Wednesday, August 20, 2025
22.6 C
Jayapura

Ikut Ajakan Teman Malah Tidak Digaji, Sempat Dikira Sudah Meninggal

Saat pulang ke Samarinda, dia melakoni pekerjaan yang sering ganti-ganti. Hingga akhirnya di akhir tahun 2024, dia bekerja dengan seorang pengusaha sarang Wallet dengan gaji Rp 3 juta per bulan.

‘’Saya bekerja di situ selama 6 bulan, tapi gaji saya tidak pernah terima. Ternyata orang lain yang ambil,’’ katanya.

Dengan uang tersisa Rp 600 ribu dalam kantong, Faris mengaku turun ke Samarinda lagi sekitar bulan April 2025. Lalu mencoba mencari rumah kos-kosan. Saat itulah, kemudian bertemu dengan mahasiswa dari Merauke yang sedang kuliah di Samarinda.

‘’Saat aku mencari rumah kos-kosan yang mungkin bayaranya Rp 50.000, ada orang tanya saya. Om dari manakah? Saya jawab dari Papua. Lalu sampaikan di rumah kos-kosan itu banyak anak Papua yang sedang kuliah,’’ katanya.

Baca Juga :  Nasdem Ajukan Pengunduran Diri Fauzun Nihayah

Kemudian Faris bergabung dengan anak Papua asal Fakfak yang tinggal di rumah kos-kosan itu. Hanya saja, anak tersebut tidak bekerja sehingga kedatangannya ke tempat tersebut dirasa hanya menjadi beban hingga iapun merasa tidak enak hati dan memilih pergi. Untungnya ia juga bertemu dengan seorang baik hati yang kebetulan bekerja sebagai pegawai di Dinas Pencatatan Sipil.

Lewat ibu tersebut yang melaporkan ke Dinas Sosial setempat, kemudian dari Dinas Sosial Samarinda menghubungi Dinas Sosial Kabupaten Merauke. Anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan Linus Yanggondip dan Bertania Kurap (keduanya almarhum) ini mengakui, selama berada di Samarinda tersebut dirinya tidak pernah melakukan komunikasi dengan keluarganya yang ada di Merauke karena tidak punya nomor telpon yang bisa ia hubungi.

Baca Juga :  Datangi Korban Banjir Rob Sebagai Bentuk Kepedulian

Selain itu karena HP yang dibawa saat dari Merauke rusak sehingga semua nomor kontak keluarga yang ada di dalam HP tersebut hilang.

‘’Saya juga saat itu belum ada niat pulang ke Merauke. Setelah kemarin tidak punya uang sama sekali baru terbesit untuk mau pulang. Tapi, uang tidak ada,’’ jelasnya.

Saat pulang ke Samarinda, dia melakoni pekerjaan yang sering ganti-ganti. Hingga akhirnya di akhir tahun 2024, dia bekerja dengan seorang pengusaha sarang Wallet dengan gaji Rp 3 juta per bulan.

‘’Saya bekerja di situ selama 6 bulan, tapi gaji saya tidak pernah terima. Ternyata orang lain yang ambil,’’ katanya.

Dengan uang tersisa Rp 600 ribu dalam kantong, Faris mengaku turun ke Samarinda lagi sekitar bulan April 2025. Lalu mencoba mencari rumah kos-kosan. Saat itulah, kemudian bertemu dengan mahasiswa dari Merauke yang sedang kuliah di Samarinda.

‘’Saat aku mencari rumah kos-kosan yang mungkin bayaranya Rp 50.000, ada orang tanya saya. Om dari manakah? Saya jawab dari Papua. Lalu sampaikan di rumah kos-kosan itu banyak anak Papua yang sedang kuliah,’’ katanya.

Baca Juga :  Tangani Laporan Awal Mulai Korban Tenggelam, Kasus Kriminal hingga Bunuh diri

Kemudian Faris bergabung dengan anak Papua asal Fakfak yang tinggal di rumah kos-kosan itu. Hanya saja, anak tersebut tidak bekerja sehingga kedatangannya ke tempat tersebut dirasa hanya menjadi beban hingga iapun merasa tidak enak hati dan memilih pergi. Untungnya ia juga bertemu dengan seorang baik hati yang kebetulan bekerja sebagai pegawai di Dinas Pencatatan Sipil.

Lewat ibu tersebut yang melaporkan ke Dinas Sosial setempat, kemudian dari Dinas Sosial Samarinda menghubungi Dinas Sosial Kabupaten Merauke. Anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan Linus Yanggondip dan Bertania Kurap (keduanya almarhum) ini mengakui, selama berada di Samarinda tersebut dirinya tidak pernah melakukan komunikasi dengan keluarganya yang ada di Merauke karena tidak punya nomor telpon yang bisa ia hubungi.

Baca Juga :  Gara-gara Selingkuh, Karier Militer Hancur, Keluarga Berantakan

Selain itu karena HP yang dibawa saat dari Merauke rusak sehingga semua nomor kontak keluarga yang ada di dalam HP tersebut hilang.

‘’Saya juga saat itu belum ada niat pulang ke Merauke. Setelah kemarin tidak punya uang sama sekali baru terbesit untuk mau pulang. Tapi, uang tidak ada,’’ jelasnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya