Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Di Kamar Mandi Juga Main Lato-lato, Mampu Kalahkan Pesaing yang Lebih Besar

Dipta Erziathisar Sayuri Peraih Juara 1 Lomba Lato-lato di HUT Ke- 30 Cepos

Untuk menyalurkan hobi anak-anak dalam bermain lato-lato, Cenderawasih Pos dalam HUT ke-30 kali ini mengakomodir lomba lato-lato tingkat SD dan SMP. Menariknya, Dipta Erziathisar Sayuri siswa kelas II SD Kartika Jayapura ini mampu mengalahkan pesaing yang hampir mencapai 100 anak. Lantas seperti apa persiapan dan kesan setelah menjadi juara lato-lato ini?

Laporan: Priyadi-Jayapura

Sabtu (4/3) pagi, waktu mendekati pukul 09.00 WIT. Sejumlah anak-anak didampingi orang tua maupun guru sekolah,  mulai berdatangan di Gedung Graha Pena Cepos di jalan Balai Kota Entrop. Dari tangan anak-anak ini, tak pernah berhenti dua benda bulat yang terus dibunyikan.

  Ya suara khas lato-lato ini bersahut-sahutan, saat panitia mulai mendaftar ulang para peserta lomba lato-lato ini.  Tercataat ada 95 orang terdiri dari siswa SD hingga SMP yang mendaftar. Paling dominan mengikuti lato-lato  memang anak-anak SD se-Kota Jayapura.

  Usai Daftar ualng, para peserta ini kemudian di bagian tiap kelompok 10 orang untuk mengikuti babak penyisihan. Namun sebelum itu, semua peserta melakukan pemanasan sekaligus parade lato-lato di halaman Graha Pena Papua. Suara serentak lato-lato, menggema dimainkan anak-anak. Tidak hanya laki-laki, banyak juga anak perempuan yang ikut lomba ini.

   Dari babak penyisihan, dari setiap kelompok diambil satu anak yang bertahan paling akhir dengan lato-latonya baik dari sisi ketahanan maupun style atau gaya yang harus dimainkan sesuai arahan juri. Setelah itu, masing-masih yang lolos babak penyisihan diadu dalam babak final.

   Meski cuaca cukup terik, namun tidak mengurangi semangat dari 9 peserta yang berhasil lolos di babak final. Dari peserta babak final ini, dicari untuk  juara 1, 2, 3 dan juara harapan 1, 2 dan 3. Dari babak final ini, satu persatu peserta berguguran, saat juri mengarahkan gaya bermain lato-lato. Paling susah, atau yang sering gagal saat perpindahan gaya helicopter, lato-lato banyak yang terkulai.

  Suasana makin riuh, saat peserta tinggal tiga orang, salah satunya perempuan.  Hingga akhirnya, akhirnya Dipta Erziathisar Sayuri, bocah laki-laki dari SD Kartika 61 Jayapura  tampil sebagai juara. Semua tak mengira bahwa, anak dengan postur badan paling kecil ini yang bertahan paling terakhir dengan permainan lato-latonya.

Baca Juga :  Banyak Kepala Kampung Belum Paham Administrasi

  Sontak saat dinyatakan sebagai juara, Dipta langsung diangkat ke udara dan disambut tepuk tangan meriah para peserta dan penonton.

   

   Saat ditemui Cenderawasih Ppos, Dipta mengaku  sangat senang dan bangga bisa menjadi juara 1 lomba lato lato dengan penilaian ketahanan dan style. Anak yang baru duduk di bangku kelas II SD ini  mengaku tidak berpikir untuk jadi juara, ia hanya ingin bermain lato-lato dengan abik.

  Sebab, saingannya begitu berat karena banyak yang bisa main lato-lato.  Namun karena dukungan dari guru dan orang tuanya ia terus berusaha semaksimal mungkin, walaupun saat masih menuju final ia berhadapan langsung dengan pesaingnya yang badannya jauh lebih besar dan diminta saling berhadap-hadapan sambil mendengar perintah wasit untuk memainkan gaya ia tetap tenang dan santai.

   Dipta yang  tinggal di Menara Jaya polimak, ia mengaku, sebelum mengikuti lomba lato-lato di  Cepos, sekolahnya terlebih dahulu melakukan seleksi dan diambil 5 terbaik untuk diwakilkan ikut lomba lato-lato di Cepos akhirnya bersyukur bisa menjadi juara 1.

  “Saya belajar lato-lato sudah sekira 1 tahun ini, saya bagi waktu antara sekolah dan main lato-lato, saya sering main lato-lato saat di rumah saja, bahkan saya bisa bawa lato-lato di kamar mandi dan memainkannya dan di tempat tidur juga saya bawa,’’katanya.

   Dipta mengaku, hadiah juara 1 sebesar Rp 1.750.000 ia tidak tahu, karena yang mendaftarkan dari sekolah dan ia mengaku tetap berlatih memainkan lato-lato hingga bisa banyak gaya.

   Selaku guru pendamping Hastuti mengaku, memang adanya lomba lato-lato di Cepos pihak sekolah sangat tertarik dan ingin mengikuti lomba. Akhirnya ada beberapa anak diseleksi siapa yang pintar bermain lato-lato akan didaftarkan sekolah dan akhirnya ada 5 siswa yang berhasil lulus seleksi lalu didaftarkan ke Cepos.

Baca Juga :  Surat yang Masuk ke Bupati Wajib Dimasukkan dalam Noken Asli

   “Kita memang seleksi dulu siswa yang ikut lomba lato-lato di Cepos dan kita dapat 5 siswa salah satunya Dipta, kemudian kita daftarkan. Memang sebelumnya tanpa sepengetahuan orang tua, tapi pada saat lomba kita kasih tahu orang tuanya bisa hadir untuk memberikan motivasi dan kami bersyukur ternyata salah satu siswa kami bisa menjadi juara 1 lomba lato-lato walaupun di lomba lainnya tidak ada,’’ungkapnya.

 Ia juga bercerita sebelumnya pada hari Jumat ia dan 5 siswanya sudah datang ke Kantor Cepos karena ia kira lomba dilaksanakan hari Jumat, padahal di hari Sabtu, akhirnya ia bersama dengan muridnya kembali datang di hari Sabtu pagi dan mengikuti lomba lato-lato.

   Saat melihat peserta didiknya main lato-lato ia juga sempat panik dan tegang karena jumlah pesertanya banyak dan aturan lomba juga sulit. Karena tidak hanya ketahanan saja, namun juga menunggu perintah untuk memainkan gaya jadi di sini banyak peserta yang gugur tapi bersyukur Dipta masih bisa lolos babak penyisihan dan langsung ikut final tentu ini hal yang sangat luar biasa.

  Sementara itu, Sukma, ibu Dipta, mengakui, anaknya bermain lato-lato sudah 1 tahun yang lalu, ia belajar main lato-lato tidak ada yang ajari, namun main sendiri karena saat itu ia beli akhirnya ikut main sama teman-temannya.

  Dan main lato-lato setiap hari usai pulang sekolah, kadang dibawa ke sekolah termasuk saat di kamar mandi dan mau tidur juga pegang lato-lato. Menurutnya, nanti uang juara dari lomba lato-lato yang akan dikasih sekolah Dipta bilang untuk beli jajan, karena ia juga mengaku yang mendaftarkan lomba lato-lato pihak sekolah.  Dipta sendiri memang jarang main hp, ia main lato-lato, main sepeda di komplek dan main bola. Anak ke 4 dari 5 saudara

 “Pertama anak saya tidak mau ikut lomba dan ternyata saat diseleksi di sekolah dia masuk akhirnya sekolah yang mendaftarkan, dan sekarang jadi juara 1 saya sangat senang, bangga serta bersyukur, Dipta sendiri anak nomor 4 dari 5 bersaudara’’tandasnya. (*/tri)

Dipta Erziathisar Sayuri Peraih Juara 1 Lomba Lato-lato di HUT Ke- 30 Cepos

Untuk menyalurkan hobi anak-anak dalam bermain lato-lato, Cenderawasih Pos dalam HUT ke-30 kali ini mengakomodir lomba lato-lato tingkat SD dan SMP. Menariknya, Dipta Erziathisar Sayuri siswa kelas II SD Kartika Jayapura ini mampu mengalahkan pesaing yang hampir mencapai 100 anak. Lantas seperti apa persiapan dan kesan setelah menjadi juara lato-lato ini?

Laporan: Priyadi-Jayapura

Sabtu (4/3) pagi, waktu mendekati pukul 09.00 WIT. Sejumlah anak-anak didampingi orang tua maupun guru sekolah,  mulai berdatangan di Gedung Graha Pena Cepos di jalan Balai Kota Entrop. Dari tangan anak-anak ini, tak pernah berhenti dua benda bulat yang terus dibunyikan.

  Ya suara khas lato-lato ini bersahut-sahutan, saat panitia mulai mendaftar ulang para peserta lomba lato-lato ini.  Tercataat ada 95 orang terdiri dari siswa SD hingga SMP yang mendaftar. Paling dominan mengikuti lato-lato  memang anak-anak SD se-Kota Jayapura.

  Usai Daftar ualng, para peserta ini kemudian di bagian tiap kelompok 10 orang untuk mengikuti babak penyisihan. Namun sebelum itu, semua peserta melakukan pemanasan sekaligus parade lato-lato di halaman Graha Pena Papua. Suara serentak lato-lato, menggema dimainkan anak-anak. Tidak hanya laki-laki, banyak juga anak perempuan yang ikut lomba ini.

   Dari babak penyisihan, dari setiap kelompok diambil satu anak yang bertahan paling akhir dengan lato-latonya baik dari sisi ketahanan maupun style atau gaya yang harus dimainkan sesuai arahan juri. Setelah itu, masing-masih yang lolos babak penyisihan diadu dalam babak final.

   Meski cuaca cukup terik, namun tidak mengurangi semangat dari 9 peserta yang berhasil lolos di babak final. Dari peserta babak final ini, dicari untuk  juara 1, 2, 3 dan juara harapan 1, 2 dan 3. Dari babak final ini, satu persatu peserta berguguran, saat juri mengarahkan gaya bermain lato-lato. Paling susah, atau yang sering gagal saat perpindahan gaya helicopter, lato-lato banyak yang terkulai.

  Suasana makin riuh, saat peserta tinggal tiga orang, salah satunya perempuan.  Hingga akhirnya, akhirnya Dipta Erziathisar Sayuri, bocah laki-laki dari SD Kartika 61 Jayapura  tampil sebagai juara. Semua tak mengira bahwa, anak dengan postur badan paling kecil ini yang bertahan paling terakhir dengan permainan lato-latonya.

Baca Juga :  Shock, Bangunan Baru Selesai Sudah Terbakar Lagi

  Sontak saat dinyatakan sebagai juara, Dipta langsung diangkat ke udara dan disambut tepuk tangan meriah para peserta dan penonton.

   

   Saat ditemui Cenderawasih Ppos, Dipta mengaku  sangat senang dan bangga bisa menjadi juara 1 lomba lato lato dengan penilaian ketahanan dan style. Anak yang baru duduk di bangku kelas II SD ini  mengaku tidak berpikir untuk jadi juara, ia hanya ingin bermain lato-lato dengan abik.

  Sebab, saingannya begitu berat karena banyak yang bisa main lato-lato.  Namun karena dukungan dari guru dan orang tuanya ia terus berusaha semaksimal mungkin, walaupun saat masih menuju final ia berhadapan langsung dengan pesaingnya yang badannya jauh lebih besar dan diminta saling berhadap-hadapan sambil mendengar perintah wasit untuk memainkan gaya ia tetap tenang dan santai.

   Dipta yang  tinggal di Menara Jaya polimak, ia mengaku, sebelum mengikuti lomba lato-lato di  Cepos, sekolahnya terlebih dahulu melakukan seleksi dan diambil 5 terbaik untuk diwakilkan ikut lomba lato-lato di Cepos akhirnya bersyukur bisa menjadi juara 1.

  “Saya belajar lato-lato sudah sekira 1 tahun ini, saya bagi waktu antara sekolah dan main lato-lato, saya sering main lato-lato saat di rumah saja, bahkan saya bisa bawa lato-lato di kamar mandi dan memainkannya dan di tempat tidur juga saya bawa,’’katanya.

   Dipta mengaku, hadiah juara 1 sebesar Rp 1.750.000 ia tidak tahu, karena yang mendaftarkan dari sekolah dan ia mengaku tetap berlatih memainkan lato-lato hingga bisa banyak gaya.

   Selaku guru pendamping Hastuti mengaku, memang adanya lomba lato-lato di Cepos pihak sekolah sangat tertarik dan ingin mengikuti lomba. Akhirnya ada beberapa anak diseleksi siapa yang pintar bermain lato-lato akan didaftarkan sekolah dan akhirnya ada 5 siswa yang berhasil lulus seleksi lalu didaftarkan ke Cepos.

Baca Juga :  Tak Hanya Fokus Penanganan Perkara, Tapi Juga Berkontribusi di 5 Kabupaten/Kota

   “Kita memang seleksi dulu siswa yang ikut lomba lato-lato di Cepos dan kita dapat 5 siswa salah satunya Dipta, kemudian kita daftarkan. Memang sebelumnya tanpa sepengetahuan orang tua, tapi pada saat lomba kita kasih tahu orang tuanya bisa hadir untuk memberikan motivasi dan kami bersyukur ternyata salah satu siswa kami bisa menjadi juara 1 lomba lato-lato walaupun di lomba lainnya tidak ada,’’ungkapnya.

 Ia juga bercerita sebelumnya pada hari Jumat ia dan 5 siswanya sudah datang ke Kantor Cepos karena ia kira lomba dilaksanakan hari Jumat, padahal di hari Sabtu, akhirnya ia bersama dengan muridnya kembali datang di hari Sabtu pagi dan mengikuti lomba lato-lato.

   Saat melihat peserta didiknya main lato-lato ia juga sempat panik dan tegang karena jumlah pesertanya banyak dan aturan lomba juga sulit. Karena tidak hanya ketahanan saja, namun juga menunggu perintah untuk memainkan gaya jadi di sini banyak peserta yang gugur tapi bersyukur Dipta masih bisa lolos babak penyisihan dan langsung ikut final tentu ini hal yang sangat luar biasa.

  Sementara itu, Sukma, ibu Dipta, mengakui, anaknya bermain lato-lato sudah 1 tahun yang lalu, ia belajar main lato-lato tidak ada yang ajari, namun main sendiri karena saat itu ia beli akhirnya ikut main sama teman-temannya.

  Dan main lato-lato setiap hari usai pulang sekolah, kadang dibawa ke sekolah termasuk saat di kamar mandi dan mau tidur juga pegang lato-lato. Menurutnya, nanti uang juara dari lomba lato-lato yang akan dikasih sekolah Dipta bilang untuk beli jajan, karena ia juga mengaku yang mendaftarkan lomba lato-lato pihak sekolah.  Dipta sendiri memang jarang main hp, ia main lato-lato, main sepeda di komplek dan main bola. Anak ke 4 dari 5 saudara

 “Pertama anak saya tidak mau ikut lomba dan ternyata saat diseleksi di sekolah dia masuk akhirnya sekolah yang mendaftarkan, dan sekarang jadi juara 1 saya sangat senang, bangga serta bersyukur, Dipta sendiri anak nomor 4 dari 5 bersaudara’’tandasnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya