Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Banyak Terjadi Bencana Alam, Semua Diajak Untuk Berbenah Jaga Kelestarian Bumi

Upaya Badan Eksekutif  (BEM) Nusantara Membangun Kesadaran Peduli Lingkungan

Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023,  Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Gelar Nusantara Tanggap Iklim di Bumi Cenderawasih Papua. Kegiatan ini digelar dalam rangka  menanggapi dampak perubahan iklim yang sedang melanda dunia.

Laporan: Noel IU Wenda_Jayapura 

Membangun kesadaran untuk menjaga kelestarian memang menjadi tanggung jawab siapa saja yang tinggal di muka bumi ini. Sebab, kelestarian alam ini sangat menentukan keberlangsungan hidup umat manusia dan semua makhluk hidup di masa mendatang.

  Oleh karen aitu, dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup, BEM Nusantara mencoba melakukan kegiatan nyata dalam menjaga kelestarian alam. Dimana kegiatan  dikemas melalui beberapa kegiatan aksi pembacaan maklumat, tanam pohon mangrove, dan bersih – bersih sampah plastik di bumi Cenderawasih, tepatnya Teluk Youtefa Papua.

  “Jadi ada tiga kegiatan yang kami lakukan, yaitu pembacaan maklumat terhadap perubahan iklim, lalu aksi tanam pohon mangrove, dan terakhir aksi membersihkan sampah plastik,” ujar Salmon Wantik, koordinator aksi, Selasa (6/6).

  Menurut Salmon Wantik, kegiatan Nusantara Tanggap Iklim yang bertema. “Bumi Torang Jaga, Bumi Jaga Torang Semua” adalah bentuk refleksi bahwa daerah Papua merupakan paru-paru dunia yang dimiliki Indonesia. Sebagian besar dari pulau Papua adalah hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia saat ini.

  “Namun saat ini sedang terganggu, karena deforestasi atau pembukaan hutan yang dilakukan perusahan sawit dan penebangan hutan liar yang banyak. Ini akan berdampak pada iklim,” jelas pria yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Cenderawasih tersebut.

Baca Juga :  Polisi Izinkan Delegasi Aksi dari Sentani Bergabung ke Kota Jayapura

  Beberapa perusahaan di Papua seperti PT.  Freeport Indonesia, menurutnya,  aktifitasnya juga mempunyai dampak terhadap lingkungan. Hal itu, juga akhirnya berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat orang asli Papua terutama orang di daerah Timika.

  “Kebiasaan membuang sampah plastik dan limbah sembarangan juga salah satu persoalan perubahan iklim dan merusak rumah makhluk bawah laut, salah satunya perusakan bawah laut adalah di Teluk Youtefa yang hari ini masyarakat Nafri dan Engros ambil ikan dan jadi lauk sehari – hari,” ujarnya.

  Hal itu, menurut Salmon Wantik, sangat membahayakan suku Engros, Nafri dan masyarakat Kota Jayapura secara aktif makan ikan dari teluk ini. Pembuangan ini acap masuk ke teluk Youtefa, paling fatalnya mereka yang aktif makan ikan dari teluk Youtefa bisa mandul khusus perempuan.

   “Maka penanaman pohon mangrove dan membersihkan sampah plastik adalah salah satu cara selamatkan biota laut, selain itu perlu adanya tindakan segera dari Pemkot Jayapura menanganinya. Kami siap kawal dan evaluasi” pungkasnya.

  Sementara itu, Ahmad Faruuq selaku Koordinator Pusat BEM Nusantara pada pembacaan maklumat menyampaikan bahwa periode tahun 2022 hingga 2023 saja, sudah banyak kejadian bencana alam di berbagai daerah. Salah satunya juga banyak terjadi di daerah Papua. Olehnya BEM Nusantara mengajak berbenah dan menjaga kelestarian bumi.

Baca Juga :  Jangan Ada Kesan Pembiaran, Siapkan Reward dan Punishment

  “Kami mengajak semuanya untuk turut menjaga kelestarian lingkungan agar bumi kita layak huni, sebagaimana tema kita ‘Bumi Torang Jaga, Bumi Jaga Torang Semua’ jadi semua ada pada diri kita maunya bagaimana dengan bumi ini” kata Ahmad Faruuq.

   Berikut maklumat BEM Nusantara pada beberapa elemen penting terkait perubahan iklim yaitu, mengimbau bangsa pemerintah dan rakyat Indonesia untuk mencegah ancaman perubahan iklim. Indonesia harus mengambil bagian penting dalam upaya global untuk terus menjaga kenaikan suhu bumi hanya sekitar 1,5 derajat celcius sesuai dengan Perjanjian Paris tahun 2015.

  Selain itu,  BEM mengimbau pemerintah untuk menetapkan target baru yang berdasarkan data ilmiah dan selaras dengan langkah dunia, yaitu menurunkan 50 persen emisi nasional pada tahun 2030 mendatang dan mencapai net zero emission di tahun 2050.

  “Ketiga, mengimbau konsep net zero emission harus menjadi jargon publik dan politik yang merakyat yang disuarakan secara kolektif dan secara konsisten. Mengingat perubahan iklim merupakan tantangan terbesar bagi masa depan umat manusia dan sistem pendukung kehidupan yang membuat dunia kita layak huni. Maka, BEM Nusantara juga mengimbau kepada seluruh mahasiswa di Indonesia agar turut peduli terhadap perubahan iklim,” pungkas Ahmad Faruuq, (*/tri)

Upaya Badan Eksekutif  (BEM) Nusantara Membangun Kesadaran Peduli Lingkungan

Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023,  Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Gelar Nusantara Tanggap Iklim di Bumi Cenderawasih Papua. Kegiatan ini digelar dalam rangka  menanggapi dampak perubahan iklim yang sedang melanda dunia.

Laporan: Noel IU Wenda_Jayapura 

Membangun kesadaran untuk menjaga kelestarian memang menjadi tanggung jawab siapa saja yang tinggal di muka bumi ini. Sebab, kelestarian alam ini sangat menentukan keberlangsungan hidup umat manusia dan semua makhluk hidup di masa mendatang.

  Oleh karen aitu, dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup, BEM Nusantara mencoba melakukan kegiatan nyata dalam menjaga kelestarian alam. Dimana kegiatan  dikemas melalui beberapa kegiatan aksi pembacaan maklumat, tanam pohon mangrove, dan bersih – bersih sampah plastik di bumi Cenderawasih, tepatnya Teluk Youtefa Papua.

  “Jadi ada tiga kegiatan yang kami lakukan, yaitu pembacaan maklumat terhadap perubahan iklim, lalu aksi tanam pohon mangrove, dan terakhir aksi membersihkan sampah plastik,” ujar Salmon Wantik, koordinator aksi, Selasa (6/6).

  Menurut Salmon Wantik, kegiatan Nusantara Tanggap Iklim yang bertema. “Bumi Torang Jaga, Bumi Jaga Torang Semua” adalah bentuk refleksi bahwa daerah Papua merupakan paru-paru dunia yang dimiliki Indonesia. Sebagian besar dari pulau Papua adalah hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia saat ini.

  “Namun saat ini sedang terganggu, karena deforestasi atau pembukaan hutan yang dilakukan perusahan sawit dan penebangan hutan liar yang banyak. Ini akan berdampak pada iklim,” jelas pria yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Cenderawasih tersebut.

Baca Juga :  Sambut Hari Kopri, Pemprov Gelar Berbagai Kegiatan

  Beberapa perusahaan di Papua seperti PT.  Freeport Indonesia, menurutnya,  aktifitasnya juga mempunyai dampak terhadap lingkungan. Hal itu, juga akhirnya berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat orang asli Papua terutama orang di daerah Timika.

  “Kebiasaan membuang sampah plastik dan limbah sembarangan juga salah satu persoalan perubahan iklim dan merusak rumah makhluk bawah laut, salah satunya perusakan bawah laut adalah di Teluk Youtefa yang hari ini masyarakat Nafri dan Engros ambil ikan dan jadi lauk sehari – hari,” ujarnya.

  Hal itu, menurut Salmon Wantik, sangat membahayakan suku Engros, Nafri dan masyarakat Kota Jayapura secara aktif makan ikan dari teluk ini. Pembuangan ini acap masuk ke teluk Youtefa, paling fatalnya mereka yang aktif makan ikan dari teluk Youtefa bisa mandul khusus perempuan.

   “Maka penanaman pohon mangrove dan membersihkan sampah plastik adalah salah satu cara selamatkan biota laut, selain itu perlu adanya tindakan segera dari Pemkot Jayapura menanganinya. Kami siap kawal dan evaluasi” pungkasnya.

  Sementara itu, Ahmad Faruuq selaku Koordinator Pusat BEM Nusantara pada pembacaan maklumat menyampaikan bahwa periode tahun 2022 hingga 2023 saja, sudah banyak kejadian bencana alam di berbagai daerah. Salah satunya juga banyak terjadi di daerah Papua. Olehnya BEM Nusantara mengajak berbenah dan menjaga kelestarian bumi.

Baca Juga :  Dipastikan Raperda Otsus Kota Jayapura Bakal Disahkan Tahun ini

  “Kami mengajak semuanya untuk turut menjaga kelestarian lingkungan agar bumi kita layak huni, sebagaimana tema kita ‘Bumi Torang Jaga, Bumi Jaga Torang Semua’ jadi semua ada pada diri kita maunya bagaimana dengan bumi ini” kata Ahmad Faruuq.

   Berikut maklumat BEM Nusantara pada beberapa elemen penting terkait perubahan iklim yaitu, mengimbau bangsa pemerintah dan rakyat Indonesia untuk mencegah ancaman perubahan iklim. Indonesia harus mengambil bagian penting dalam upaya global untuk terus menjaga kenaikan suhu bumi hanya sekitar 1,5 derajat celcius sesuai dengan Perjanjian Paris tahun 2015.

  Selain itu,  BEM mengimbau pemerintah untuk menetapkan target baru yang berdasarkan data ilmiah dan selaras dengan langkah dunia, yaitu menurunkan 50 persen emisi nasional pada tahun 2030 mendatang dan mencapai net zero emission di tahun 2050.

  “Ketiga, mengimbau konsep net zero emission harus menjadi jargon publik dan politik yang merakyat yang disuarakan secara kolektif dan secara konsisten. Mengingat perubahan iklim merupakan tantangan terbesar bagi masa depan umat manusia dan sistem pendukung kehidupan yang membuat dunia kita layak huni. Maka, BEM Nusantara juga mengimbau kepada seluruh mahasiswa di Indonesia agar turut peduli terhadap perubahan iklim,” pungkas Ahmad Faruuq, (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya