan yang lain.

Baca Juga :  Hindari Persoalan, KPU Harus Jeli Rekrut Anggota PPD 

   Padahal, bangunan RPH Yoka ini termasuk dalam golongan bangunan kelas tipe B, yang artinya bangunan yang bagus dilengkapi dengan berbagai jenis alat pemotongan yang cukup canggih.

   Dengan kondisi RPH sekarang ini, Rumbarar mengaku pihaknya  tetap berkomitmen untuk siap menyambut hari Raya Idul Adha,dan tetap bersedia apa bila ada yang berkeinginan untuk melakukan pemotongan kurbannya di RPH Kampung Yoka, itu tidak menjadi kendala.”Sekarangkan kita potongnya manual dulu, padahal kita alat potongnya mengunakan sistem,” ungkapnya.

  Menurutnya, potong dengan mengunakan sistem tidak terlalu efektif malahan anggarannya membengkak.  Di sisi lain, kata Rumbarar, petugas pemotongan lebih nyaman dengan cara manual ketimbang dengan mengunakan sistem.

Baca Juga :  Kampung Holtekamp Dorong Jadi Model Pengelolaan Dana Kampung

   “Karena kalau pakai sistem atau gergaji sekian kilo daging itu hilang, kalau potong manual ya semua bisa masuk,” jelasnya

  Rumbarar melanjutkan bahwa saat ini, pihaknya sedang berusaha dan telah membeli alat baru, tetapi belum ada satupun yang terpasang. “Alat-alat kami sudah pengadaan baru, sementara belum dipasang, kami sudah berusaha untuk membenahi,” katanya.

   Ia mempertimbangkan apabila alat pemotongan baru yang telah dibeli itu dipasang dan tidak sesuai dengan banyaknya sapi yang di otong akan menjadi kerugian bagi RPH.

Ia mengharapkan pemerintah untuk anggarkan dana secukupnya untuk RPH bisa beroperasi kembali normal. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

   Dijelaskannya bahwa RPH tersebut awalnya dibangun oleh Provinsi bukan Kota, dengan kapasitas pemotongan per harinya minimal 50 ekor sapi per harinya. Karena tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan, pada akhirnya Pemerintah Provinsi Papua menyerahkan RPH itu ke Pemerintah Kota Jayapura hingga saat ini, makanya sedikit terkendala.

   Sudah sekitar enam atau tujuh tahun terakhir ini, RPH di Kampung Yoka memang telah ditangani oleh Pemkot Jayapura. “Saya sudah lupa tahun berapa itu, sekitar enam atau tujuh tahun lah,”ujarnya

  Setelah pindah tanggung jawab ke pemerintah kota, kata Rumbarar, banyak kendala   yang muncul terjadi seperti jumlah sapi yang dipotong per harinya hanya bisa mendapatkan satu ekor Sapi.

   Di RPH ini sendiri memang ada aturan, untuk tidak memotong Sapi betina yang masih produktif. Hanya saja, masih ada oknum tertentu yang memanfaatkan itu dengan cara memotong sapi betina di luar RPH atau di tempat pemotongan yang lain.

Baca Juga :  Jelang Pemilu, Tindak Tegas Penjual Miras Ilegal

   Padahal, bangunan RPH Yoka ini termasuk dalam golongan bangunan kelas tipe B, yang artinya bangunan yang bagus dilengkapi dengan berbagai jenis alat pemotongan yang cukup canggih.

   Dengan kondisi RPH sekarang ini, Rumbarar mengaku pihaknya  tetap berkomitmen untuk siap menyambut hari Raya Idul Adha,dan tetap bersedia apa bila ada yang berkeinginan untuk melakukan pemotongan kurbannya di RPH Kampung Yoka, itu tidak menjadi kendala.”Sekarangkan kita potongnya manual dulu, padahal kita alat potongnya mengunakan sistem,” ungkapnya.

  Menurutnya, potong dengan mengunakan sistem tidak terlalu efektif malahan anggarannya membengkak.  Di sisi lain, kata Rumbarar, petugas pemotongan lebih nyaman dengan cara manual ketimbang dengan mengunakan sistem.

Baca Juga :  Sambal Terasi Khusus Buatan Ibunda Made untuk Megawati

   “Karena kalau pakai sistem atau gergaji sekian kilo daging itu hilang, kalau potong manual ya semua bisa masuk,” jelasnya

  Rumbarar melanjutkan bahwa saat ini, pihaknya sedang berusaha dan telah membeli alat baru, tetapi belum ada satupun yang terpasang. “Alat-alat kami sudah pengadaan baru, sementara belum dipasang, kami sudah berusaha untuk membenahi,” katanya.

   Ia mempertimbangkan apabila alat pemotongan baru yang telah dibeli itu dipasang dan tidak sesuai dengan banyaknya sapi yang di otong akan menjadi kerugian bagi RPH.

Ia mengharapkan pemerintah untuk anggarkan dana secukupnya untuk RPH bisa beroperasi kembali normal. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya