Saturday, April 27, 2024
31.7 C
Jayapura

Selalu Menolak Semua Bentuk Diskon Latihan

Cristian Gonzales yang Balik ke Liga 1 pada Usia Hampir Setengah Abad

Cristian Gonzales bakal menjadi pemain tertua yang pernah merumput di strata teratas era Liga Indonesia. Awet berkarier berkat menjaga makanan dan pola istirahat serta profesional dalam berlatih.

TAUFIQ ARDYANSYAH, Tangerang

PELATIH RANS Nusantara FC Rahmad Darmawan tidak perlu berpikir panjang saat harus menentukan masa depan Cristian Gonzales. Dia meyakini penyerang berjuluk El Loco itu masih bisa berkontribusi di usianya yang telah 45 tahun.

”Saya suka dengan Gonzales karena dia selalu termotivasi untuk tidak pernah merasa tua,” tutur pelatih yang sukses membawa Persipura Jayapura menjuarai Liga Super Indonesia musim 2005 itu.

Gonzales, lanjut RD, selalu bersemangat saat menerima semua program latihan. Selalu disiplin saat datang ke tempat latihan. Tidak pernah terlambat. Juga menolak saat diberi diskon latihan.

”Padahal, kalau saya menghitung proses recovery, seorang pesepak bola yang usianya di atas 40 tahun perlu waktu lebih lama. Ini contoh profesionalisme yang bagus,” ungkap pelatih yang membawa The Prestige Phoenix –julukan RANS Nusantara FC– promosi ke Liga 1 itu.

Di Liga 1 musim ini kelak, Gonzales memang direncanakan tidak tampil penuh. Musim lalu mantan pemain Persik Kediri dan tim nasional tersebut juga hanya diturunkan dalam 13 pertandingan. Meski demikian, Gonzales mampu menunjukkan ketajamannya dengan menyumbang 7 gol.

Gonzales bakal menjadi pemain tertua yang merumput di Liga 1. Bahkan juga tertua di sepanjang sejarah era Liga Indonesia yang dimulai pada 1993–1994. Saat membela Pelita Jaya pada 1994–1995, Roger Milla ”baru” berusia 42 tahun. Setahun kemudian, penyerang asal Kamerun itu memperkuat Putra Samarinda.

Adapun Mario Kempes, legenda Argentina, menginjak usia 39 tahun kala membela Pelita Jaya pada 1993–1994. Musim ini pemain kepala empat lainnya adalah bek Persija Ismed Sofyan. Dia berusia 43 tahun pada Agustus nanti.

Di level dunia, ada Kazuyoshi Miura yang masih aktif main di usia 55 tahun di Yokohama FC. Empat tahun lebih tua daripada pemain Jepang itu, ada Roberto Carmona yang membela Hacele un gol a la vida.

Bagi Gonzales, musim ini yang diperkirakan mulai diputar lagi Juli bakal menjadi comeback-nya ke kompetisi strata teratas. Penyerang naturalisasi dari Uruguay itu kali terakhir main di Liga 1 pada awal musim 2018 saat membela Madura United.

Namun, kebersamaan Gonzales dengan Laskar Sape Kerrab –julukan Madura United– hanya sebentar. Pada musim yang sama, Gonzales pindah ke klub Liga 2 PSS Sleman.

Baca Juga :  Kenapa Tidak ke Bali? Anda kan Tahu Kerjaan Saya Tambah Banyak...

Dan, El Loco langsung mencetak sejarah. Dia turut membawa tim berjuluk Super Elang Jawa itu menjuarai Liga 2 sekaligus promosi ke Liga 1 dengan mencetak 15 gol dalam 19 kesempatan bermain.

Setelah membawa Super Elang Jawa meninggalkan Liga 2, Gonzales pindah ke klub rival PSS, PSIM Jogjakarta, pada musim 2019–2020. Di klub berjuluk Laskar Mataram itu, El Loco masih menjadi striker haus gol. Dia menorehkan 9 gol dalam 17 caps.

Ketajaman El Loco tersebut membuat RANS Nusantara FC kepincut untuk memboyongnya pada musim 2021. Keputusan The Prestige Phoenix merekrut El Loco tidak salah. El Loco menjawab kepercayaan itu dengan memberikan tiket promosi ke Liga 1. Capaian itu sekaligus membuat Gonzales sukses mempromosikan dua klub Liga 2 ke kompetisi kasta teratas Indonesia.

RD menyatakan, sejak menangani tim yang sebelumnya bernama RANS Cilegon FC itu pada Liga 2 musim lalu, tidak ada penurunan performa dari seorang Gonzales. Demikian juga dalam persiapan menghadapi Liga 1 pramusim ini. Bahkan, saat beruji coba melawan tim Africa Selection, Gonzales bisa menjalaninya dengan baik. ”Padahal, pemain lawan bertubuh besar dan kekar,” terang pelatih asal Lampung itu.

Saat ini Gonzales memang berfokus menjalani persiapan bersama RANS Nusantara FC. ”Terima kasih buat coach RD yang masih memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap bermain di sini. Kepercayaan itu menjadi tanggung jawab saya selama latihan. Saya harus berlatih keras agar selalu siap dimainkan,” tutur mantan pemain Persib Bandung tersebut.

Gonzales membenarkan pernyataan RD soal penolakan kompensasi program latihan. Andalan Garuda dalam Piala AFF 2010 itu tidak mau mendapat perlakuan khusus. Tidak mau diistimewakan. Gonzales ingin menjalani program latihan yang sama dengan rekan-rekannya.

”Meski sudah tidak muda lagi, berlatih adalah tanggung jawab saya sebagai pemain. RANS Nusantara FC bukan hanya Gonzales,” tegas pemain yang pernah berseragam PSM Makassar tersebut.

Gonzales juga harus terus menjaga performanya. Sebab, The Prestige Phoenix memiliki sederet pemain depan yang sedang bersaing memperebutkan posisi reguler. Mereka adalah Syamsir Alam (29 tahun), Jujun Junaedi (23 tahun), dan striker muda potensial yang musim lalu memperkuat Persik Kediri, Septian Bagaskara (24 tahun).

RANS Nusantara FC juga memiliki winger muda Zidane Pattiiha (22 tahun) yang juga bisa diplot sebagai center forward. Para pesaing Gonzales tersebut belum termasuk striker asing yang sebentar lagi datang.

Baca Juga :  Dari Dua Sapi Sortiran, Yang Satu Juara Jateng, Hasilkan Keuntungan Rp 100 Juta

Gonzales siap bersaing dengan para pemain yang lebih muda darinya tersebut. Perjuangan itu dimulai dari diri sendiri. Salah satunya konsisten berpikir positif. ”Meski orang berpikir negatif tentang saya, saya akan selalu berpikir positif,” ucap Gonzales.

Pemain yang pernah mencetak 59 gol untuk Arema FC itu juga tidak pernah sembarangan dalam mengonsumsi makanan sebagai upaya menjaga kondisi. Dia tidak banyak mengonsumsi makanan Indonesia. Hanya beberapa. Salah satunya ikan gurami.

Gonzales mengenal ikan gurami dari istrinya, Eva Gonzales. Saat kali pertama mencicipinya, mantan striker Persisam Putra Samarinda itu langsung ketagihan. Rasanya pas dengan seleranya.

”Selebihnya, saya makan makanan Amerika Latin. Seperti ayam, daging, dan spageti. Saya sangat menjaga makanan. Sebab, makanan dapat memengaruhi kondisi seorang atlet,” tegas pria dengan tinggi 177 sentimeter tersebut.

Selain makanan, Gonzales memperhatikan waktu istirahat. Namun, Gonzales tidak memiliki waktu tertentu yang mengharuskannya sudah beranjak ke tempat tidur. ”Ya, jam tidur bergantung situasi. Tapi, yang pasti, saya selalu berpikir positif. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Allah dan keluarga yang selalu men-support saya,” terangnya.

Dengan pola hidup sehat, Gonzales siap membantu RANS Nusantara FC bersaing di Liga 1. ”Tapi, soal target gol, saya tidak bisa menjawab. Saya bukan Tuhan. Yang bisa saya janjikan untuk RANS Nusantara FC adalah kerja keras,” tegas pencetak 12 gol untuk timnas Indonesia itu.

Lalu, sampai kapan bermain bola? Gonzales sedikit tersenyum. ”Kapan saya berhenti bergantung Allah. Saya masih siap bermain. Makanya, saya selalu disiplin,” imbuh Gonzales.

Meski demikian, Gonzales sudah menyiapkan bekal jika tidak lagi menjadi pesepak bola. Saat ini dia sudah mengantongi lisensi kepelatihan C AFC. Lisensi itu didapat pada musim 2018. ”Sebenarnya, belum lama ini saya dipanggil untuk mengikuti kursus kepelatihan B AFC. Tapi, saya masih mau konsentrasi untuk bermain,” terang pemain yang turut mengantarkan Persik dua kali juara Liga Indonesia tersebut.

Gonzales berharap capaian yang diraihnya pada usia 45 tahun bisa menginspirasi pemain-pemain muda Indonesia. Menurut pesepak bola kelahiran 30 Agustus 1976 itu, salah satu kunci sukses dalam karier adalah tidak pernah merasa puas.

”Lihat saya. Meski beberapa kali mendapat predikat top scorer, saya tetap bekerja keras,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Cristian Gonzales yang Balik ke Liga 1 pada Usia Hampir Setengah Abad

Cristian Gonzales bakal menjadi pemain tertua yang pernah merumput di strata teratas era Liga Indonesia. Awet berkarier berkat menjaga makanan dan pola istirahat serta profesional dalam berlatih.

TAUFIQ ARDYANSYAH, Tangerang

PELATIH RANS Nusantara FC Rahmad Darmawan tidak perlu berpikir panjang saat harus menentukan masa depan Cristian Gonzales. Dia meyakini penyerang berjuluk El Loco itu masih bisa berkontribusi di usianya yang telah 45 tahun.

”Saya suka dengan Gonzales karena dia selalu termotivasi untuk tidak pernah merasa tua,” tutur pelatih yang sukses membawa Persipura Jayapura menjuarai Liga Super Indonesia musim 2005 itu.

Gonzales, lanjut RD, selalu bersemangat saat menerima semua program latihan. Selalu disiplin saat datang ke tempat latihan. Tidak pernah terlambat. Juga menolak saat diberi diskon latihan.

”Padahal, kalau saya menghitung proses recovery, seorang pesepak bola yang usianya di atas 40 tahun perlu waktu lebih lama. Ini contoh profesionalisme yang bagus,” ungkap pelatih yang membawa The Prestige Phoenix –julukan RANS Nusantara FC– promosi ke Liga 1 itu.

Di Liga 1 musim ini kelak, Gonzales memang direncanakan tidak tampil penuh. Musim lalu mantan pemain Persik Kediri dan tim nasional tersebut juga hanya diturunkan dalam 13 pertandingan. Meski demikian, Gonzales mampu menunjukkan ketajamannya dengan menyumbang 7 gol.

Gonzales bakal menjadi pemain tertua yang merumput di Liga 1. Bahkan juga tertua di sepanjang sejarah era Liga Indonesia yang dimulai pada 1993–1994. Saat membela Pelita Jaya pada 1994–1995, Roger Milla ”baru” berusia 42 tahun. Setahun kemudian, penyerang asal Kamerun itu memperkuat Putra Samarinda.

Adapun Mario Kempes, legenda Argentina, menginjak usia 39 tahun kala membela Pelita Jaya pada 1993–1994. Musim ini pemain kepala empat lainnya adalah bek Persija Ismed Sofyan. Dia berusia 43 tahun pada Agustus nanti.

Di level dunia, ada Kazuyoshi Miura yang masih aktif main di usia 55 tahun di Yokohama FC. Empat tahun lebih tua daripada pemain Jepang itu, ada Roberto Carmona yang membela Hacele un gol a la vida.

Bagi Gonzales, musim ini yang diperkirakan mulai diputar lagi Juli bakal menjadi comeback-nya ke kompetisi strata teratas. Penyerang naturalisasi dari Uruguay itu kali terakhir main di Liga 1 pada awal musim 2018 saat membela Madura United.

Namun, kebersamaan Gonzales dengan Laskar Sape Kerrab –julukan Madura United– hanya sebentar. Pada musim yang sama, Gonzales pindah ke klub Liga 2 PSS Sleman.

Baca Juga :  Awalnya Dipesan Kaesang, lalu Jadi Langganan Istana Bogor

Dan, El Loco langsung mencetak sejarah. Dia turut membawa tim berjuluk Super Elang Jawa itu menjuarai Liga 2 sekaligus promosi ke Liga 1 dengan mencetak 15 gol dalam 19 kesempatan bermain.

Setelah membawa Super Elang Jawa meninggalkan Liga 2, Gonzales pindah ke klub rival PSS, PSIM Jogjakarta, pada musim 2019–2020. Di klub berjuluk Laskar Mataram itu, El Loco masih menjadi striker haus gol. Dia menorehkan 9 gol dalam 17 caps.

Ketajaman El Loco tersebut membuat RANS Nusantara FC kepincut untuk memboyongnya pada musim 2021. Keputusan The Prestige Phoenix merekrut El Loco tidak salah. El Loco menjawab kepercayaan itu dengan memberikan tiket promosi ke Liga 1. Capaian itu sekaligus membuat Gonzales sukses mempromosikan dua klub Liga 2 ke kompetisi kasta teratas Indonesia.

RD menyatakan, sejak menangani tim yang sebelumnya bernama RANS Cilegon FC itu pada Liga 2 musim lalu, tidak ada penurunan performa dari seorang Gonzales. Demikian juga dalam persiapan menghadapi Liga 1 pramusim ini. Bahkan, saat beruji coba melawan tim Africa Selection, Gonzales bisa menjalaninya dengan baik. ”Padahal, pemain lawan bertubuh besar dan kekar,” terang pelatih asal Lampung itu.

Saat ini Gonzales memang berfokus menjalani persiapan bersama RANS Nusantara FC. ”Terima kasih buat coach RD yang masih memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap bermain di sini. Kepercayaan itu menjadi tanggung jawab saya selama latihan. Saya harus berlatih keras agar selalu siap dimainkan,” tutur mantan pemain Persib Bandung tersebut.

Gonzales membenarkan pernyataan RD soal penolakan kompensasi program latihan. Andalan Garuda dalam Piala AFF 2010 itu tidak mau mendapat perlakuan khusus. Tidak mau diistimewakan. Gonzales ingin menjalani program latihan yang sama dengan rekan-rekannya.

”Meski sudah tidak muda lagi, berlatih adalah tanggung jawab saya sebagai pemain. RANS Nusantara FC bukan hanya Gonzales,” tegas pemain yang pernah berseragam PSM Makassar tersebut.

Gonzales juga harus terus menjaga performanya. Sebab, The Prestige Phoenix memiliki sederet pemain depan yang sedang bersaing memperebutkan posisi reguler. Mereka adalah Syamsir Alam (29 tahun), Jujun Junaedi (23 tahun), dan striker muda potensial yang musim lalu memperkuat Persik Kediri, Septian Bagaskara (24 tahun).

RANS Nusantara FC juga memiliki winger muda Zidane Pattiiha (22 tahun) yang juga bisa diplot sebagai center forward. Para pesaing Gonzales tersebut belum termasuk striker asing yang sebentar lagi datang.

Baca Juga :  Dukung Tempat Pemakamana Baru, TPU Lama Harus Tetap Diperhatikan

Gonzales siap bersaing dengan para pemain yang lebih muda darinya tersebut. Perjuangan itu dimulai dari diri sendiri. Salah satunya konsisten berpikir positif. ”Meski orang berpikir negatif tentang saya, saya akan selalu berpikir positif,” ucap Gonzales.

Pemain yang pernah mencetak 59 gol untuk Arema FC itu juga tidak pernah sembarangan dalam mengonsumsi makanan sebagai upaya menjaga kondisi. Dia tidak banyak mengonsumsi makanan Indonesia. Hanya beberapa. Salah satunya ikan gurami.

Gonzales mengenal ikan gurami dari istrinya, Eva Gonzales. Saat kali pertama mencicipinya, mantan striker Persisam Putra Samarinda itu langsung ketagihan. Rasanya pas dengan seleranya.

”Selebihnya, saya makan makanan Amerika Latin. Seperti ayam, daging, dan spageti. Saya sangat menjaga makanan. Sebab, makanan dapat memengaruhi kondisi seorang atlet,” tegas pria dengan tinggi 177 sentimeter tersebut.

Selain makanan, Gonzales memperhatikan waktu istirahat. Namun, Gonzales tidak memiliki waktu tertentu yang mengharuskannya sudah beranjak ke tempat tidur. ”Ya, jam tidur bergantung situasi. Tapi, yang pasti, saya selalu berpikir positif. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Allah dan keluarga yang selalu men-support saya,” terangnya.

Dengan pola hidup sehat, Gonzales siap membantu RANS Nusantara FC bersaing di Liga 1. ”Tapi, soal target gol, saya tidak bisa menjawab. Saya bukan Tuhan. Yang bisa saya janjikan untuk RANS Nusantara FC adalah kerja keras,” tegas pencetak 12 gol untuk timnas Indonesia itu.

Lalu, sampai kapan bermain bola? Gonzales sedikit tersenyum. ”Kapan saya berhenti bergantung Allah. Saya masih siap bermain. Makanya, saya selalu disiplin,” imbuh Gonzales.

Meski demikian, Gonzales sudah menyiapkan bekal jika tidak lagi menjadi pesepak bola. Saat ini dia sudah mengantongi lisensi kepelatihan C AFC. Lisensi itu didapat pada musim 2018. ”Sebenarnya, belum lama ini saya dipanggil untuk mengikuti kursus kepelatihan B AFC. Tapi, saya masih mau konsentrasi untuk bermain,” terang pemain yang turut mengantarkan Persik dua kali juara Liga Indonesia tersebut.

Gonzales berharap capaian yang diraihnya pada usia 45 tahun bisa menginspirasi pemain-pemain muda Indonesia. Menurut pesepak bola kelahiran 30 Agustus 1976 itu, salah satu kunci sukses dalam karier adalah tidak pernah merasa puas.

”Lihat saya. Meski beberapa kali mendapat predikat top scorer, saya tetap bekerja keras,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya