Thursday, July 10, 2025
22.7 C
Jayapura

Sempat Menjadi Alat Tukar Mas Kawin, Ada Gerabah Bisa Buat Tulang Ikan Lunak

Dikutip dari portalsains.org Penelitian Balai Arkeologi Papua di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Hari Suroto berhasil menemukan situs kampung lama Abar. Situs kampung lama Abar ini berada di tepi Danau Sentani, permukaan situs ditumbuhi rumput ilalang, lingkungan sekitar situs berupa hutan sagu, dan terdapat mata air. Hari Suroto peneliti Balai Arkeologi Papua mengatakan situs kampung lama Abar merupakan situs prasejarah.

Survei permukaan tanah di situs kampung Lama Abar, berhasil ditemukan pecahan gerabah. Hanya saja pecahan ini terbilang berbeda dengan gerabah yang dihasilkan oleh masyarakat Abar saat ini. Pecahan gerabah yang ditemukan di situs, terdapat dua jenis, berdinding tebal dan berdinding tipis. Gerabah berdinding tebal merupakan tempayan, pada masa lalu dipergunakan untuk menyimpan tepung sagu dan air.

Baca Juga :  Akan Tetapkan Jadwal Waktu Membuang Sampah bagi Masyarakat

“Saya generasi ke 17 jadi bisa dihitung sudah berapa lama gerabah ini mulai masuk dan dikenali warga,” kata Naftali Felle, salah satu tokoh masyarakat Kampung Abar yang juga Ketua Sanggar Titian Hidup saat ditemui, Sabtu (5/7). Naftali sendiri berusia 60 an tahun sehingga sejarah Gerabah ini bisa dipastikan sudah masuk sejak ratusan tahun lalu.

Kata Naftali gerabah dulunya justru dijadikan sebagai mas kawin. Itu dikarenakan ketija jaman dulu banyak warga kami yang tidak memiliki ekonomi yang bagus. “Jadi dulu ketika anak kami akan kawin atau mau masuk minta perempuan itu kami bawakan gerabah ini sebagai pengganti tomako batu dan situasi saat itu bisa dipahami pihak mempelai perempuan.

Baca Juga :  Dorong OAP Port Numbay Bisa Jadi Pemimpin dan Bantu Sukseskan 4 Program

Pembuatan gerabah di kampung ini telah berlangsung secara turun temurun dan menjadi warisan budaya yang masih dilestarikan. Awalnya, pembuatan gerabah hanya dilakukan oleh laki-laki bermarga Felle, namun seiring waktu, perempuan juga turut serta dalam proses pembuatannya. Dan jika dulu hanya dilakukan oleh mereka yang bermarga Felle, kini semua marga boleh melakukan.

Di Papua tradisi membuat gerabah ditemui di beberapa tempat, seperti di Kayu Batu (Jayapura), Abar (Sentani), Mansinam (Manokwari), Saberi (Sarmi), dan Kurudu (Teluk Cenderawasih). Akan tetapi yang masih bertahan/masih berlanjut produksinya dan dilestarikan hingga sekarang hanya berada di Abar, Sentani.

Dikutip dari portalsains.org Penelitian Balai Arkeologi Papua di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Hari Suroto berhasil menemukan situs kampung lama Abar. Situs kampung lama Abar ini berada di tepi Danau Sentani, permukaan situs ditumbuhi rumput ilalang, lingkungan sekitar situs berupa hutan sagu, dan terdapat mata air. Hari Suroto peneliti Balai Arkeologi Papua mengatakan situs kampung lama Abar merupakan situs prasejarah.

Survei permukaan tanah di situs kampung Lama Abar, berhasil ditemukan pecahan gerabah. Hanya saja pecahan ini terbilang berbeda dengan gerabah yang dihasilkan oleh masyarakat Abar saat ini. Pecahan gerabah yang ditemukan di situs, terdapat dua jenis, berdinding tebal dan berdinding tipis. Gerabah berdinding tebal merupakan tempayan, pada masa lalu dipergunakan untuk menyimpan tepung sagu dan air.

Baca Juga :  Biaya Pendakian Bisa Lebih Rp 100 Juta, "Serangan" Kerap Muncul Tanpa Diduga

“Saya generasi ke 17 jadi bisa dihitung sudah berapa lama gerabah ini mulai masuk dan dikenali warga,” kata Naftali Felle, salah satu tokoh masyarakat Kampung Abar yang juga Ketua Sanggar Titian Hidup saat ditemui, Sabtu (5/7). Naftali sendiri berusia 60 an tahun sehingga sejarah Gerabah ini bisa dipastikan sudah masuk sejak ratusan tahun lalu.

Kata Naftali gerabah dulunya justru dijadikan sebagai mas kawin. Itu dikarenakan ketija jaman dulu banyak warga kami yang tidak memiliki ekonomi yang bagus. “Jadi dulu ketika anak kami akan kawin atau mau masuk minta perempuan itu kami bawakan gerabah ini sebagai pengganti tomako batu dan situasi saat itu bisa dipahami pihak mempelai perempuan.

Baca Juga :  Untuk Cegah Korban Jalur Transportasi Sungai, Jalan Strategis Dibangun

Pembuatan gerabah di kampung ini telah berlangsung secara turun temurun dan menjadi warisan budaya yang masih dilestarikan. Awalnya, pembuatan gerabah hanya dilakukan oleh laki-laki bermarga Felle, namun seiring waktu, perempuan juga turut serta dalam proses pembuatannya. Dan jika dulu hanya dilakukan oleh mereka yang bermarga Felle, kini semua marga boleh melakukan.

Di Papua tradisi membuat gerabah ditemui di beberapa tempat, seperti di Kayu Batu (Jayapura), Abar (Sentani), Mansinam (Manokwari), Saberi (Sarmi), dan Kurudu (Teluk Cenderawasih). Akan tetapi yang masih bertahan/masih berlanjut produksinya dan dilestarikan hingga sekarang hanya berada di Abar, Sentani.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya