Rindu Suasana Tinggal di Panti, Sudah Satu Minggu Tidak Bisa Sekolah
Anak anak Panti Asuhan PETER yang kini tinggal di Pengungsian di SPN Polda Papua, Jumat (3/10) (foto:Karel/Cepos)
Menengok Anak-Anak Korban Kebakaran Panti Asuhan Peter di Pengungsian SPN Polda
Panti Asuhan Pembawa Terang (Peter) di Jalan Hanurata, Holtekamp, Distrik Muara Tami, terbakar pada Senin (29/9) lalu. Pasca kebakaran, kini, anak-anak yang kehilangan tempat tinggal itu harus menjalani hari-hari baru di pengungsian, di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Papua.
Laporan: Karolus Daot-Jayapura
Jumat (3/10) sore, suasana di salah satu gedung SPN Polda Papua tampak hidup. Anak-anak perempuan sibuk menyapu halaman dan merapikan tempat tidur, sementara anak-anak kecil berlarian riang di sekitar aula pengungsian. Di sudut lain, beberapa remaja laki-laki tampak bercanda sambil mencukur rambut teman-temannya menggunakan alat sederhana.
Kapolda Papua Irjen Pol Patrige Renwarin bersama jajarannya saat memberikan bantuan kepada anak anak Panti, di SPN Polda Papua, Rabu (1/10) (FOTO:Karel/Cepos
Tumpukan bantuan berupa makanan, minuman, dan pakaian dari berbagai komunitas serta organisasi kemanusiaan memenuhi ruang tamu. Di tengah kesibukan itu, para pengurus Yayasan tampak berbincang dengan tamu-tamu yang datang membawa bantuan bagi anak-anak korban kebakaran. Namun di balik tawa polos mereka, tersimpan kisah getir yang baru saja mereka alami.
Selinda Kogoya, salah satu anak panti, masih mengingat jelas detik-detik mengerikan malam kebakaran itu. Saat itu, mereka sedang doa malam sebelum tidur. “Tiba-tiba ada teriakan dari warga, katanya bagian belakang rumah sudah terbakar. Kami semua panik, langsung lari keluar,” jelas Selinda, gadis asal Wamena itu dengan suara lirih.
Menengok Anak-Anak Korban Kebakaran Panti Asuhan Peter di Pengungsian SPN Polda
Panti Asuhan Pembawa Terang (Peter) di Jalan Hanurata, Holtekamp, Distrik Muara Tami, terbakar pada Senin (29/9) lalu. Pasca kebakaran, kini, anak-anak yang kehilangan tempat tinggal itu harus menjalani hari-hari baru di pengungsian, di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Papua.
Laporan: Karolus Daot-Jayapura
Jumat (3/10) sore, suasana di salah satu gedung SPN Polda Papua tampak hidup. Anak-anak perempuan sibuk menyapu halaman dan merapikan tempat tidur, sementara anak-anak kecil berlarian riang di sekitar aula pengungsian. Di sudut lain, beberapa remaja laki-laki tampak bercanda sambil mencukur rambut teman-temannya menggunakan alat sederhana.
Kapolda Papua Irjen Pol Patrige Renwarin bersama jajarannya saat memberikan bantuan kepada anak anak Panti, di SPN Polda Papua, Rabu (1/10) (FOTO:Karel/Cepos
Tumpukan bantuan berupa makanan, minuman, dan pakaian dari berbagai komunitas serta organisasi kemanusiaan memenuhi ruang tamu. Di tengah kesibukan itu, para pengurus Yayasan tampak berbincang dengan tamu-tamu yang datang membawa bantuan bagi anak-anak korban kebakaran. Namun di balik tawa polos mereka, tersimpan kisah getir yang baru saja mereka alami.
Selinda Kogoya, salah satu anak panti, masih mengingat jelas detik-detik mengerikan malam kebakaran itu. Saat itu, mereka sedang doa malam sebelum tidur. “Tiba-tiba ada teriakan dari warga, katanya bagian belakang rumah sudah terbakar. Kami semua panik, langsung lari keluar,” jelas Selinda, gadis asal Wamena itu dengan suara lirih.