Thursday, April 25, 2024
32.7 C
Jayapura

Hujan Deras Tak Halangi Niat Meninjau Progress Pembangunan BTS  

Mengikuti Kunker Anggota Komisi I DPR RI Yan P Mandenas di Asmat dan Mappi (Bagian I)

Setelah sebelumnya melakukan kunjungan kerja di sejumlah kabupaten di penunungan dan juga di Papua bagian utara, Selasa (2/8) dan Rabu (3/8) kemarin, anggota Komisi 1 DPR RI Yan P Mandenas  melakukan kunker di dua Kabupaten di wilayah Papua Selatan, yakni Kabupaten Asmat dan Mappi. Apa saja yang terungkap dari kunjungan kerja ini? Berikut laporan Cenderawasih Pos yang ikut bersama rombongan.

Laporan: Agung Tri Handono, Agats

CUACA Selasa (2/8) terlihat mendung gelap, meski sudah pukul 07.00 WIT, matahari masih terhalang. Hujan deras semalam juga masih menyisakan rintik-rintik yang masih terasa dingin. Rombongan staf Yan P Mandenas, S.Sos., M.Si., bersama Badan Aksesbilitas Komunikasi Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo RI, Danlanal Timika dan sejumlah wartawan bergegas berjalan menghindari rintik hujan, menuju pesawat Air Fast yang akan membawa ke Ewer, bandara di Kabupaten Asmat.

Mendung yang masih tebal, menghalangi pandangan saat pesawat take off. Langit baru mulai terbuka, memberi jalan sinar matahari,  begitu pesawat mendekati wilayah Asmat.

Butuh waktu sekira 35 menit, pesawat tiba mendarat di Bandara Ewer. Begitu keluar pesawat, rombongan disambut dengan hujan rintik. Beberapa pegawai Pemkab Asmat tampak menyambut rombongan yang berjumlah 17 orang.

Bagi Cenderawasih Pos, ini memang pertama kalinya menginjakkan kaki di kabupaten yang dijuluki sejuta bakau, karena memang banyak sekali hutan bakau di pesisir Asmat ini.

Setelah sempat foto-foto di sekitar bandara, rombongan sebagian menggunakan ojek motor listrik, sebagian harus jalan kaki di atas jeramba sekira 1 Km menuju dermaga, untuk menuju Agats, pusat ibukota Asmat.

Sekira 15 menit, rombongan dengan beberapa speedboat, melaju di atas air menuju Dermaga Agats. Rombongan harus menunggu lagi, anggota DPR RI Yan P Mandenas, yang karena sejumlah agenda baru bisa berangkat dari Jakarta Senin (1/8) malam. Karena tak ada lagi pesawat, dari Timika Yan Mandenas terbang dengan helikopter bersama dua koleganya.

Bupati Eliza Kambu, SSos, Danlanal Timika Letkol Laut (P) Apriles Lusien Sukirno, Kapolres dan pejabat Asmat langsung menyambut, begitu heli mendarat. Tak lama, rombongan dengan menggunakan iring-iringan motor listrik menuju aula kantor Bupati Asmat.

Yan Mandenas, Bupati Eliza Kambu masing-masing mengendarai motor listrik sendiri. Sejumlah Forkompimda, anggota dewan, ASN, dan tokoh masyarakat sudah menunggu di tempat pertemuan itu.

Bupati Asmat Eliza Kambu mengaku sebelumnya,  Asmat memang tidak ada dalam schedule kunker Yan P Mandenas. Namun, saat bertemu di Jayapura, dirinya meminta untuk singgah ke Asmat, bertemu masyarakat sekaligus melihat progress pembangunan BTS (Base Tranciever  Sistem) yang dikerjakan oleh konsorsium atau rekanan BAKTI Kominfo di Asmat.

Sementara itu, Yan P Mandenas dalam kesempatan pertemuan secara panjang hal terkait sejumlah hal. Di antaranya, terkait dengan revisi Undang-Undang Otsus yang akhirnya menjadi pintu masuk, pembentukan DOB di Papua, salah satunya Provinsi Papua Selatan. Hal ini patut disyukuri, karena rentang kendali pemerintahan lebih dekat dan alokasi dana untuk pembangunan di tanah Papua semakin besar.

Baca Juga :  Turun Rp 6 Triliun Lebih, Dana Cadangan Mulai Dipertanyakan

Tak hanya itu, revisi UU Otsus ini juga telah memberi peluang untuk mengakomodir anggota DPRD kabupaten/kota dari jalur pengangkatan masyarakat adat, sehingga tidak hanya DPR Papua saja  yang ada perwakilan adat.

Hal ini sebagai barter, dari pembentukan partai lokal yang diamanatkan dalam UU Otsus sebelumnya. Dimana hal ini bisa menekan cost politik jika harus direkrut perwakilan dari partai lokal.

Tak hanya itu, kebijakan penyaluran dana Otsus, yang sebelumnya disalurkan dan diatur oleh pemerintah provinsi, kini alokasi dana tersebut langsung dicairkan ke kabupaten/kota. Sehingga dana Otsus kabupaten/kota  saat ini alokasinya rata-rata di atas Rp 100 miliar, jauh lebih tinggi dari alokasi tahun-tahun sebelumnya.

Diharapkan dana ini, lebih banyak terserap atau dimanfaatkan bagi orang asli Papua yang lebih banyak di kabupaten/kota.

 Usai pertemuan dan istirahat makan siang. Agenda selanjutnya, yakni  meninjau lokasi pembangunan BTS yang ada di Asmat.

Hujan deras,  membuat keberangkatan sedikit tertunda. Namun begitu, hujan reda, meski masih turun rintik hujan, rombongan langsung bergegas ke dermaga. Sejumlah speed sudah mengunggu, untuk mengantar rombongan ke BTS yang dibangun di daerah 3 T (Tertinggal, Terluar dan Terisolir).

Ada sekira 6 speedboat yang digunakan untuk membawa rombongan, Yan P Mandenas bersama staf, rombongan Bakti, maupun Dinas Kominfo setempat.

Speed melaju kencang, kadang juga terhempas keras saat menabrak gelombang. Hujan deras juga beberapa kali mewarnai perjalanan menuju BTS pertama di Kampung Mbait Distrik Akat yang dituju. Praktis, berulang kali motoris speedboat harus menutup dan membuka terpal untuk melindungi dari terpaan air hujan, yang terasa pedis di muka, saat speedboat melaju kencang.

   Di BTS kampung Mbait ini memang sudah selesai, bahkan sudah dicoba untuk melakukan komunikasi telepon maupun video call. Lokasinya yang berada di atas rawa, sehingga harus dibangun dengan pondasi yang kuat. BTS ini didukung dengan panel surya sebagai sumber energi untuk mengaktifkan BTS.

 Sementara itu di Kampung Kletew  yang lokasinya lebih jauh dari BTS sebelumnya, saat ini masih dalam progress pembangunan. Dari informasi warga setempat, pekerjaan memang sudah dua minggu terhenti. Meski pagar, antena dan tempat penyimpan baterai sudah terbangun, namun belum ada panel surya di tempat ini.

Dari beberapa BTS yang ditinjau ini memang memberikan gambaran bagaiman tantangan pembangunan BTS di daerah 3 T ini.

Di sela peninjauan di lokasi, Jhon Tirayoh, staf Direktorat Infrastruktur Divisi Backbone BAKTI  Kominfo RI  menjelaskan bahwa  dari 194 BTS yang akan dibangun di Kabupaten Asmat sejak tahun 2019, diakui memang baru 60 yang sudah on air atau siap beroperasi, sementara sisanya masih dalam progress. Ada 120 lokasi BTS yang material sudah on site, atau sudah ada di lokasi tinggal dilakukan pengerjaan.

Baca Juga :  Mimpi Saya, Ada Surfer Internasional Lahir dari Ayah-Ibu Nelayan

  “Untuk daerah 3 T ini, tim memang mengalami kendala, terutama menyangkut pengiriman material, cuaca ekstrem yang membuat sulit pengiriman material, termasuk kondisi pembangunan di atas rawa, yang perlu pondasi kuat dan tiang pancang,”ungkapnya.

  Meski banyak kendala, pihaknya tetap memantau agar pembangunan tetap berjalan. Terkait dengan target yang masih jauh, BAKTI Kominfo akan minta konsorsium atau penyedia jasa untuk menambah tim di area yang dirasa masih kurang. “Selain tambah sumberdaya manusia supaya lebih maksimal, kita harapkan  juga ada pemberdayaan masyarakat lokal untuk bantu pengerjaan BTS ini,”tandasnya.

  Diakui pembangunan memang butuh waktu, selalui survey yang butuh waktu hampir satu bulan, pembangunan juga tidak bisa dilakukan serentak, harus bertahap, mulai dari pagar pengaman, tower, pemasangan visat, BTS, panel surya dan lainnya. Pembangunan BTS yang dimulai sejak 2020 ini memang terkendala saat adanya pandemic Covid-19, namun pihaknya optimis bisa terkejar pembangunan 194 BTS di Asmat ini pada tahun 2023.

  Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI Dapil Papua Yan P Mandenas, SSos, MSi saat meninjau progress pembangunan BTS mengungkapkan bahwa dari hasil kunjungannya ke beberapa lokasi BTS di Agats dan distrik lain di Kabupaten Asmat ini, diakui memang ada beberapa kendala yang harus dihadapi dalam pembangunannya.

 Pertama di Agats untuk distribusi  material harus lewat sungai dan laut. Dari pelabuhan Timika dibawa menuju Pelabuhan Agatas, baru distribusikan lagi ke titik-titik BTS lewat jalur sungai.

Kedua, kondisi di Asmat sedikit berbeda dengan daerah lain, dimana struktur  BTS harus dibangun di rawa. Perlu ada ekstra tambahan pondasi, supaya kontruksi yang dibangun kuat, karena ada pasang surut air dan hujan.

  “Di Asmat waktu saya datang  pada tahun 2019 lalu  tidak ada signal, tapi saat datang lagi kini sudah on air, kita bisa telephone dan video call. Selain itu,  Bakti Kominfo sudah bisa berikan akses telekomunikasi di tempat yang masuk dalam kategori 3T, yang tidak terjangkau oleh pelayanan Telkom,” ujar Mandenas.

  Kemajuan pesat di bidang telekomunikasi ini tidak terlepas dari kebijakan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya juga pernah berkunjungn ke Asmat. Presiden meminta daerah 3T juga terjangkau layanan telekomunikasi dan internet.

  Usai kunjungan ke lokasi, rombongan kembali  ke Agats untuk istirahat di penginapan. Perjalanan pulang tak lagi banyak hujan. Namun saat tiba di penginapan, hujan deras mengguyur hingga malam. Tak banyak yang bisa dilakukan, selain istirahat untuk melanjutkan agenda hari berikutnya ke Kabupaten Mappi. (bersambung)

Mengikuti Kunker Anggota Komisi I DPR RI Yan P Mandenas di Asmat dan Mappi (Bagian I)

Setelah sebelumnya melakukan kunjungan kerja di sejumlah kabupaten di penunungan dan juga di Papua bagian utara, Selasa (2/8) dan Rabu (3/8) kemarin, anggota Komisi 1 DPR RI Yan P Mandenas  melakukan kunker di dua Kabupaten di wilayah Papua Selatan, yakni Kabupaten Asmat dan Mappi. Apa saja yang terungkap dari kunjungan kerja ini? Berikut laporan Cenderawasih Pos yang ikut bersama rombongan.

Laporan: Agung Tri Handono, Agats

CUACA Selasa (2/8) terlihat mendung gelap, meski sudah pukul 07.00 WIT, matahari masih terhalang. Hujan deras semalam juga masih menyisakan rintik-rintik yang masih terasa dingin. Rombongan staf Yan P Mandenas, S.Sos., M.Si., bersama Badan Aksesbilitas Komunikasi Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo RI, Danlanal Timika dan sejumlah wartawan bergegas berjalan menghindari rintik hujan, menuju pesawat Air Fast yang akan membawa ke Ewer, bandara di Kabupaten Asmat.

Mendung yang masih tebal, menghalangi pandangan saat pesawat take off. Langit baru mulai terbuka, memberi jalan sinar matahari,  begitu pesawat mendekati wilayah Asmat.

Butuh waktu sekira 35 menit, pesawat tiba mendarat di Bandara Ewer. Begitu keluar pesawat, rombongan disambut dengan hujan rintik. Beberapa pegawai Pemkab Asmat tampak menyambut rombongan yang berjumlah 17 orang.

Bagi Cenderawasih Pos, ini memang pertama kalinya menginjakkan kaki di kabupaten yang dijuluki sejuta bakau, karena memang banyak sekali hutan bakau di pesisir Asmat ini.

Setelah sempat foto-foto di sekitar bandara, rombongan sebagian menggunakan ojek motor listrik, sebagian harus jalan kaki di atas jeramba sekira 1 Km menuju dermaga, untuk menuju Agats, pusat ibukota Asmat.

Sekira 15 menit, rombongan dengan beberapa speedboat, melaju di atas air menuju Dermaga Agats. Rombongan harus menunggu lagi, anggota DPR RI Yan P Mandenas, yang karena sejumlah agenda baru bisa berangkat dari Jakarta Senin (1/8) malam. Karena tak ada lagi pesawat, dari Timika Yan Mandenas terbang dengan helikopter bersama dua koleganya.

Bupati Eliza Kambu, SSos, Danlanal Timika Letkol Laut (P) Apriles Lusien Sukirno, Kapolres dan pejabat Asmat langsung menyambut, begitu heli mendarat. Tak lama, rombongan dengan menggunakan iring-iringan motor listrik menuju aula kantor Bupati Asmat.

Yan Mandenas, Bupati Eliza Kambu masing-masing mengendarai motor listrik sendiri. Sejumlah Forkompimda, anggota dewan, ASN, dan tokoh masyarakat sudah menunggu di tempat pertemuan itu.

Bupati Asmat Eliza Kambu mengaku sebelumnya,  Asmat memang tidak ada dalam schedule kunker Yan P Mandenas. Namun, saat bertemu di Jayapura, dirinya meminta untuk singgah ke Asmat, bertemu masyarakat sekaligus melihat progress pembangunan BTS (Base Tranciever  Sistem) yang dikerjakan oleh konsorsium atau rekanan BAKTI Kominfo di Asmat.

Sementara itu, Yan P Mandenas dalam kesempatan pertemuan secara panjang hal terkait sejumlah hal. Di antaranya, terkait dengan revisi Undang-Undang Otsus yang akhirnya menjadi pintu masuk, pembentukan DOB di Papua, salah satunya Provinsi Papua Selatan. Hal ini patut disyukuri, karena rentang kendali pemerintahan lebih dekat dan alokasi dana untuk pembangunan di tanah Papua semakin besar.

Baca Juga :  Impian Awal Terbangun karena Nonton Kurniawan Dwi Yulianto

Tak hanya itu, revisi UU Otsus ini juga telah memberi peluang untuk mengakomodir anggota DPRD kabupaten/kota dari jalur pengangkatan masyarakat adat, sehingga tidak hanya DPR Papua saja  yang ada perwakilan adat.

Hal ini sebagai barter, dari pembentukan partai lokal yang diamanatkan dalam UU Otsus sebelumnya. Dimana hal ini bisa menekan cost politik jika harus direkrut perwakilan dari partai lokal.

Tak hanya itu, kebijakan penyaluran dana Otsus, yang sebelumnya disalurkan dan diatur oleh pemerintah provinsi, kini alokasi dana tersebut langsung dicairkan ke kabupaten/kota. Sehingga dana Otsus kabupaten/kota  saat ini alokasinya rata-rata di atas Rp 100 miliar, jauh lebih tinggi dari alokasi tahun-tahun sebelumnya.

Diharapkan dana ini, lebih banyak terserap atau dimanfaatkan bagi orang asli Papua yang lebih banyak di kabupaten/kota.

 Usai pertemuan dan istirahat makan siang. Agenda selanjutnya, yakni  meninjau lokasi pembangunan BTS yang ada di Asmat.

Hujan deras,  membuat keberangkatan sedikit tertunda. Namun begitu, hujan reda, meski masih turun rintik hujan, rombongan langsung bergegas ke dermaga. Sejumlah speed sudah mengunggu, untuk mengantar rombongan ke BTS yang dibangun di daerah 3 T (Tertinggal, Terluar dan Terisolir).

Ada sekira 6 speedboat yang digunakan untuk membawa rombongan, Yan P Mandenas bersama staf, rombongan Bakti, maupun Dinas Kominfo setempat.

Speed melaju kencang, kadang juga terhempas keras saat menabrak gelombang. Hujan deras juga beberapa kali mewarnai perjalanan menuju BTS pertama di Kampung Mbait Distrik Akat yang dituju. Praktis, berulang kali motoris speedboat harus menutup dan membuka terpal untuk melindungi dari terpaan air hujan, yang terasa pedis di muka, saat speedboat melaju kencang.

   Di BTS kampung Mbait ini memang sudah selesai, bahkan sudah dicoba untuk melakukan komunikasi telepon maupun video call. Lokasinya yang berada di atas rawa, sehingga harus dibangun dengan pondasi yang kuat. BTS ini didukung dengan panel surya sebagai sumber energi untuk mengaktifkan BTS.

 Sementara itu di Kampung Kletew  yang lokasinya lebih jauh dari BTS sebelumnya, saat ini masih dalam progress pembangunan. Dari informasi warga setempat, pekerjaan memang sudah dua minggu terhenti. Meski pagar, antena dan tempat penyimpan baterai sudah terbangun, namun belum ada panel surya di tempat ini.

Dari beberapa BTS yang ditinjau ini memang memberikan gambaran bagaiman tantangan pembangunan BTS di daerah 3 T ini.

Di sela peninjauan di lokasi, Jhon Tirayoh, staf Direktorat Infrastruktur Divisi Backbone BAKTI  Kominfo RI  menjelaskan bahwa  dari 194 BTS yang akan dibangun di Kabupaten Asmat sejak tahun 2019, diakui memang baru 60 yang sudah on air atau siap beroperasi, sementara sisanya masih dalam progress. Ada 120 lokasi BTS yang material sudah on site, atau sudah ada di lokasi tinggal dilakukan pengerjaan.

Baca Juga :  Jadi Uskup Bukan Suatu Kebetulan Tetapi Bukti Atas Mujizat Tuhan

  “Untuk daerah 3 T ini, tim memang mengalami kendala, terutama menyangkut pengiriman material, cuaca ekstrem yang membuat sulit pengiriman material, termasuk kondisi pembangunan di atas rawa, yang perlu pondasi kuat dan tiang pancang,”ungkapnya.

  Meski banyak kendala, pihaknya tetap memantau agar pembangunan tetap berjalan. Terkait dengan target yang masih jauh, BAKTI Kominfo akan minta konsorsium atau penyedia jasa untuk menambah tim di area yang dirasa masih kurang. “Selain tambah sumberdaya manusia supaya lebih maksimal, kita harapkan  juga ada pemberdayaan masyarakat lokal untuk bantu pengerjaan BTS ini,”tandasnya.

  Diakui pembangunan memang butuh waktu, selalui survey yang butuh waktu hampir satu bulan, pembangunan juga tidak bisa dilakukan serentak, harus bertahap, mulai dari pagar pengaman, tower, pemasangan visat, BTS, panel surya dan lainnya. Pembangunan BTS yang dimulai sejak 2020 ini memang terkendala saat adanya pandemic Covid-19, namun pihaknya optimis bisa terkejar pembangunan 194 BTS di Asmat ini pada tahun 2023.

  Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI Dapil Papua Yan P Mandenas, SSos, MSi saat meninjau progress pembangunan BTS mengungkapkan bahwa dari hasil kunjungannya ke beberapa lokasi BTS di Agats dan distrik lain di Kabupaten Asmat ini, diakui memang ada beberapa kendala yang harus dihadapi dalam pembangunannya.

 Pertama di Agats untuk distribusi  material harus lewat sungai dan laut. Dari pelabuhan Timika dibawa menuju Pelabuhan Agatas, baru distribusikan lagi ke titik-titik BTS lewat jalur sungai.

Kedua, kondisi di Asmat sedikit berbeda dengan daerah lain, dimana struktur  BTS harus dibangun di rawa. Perlu ada ekstra tambahan pondasi, supaya kontruksi yang dibangun kuat, karena ada pasang surut air dan hujan.

  “Di Asmat waktu saya datang  pada tahun 2019 lalu  tidak ada signal, tapi saat datang lagi kini sudah on air, kita bisa telephone dan video call. Selain itu,  Bakti Kominfo sudah bisa berikan akses telekomunikasi di tempat yang masuk dalam kategori 3T, yang tidak terjangkau oleh pelayanan Telkom,” ujar Mandenas.

  Kemajuan pesat di bidang telekomunikasi ini tidak terlepas dari kebijakan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya juga pernah berkunjungn ke Asmat. Presiden meminta daerah 3T juga terjangkau layanan telekomunikasi dan internet.

  Usai kunjungan ke lokasi, rombongan kembali  ke Agats untuk istirahat di penginapan. Perjalanan pulang tak lagi banyak hujan. Namun saat tiba di penginapan, hujan deras mengguyur hingga malam. Tak banyak yang bisa dilakukan, selain istirahat untuk melanjutkan agenda hari berikutnya ke Kabupaten Mappi. (bersambung)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya