Tuesday, June 17, 2025
24.7 C
Jayapura

Dibangun Tahun 1943 Oleh Para Buruh, Kini Miliki Tradisi Berdoa Saat Asar

“Itu tradisi kita sejak dulu dan masih kita pertahankan, warga khususnya muslim yang ada di sekitar masjid kita undang untuk mengirimkan doa kepada mereka yang sudah tiada atau yang masih hidup,” ungkap pria 51 tahun ini. Masjid Jami juga masih mempertahankan salat tarawih dan witir sebanyak 23 rakaat, dan ini mulai diterapkan sejak masjid ini dibangun 82 tahun silam.

“Sudah turun-temurun di sini melaksanakan salat tarawih dan witir 23 rakaat, sementara masjid lainnya rata-rata 11 rakaat,” ucapnya. Rata-rata, jamaah di Masjid Jami berdatangan dari Polimak, APO, Dok IX. Usia mereka sudah sepuh, mereka adalah orang lama yang dulunya pernah menjadi siswa atau santri disini.

Baca Juga :  Miliki 784 Sekolah dengan 5.984 Guru, Berkontribusi Cetak SDM dan Pemimpin

“Orang yang salat dengan 23 rakaat rata-rata usia sepuh ketimbang anak muda, bahkan mereka masih sanggup menapaki setiap anak tangga,” ujarnya. Kegiatan lainnya selama Ramadan adalah ada buka puasa bersama. Warga sekitar masjid yang menyediakan menu takjilnya, setiap hari dijadwalkan empat kepala keluarga yang menyediakan menu berbuka puasa.

“Dengan harapan kita bisa menjalin silaturahmi di tengah kesibukan masing-masing,” imbuhnya. Lalu seusai salat tarawih dan witir, dilakukan khatam quran bersama ibu-ibu dan bapak-bapak yang hadir saat itu. “Ini jadi antusias bagi orang tua yang ingin belajar ngaji,” ucapnya.  Terlepas dari aktivitas selama Ramadan, Masjid Jami dibangun sejak tahun 1943 oleh buruh yang berasal dari Buton, Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, dan Salawati.

Baca Juga :  Pemerintah Provinsi Segera Bentuk Perda Tentang Kendaraan Online

Semula, bangunan masjid hanya terdiri dari satu lantai di atas lahan seluas 1.440 meter persegi dengan atap dari seng dan kubah berbentuk limas, seperti umumnya masjid di Jawa ketika itu. Lalu, bangunan masjid direhab pertama kalinya pada tahun 1980 dengan bantuan Bazis. Syaiful berkisah, proses rehab dilakukan lantaran bocornya sebagian atap masjid.Dan pada tahun 2000, berdirilah pembangunan SMP Nurul Huda Ma’rif dan sekaligus membangun Masjid Jami yang awalnya berada di lantai satu kemudian ditempatkan di lantai tiga.

“Itu tradisi kita sejak dulu dan masih kita pertahankan, warga khususnya muslim yang ada di sekitar masjid kita undang untuk mengirimkan doa kepada mereka yang sudah tiada atau yang masih hidup,” ungkap pria 51 tahun ini. Masjid Jami juga masih mempertahankan salat tarawih dan witir sebanyak 23 rakaat, dan ini mulai diterapkan sejak masjid ini dibangun 82 tahun silam.

“Sudah turun-temurun di sini melaksanakan salat tarawih dan witir 23 rakaat, sementara masjid lainnya rata-rata 11 rakaat,” ucapnya. Rata-rata, jamaah di Masjid Jami berdatangan dari Polimak, APO, Dok IX. Usia mereka sudah sepuh, mereka adalah orang lama yang dulunya pernah menjadi siswa atau santri disini.

Baca Juga :  Sejumlah Komoditas Alami Deflasi

“Orang yang salat dengan 23 rakaat rata-rata usia sepuh ketimbang anak muda, bahkan mereka masih sanggup menapaki setiap anak tangga,” ujarnya. Kegiatan lainnya selama Ramadan adalah ada buka puasa bersama. Warga sekitar masjid yang menyediakan menu takjilnya, setiap hari dijadwalkan empat kepala keluarga yang menyediakan menu berbuka puasa.

“Dengan harapan kita bisa menjalin silaturahmi di tengah kesibukan masing-masing,” imbuhnya. Lalu seusai salat tarawih dan witir, dilakukan khatam quran bersama ibu-ibu dan bapak-bapak yang hadir saat itu. “Ini jadi antusias bagi orang tua yang ingin belajar ngaji,” ucapnya.  Terlepas dari aktivitas selama Ramadan, Masjid Jami dibangun sejak tahun 1943 oleh buruh yang berasal dari Buton, Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, dan Salawati.

Baca Juga :  Pilih Pulang Kembali, Karena Tidak Dapat Perhatian, Akses Pendidikan pun Sulit

Semula, bangunan masjid hanya terdiri dari satu lantai di atas lahan seluas 1.440 meter persegi dengan atap dari seng dan kubah berbentuk limas, seperti umumnya masjid di Jawa ketika itu. Lalu, bangunan masjid direhab pertama kalinya pada tahun 1980 dengan bantuan Bazis. Syaiful berkisah, proses rehab dilakukan lantaran bocornya sebagian atap masjid.Dan pada tahun 2000, berdirilah pembangunan SMP Nurul Huda Ma’rif dan sekaligus membangun Masjid Jami yang awalnya berada di lantai satu kemudian ditempatkan di lantai tiga.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya