Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Pasca 4 Bulan Proses Sasi, Pantai Ditaburi Ramuan, Ikan pun Melompat-lompat

Adat Wampasi Snap Mor dan Buka Sasi di Kampung Ramdori di Biak Numfor

Untuk melestarikan alam yang menjadi sumber penghidupan, masyarakat di Biak Numfor, khususnya di Kampung Ramdori Distrik Swandiwe memiliki kearifan lokal yang dikenal dengan Adat Wampasi Snap dan penerapan adat Sasi. Lantas seperti apa pelaksanaannya?

Laporan:  Ismail-Biak Numfor

Penutupan Munara Wampasi di Festival wisata di Biak Numfor kali ini, Kamis (4/7), ditandai dengan pelaksanaan Snap Mor dilakukan di Kampung Ramdori, Distrik Swandiwe. Persiapan sudah dilakukan panitia yang merupakan gabungan Jemaat di Klasis Biak Barat. Tarian penyambutan, lapak-lapak UMKM, hingga ada yang menjual tongkat ‘Kalawai’ dan perangkat lain yang biasa digunakan untuk snap mor, menombak ikan,  sudah disediakan.

  Pihak gereja dan masyarakat Desa Ramdori dan sekitar Distrik Swandiwe dan sekitarnya, sudah sepakat sejak tanggal 1 Maret 2024 lalu, tidak melakukan aktivitas menangkap ikan di wilayah pesisir pantai. Ritual yang mereka sebut ‘Sasi’ ini, disepakati oleh seluruh warga desa dan jemaat.

  Hal itu dimaksudkan, agar saat ritual ‘Sasi’ ini digelar, ekosistem pantai berkembang lebih baik lagi, diperbaiki oleh alam disekitar. Lalu pertanyaannya, bagaimana warga masyarakat pesisir, melangsungkan hidup mereka yang mayoritas adalah nelayan? Mereka pun dengan sukarela harus mencari lebih jauh, untuk menangkap ikan, tanpa mengganggu proses sasi yang dilakukan di sekitar pesisir Pantai Kampung Ramdori.

Baca Juga :  Asosiasi Kepala Desa Biak Bantah Isu Bupati Minta Uang Pada Kades Guna STC

   Sasi dalam bahasa Biak, ibarat puasa untuk tidak melakukan penangkapan ikan, bagi manusia. Biarkan alam berproses sebagaimana mestinya. Selama masa recovery alam 4 bulan ini, tentu akan tumbuh dan berkembang dan ikan merasa lebih nyaman bermain di pinggiran.

   “Masyarakat sudah tidak sabar lagi menunggu. Air surut sudah ‘meti jauh’, “ ujar Bapa Asaribab, pria paro baya yang memegang dua tongkat snipernya, yang siap menombak ikan, dan tas noken dipundaknya, tampak tak sabar untuk segera turun ke laut.

  Waktu menunjukkan pukul 11.00 siang, sudah hampir tengah hari, dan air surut total sudah nampak. Masyarakat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang hanya beberapa jam ini untuk dilewatkan. Karena jika air pasang naik kembali, maka kesempatan untuk melakukan snap mor bersuka cita menombak ikan, yang terperangkap di air surut akan perlahan akan terlewatkan. ‘Ritual Sasi’ harus dibuka.

Baca Juga :  Angka Penularan HIV AIDS di Biak Tertinggi ke 2 se-Provinsi Papua
Proses Snap Mor oleh warga masyarakat yang memenuhi bibir Pantai Kampung Ramdori

   Para pendeta dan majelis jemaat Ramdori mulai berinisiatif, untuk melakukan prosesi adat buka Sasi. Tiga orang pendeta, diantar dengan motor Jhonson sedikit ke tengah pantai. Doa dipanjatkan. Memohon maaf seraya mengucap syukur atas limpahan berkat yang diberikan hari itu.

   Suasana sakral dan seluruh pengunjung, tamu undangan terhenyak mendengarkan lantunan doa yang dipanjatkan di atas perahu, seraya mengangkat kedua tangan. 7 Orang majelis pendeta dan penatua lainnya menunggu di pesisir berdiri dan turut berdoa.

  Jauh dari pesisir, ternyata, sejumlah kelompok masyarakat juga membuat ramuan, sejenis potas alami. Ramuan yang bisa  membuat ikan mabuk dan sempoyongan, lompat-lompat ke permukaan pantai. Terbuat dari tanah liat, akar daun tuba, atau daun keladi gatal, sedikit cabe rawit, diikat menjadi satu dalam kain. Kemudian, dibungkus dan dibawa ke laut.

Adat Wampasi Snap Mor dan Buka Sasi di Kampung Ramdori di Biak Numfor

Untuk melestarikan alam yang menjadi sumber penghidupan, masyarakat di Biak Numfor, khususnya di Kampung Ramdori Distrik Swandiwe memiliki kearifan lokal yang dikenal dengan Adat Wampasi Snap dan penerapan adat Sasi. Lantas seperti apa pelaksanaannya?

Laporan:  Ismail-Biak Numfor

Penutupan Munara Wampasi di Festival wisata di Biak Numfor kali ini, Kamis (4/7), ditandai dengan pelaksanaan Snap Mor dilakukan di Kampung Ramdori, Distrik Swandiwe. Persiapan sudah dilakukan panitia yang merupakan gabungan Jemaat di Klasis Biak Barat. Tarian penyambutan, lapak-lapak UMKM, hingga ada yang menjual tongkat ‘Kalawai’ dan perangkat lain yang biasa digunakan untuk snap mor, menombak ikan,  sudah disediakan.

  Pihak gereja dan masyarakat Desa Ramdori dan sekitar Distrik Swandiwe dan sekitarnya, sudah sepakat sejak tanggal 1 Maret 2024 lalu, tidak melakukan aktivitas menangkap ikan di wilayah pesisir pantai. Ritual yang mereka sebut ‘Sasi’ ini, disepakati oleh seluruh warga desa dan jemaat.

  Hal itu dimaksudkan, agar saat ritual ‘Sasi’ ini digelar, ekosistem pantai berkembang lebih baik lagi, diperbaiki oleh alam disekitar. Lalu pertanyaannya, bagaimana warga masyarakat pesisir, melangsungkan hidup mereka yang mayoritas adalah nelayan? Mereka pun dengan sukarela harus mencari lebih jauh, untuk menangkap ikan, tanpa mengganggu proses sasi yang dilakukan di sekitar pesisir Pantai Kampung Ramdori.

Baca Juga :  Gandeng ISBI Bandung, Berharap Tampilan Seni Bila Lebih Variatif

   Sasi dalam bahasa Biak, ibarat puasa untuk tidak melakukan penangkapan ikan, bagi manusia. Biarkan alam berproses sebagaimana mestinya. Selama masa recovery alam 4 bulan ini, tentu akan tumbuh dan berkembang dan ikan merasa lebih nyaman bermain di pinggiran.

   “Masyarakat sudah tidak sabar lagi menunggu. Air surut sudah ‘meti jauh’, “ ujar Bapa Asaribab, pria paro baya yang memegang dua tongkat snipernya, yang siap menombak ikan, dan tas noken dipundaknya, tampak tak sabar untuk segera turun ke laut.

  Waktu menunjukkan pukul 11.00 siang, sudah hampir tengah hari, dan air surut total sudah nampak. Masyarakat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang hanya beberapa jam ini untuk dilewatkan. Karena jika air pasang naik kembali, maka kesempatan untuk melakukan snap mor bersuka cita menombak ikan, yang terperangkap di air surut akan perlahan akan terlewatkan. ‘Ritual Sasi’ harus dibuka.

Baca Juga :  Mobilitas  Masyarakat Terhambat, Anak Sekolah pun Binggung Mau Naik Apa
Proses Snap Mor oleh warga masyarakat yang memenuhi bibir Pantai Kampung Ramdori

   Para pendeta dan majelis jemaat Ramdori mulai berinisiatif, untuk melakukan prosesi adat buka Sasi. Tiga orang pendeta, diantar dengan motor Jhonson sedikit ke tengah pantai. Doa dipanjatkan. Memohon maaf seraya mengucap syukur atas limpahan berkat yang diberikan hari itu.

   Suasana sakral dan seluruh pengunjung, tamu undangan terhenyak mendengarkan lantunan doa yang dipanjatkan di atas perahu, seraya mengangkat kedua tangan. 7 Orang majelis pendeta dan penatua lainnya menunggu di pesisir berdiri dan turut berdoa.

  Jauh dari pesisir, ternyata, sejumlah kelompok masyarakat juga membuat ramuan, sejenis potas alami. Ramuan yang bisa  membuat ikan mabuk dan sempoyongan, lompat-lompat ke permukaan pantai. Terbuat dari tanah liat, akar daun tuba, atau daun keladi gatal, sedikit cabe rawit, diikat menjadi satu dalam kain. Kemudian, dibungkus dan dibawa ke laut.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya