Salah satu hal yang paling mengusiknya adalah kekurangan dokter spesialis. Ia teringat arahan Bupati Jayapura yang meminta agar kejadian kekosongan dokter kandungan tidak lagi terulang.
Anton berjanji kepada dirinya sendiri bahwa rumah sakit daerah harus memiliki setidaknya lima dokter kandungan. Bahkan, ia sudah membayangkan langkah-langkah konkret untuk menghubungi para dokter dan membuka kerja sama baru. Tidak hanya bidang kebidanan, tetapi juga bedah dan ortopedi yang selama ini juga masih kekurangan.
Selama minggu-minggu berikutnya, ia mulai memperbaiki banyak hal. Manajemen rumah sakit diperintahkan untuk memantau setiap instalasi secara berkala. Setiap kendala harus dicatat, dianalisis, dan diselesaikan. Ia ingin pelayanan kesehatan di Jayapura tidak lagi reaktif, tetapi proaktif dan penuh kesiapan.
Salah satu program yang paling disorotnya adalah pelayanan bagi ibu hamil. Anton menyambut baik kebijakan Bupati Jayapura yang ingin membebaskan biaya persalinan bagi masyarakat asli Papua.
Dalam benaknya, ia bisa membayangkan wajah-wajah para ibu yang selama ini khawatir soal biaya rumah sakit. Dengan adanya Dana Otonomi Khusus, ia ingin memastikan bahwa setiap mama Papua yang memiliki KTP Kabupaten Jayapura dapat melahirkan tanpa harus memikirkan biaya.
Tak hanya persalinan, ia juga menata kembali layanan lain agar dapat digratiskan bagi masyarakat asli Papua. Selama tindakan masih bisa dilakukan di rumah sakit daerah. Namun, jika harus dirujuk ke luar, Anton sadar bahwa perlu ada jaringan kerja sama yang lebih kuat.
“Saat ini, sudah ada enam rumah sakit, termasuk RS Bhayangkara, yang siap bergabung dalam skema pelayanan baru yang lebih terintegrasi,”terangnya.
Salah satu hal yang paling mengusiknya adalah kekurangan dokter spesialis. Ia teringat arahan Bupati Jayapura yang meminta agar kejadian kekosongan dokter kandungan tidak lagi terulang.
Anton berjanji kepada dirinya sendiri bahwa rumah sakit daerah harus memiliki setidaknya lima dokter kandungan. Bahkan, ia sudah membayangkan langkah-langkah konkret untuk menghubungi para dokter dan membuka kerja sama baru. Tidak hanya bidang kebidanan, tetapi juga bedah dan ortopedi yang selama ini juga masih kekurangan.
Selama minggu-minggu berikutnya, ia mulai memperbaiki banyak hal. Manajemen rumah sakit diperintahkan untuk memantau setiap instalasi secara berkala. Setiap kendala harus dicatat, dianalisis, dan diselesaikan. Ia ingin pelayanan kesehatan di Jayapura tidak lagi reaktif, tetapi proaktif dan penuh kesiapan.
Salah satu program yang paling disorotnya adalah pelayanan bagi ibu hamil. Anton menyambut baik kebijakan Bupati Jayapura yang ingin membebaskan biaya persalinan bagi masyarakat asli Papua.
Dalam benaknya, ia bisa membayangkan wajah-wajah para ibu yang selama ini khawatir soal biaya rumah sakit. Dengan adanya Dana Otonomi Khusus, ia ingin memastikan bahwa setiap mama Papua yang memiliki KTP Kabupaten Jayapura dapat melahirkan tanpa harus memikirkan biaya.
Tak hanya persalinan, ia juga menata kembali layanan lain agar dapat digratiskan bagi masyarakat asli Papua. Selama tindakan masih bisa dilakukan di rumah sakit daerah. Namun, jika harus dirujuk ke luar, Anton sadar bahwa perlu ada jaringan kerja sama yang lebih kuat.
“Saat ini, sudah ada enam rumah sakit, termasuk RS Bhayangkara, yang siap bergabung dalam skema pelayanan baru yang lebih terintegrasi,”terangnya.