Pendidikan profesi dokter umum atau Coas itu dilaksanakan di rumah sakit Dok 2, rumah sakit Abepura, puskesmas dengan kurikulum yang sudah ada selama 2 tahun. “Setelah itu baru mereka mengikuti ujian kompetensi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi, bahwa mereka diakui punya kompeten menjadi dokter umum, sehingga mereka bisa ditempatkan di mana saja kalau sudah punya lisensi itu,” katanya.
Pada Februari 2025 lalau, fakultas tersebut meluluskan 43 orang dokter dan itu merupakan capaian yang luar biasa. Dari jumlah itu, orang asli Papua sekitar 29 orang sebagian besar dari mereka itu berasal dari anak-anak pegunungan dan sisanya dari non Papua.
Diakuinya, cukup banyak mahasiswa kedokteran yang retaker atau yang mengulang ujian atau tes karena tidak mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, dicarikan pola supaya mereka bisa lulus.
Meski begitu, pola tersebut tidak mengesampingkan kualitas dari para lulusan tersebut. Karena dari 129 yang ikut ujian itu yang lulus 43 orang, berarti bukan ada kebijakan khusus tetapi pola itu diberikan untuk menjawab bagaimana anak-anak didik itu bisa mengikuti pola itu dan sesuai atau tidak.
“Jadi mereka diujikan sama dengan teman-teman mereka di Universitas lain hanya polanya ujiannya. Kalau kebijakan khusus berarti semuanya 100% lulus,” bebernya.
Lulusan kedokteran Uncen sebenarnya 100% terserap di dunia kerja, karena profesi dokter itu masih sangat dibutuhkan di Kabupaten, atau daerah daerah. Hanya terkadang karena masalah keamanan dan pembiayaan yang menjadi kendala. Memang situasi keamanan seperti saat ini menjadi masalah. Karena itu pentingnya mendorong anak-anak dari daerah itu.