Monday, December 1, 2025
26.4 C
Jayapura

Jualan Kopi Dengan Gerobak Nyentrik, Pakai Ranting dan Atap Ilalang

“Ya saya buat begitu karena memang tidak ada uang jadi saya pakai yang bisa saya gunakan. Tapi ini juga karena saya ingin mempertahankan bentuk tradisi atau budaya kami dimana atap lebih banyak menggunakan ilalang layaknya sebuah honai,” jawabnya. “Ide ini muncul spontan daripada pikir panjang. Apa yang muncul di pikiran itu yang saya kasi jadi,” sambungnya lagi.

Dan untuk harga pergelasnya Tinus memberi standart sangat terjangkau. “Pergelas saat ini saya kasi Rp 10 ribu, bahkan semua menu serba Rp 10 ribu tapi rencana awal tahun nanti saya mau rubah. Untuk menu kopi asli Rp 20 ribu yang lain tetap Rp 10 ribu perhitungan saya hitung dari jari kaki sama jari tangan. Saya bekerja dengan tangan dan kaki itu alasan saya,” ucapnya polos.

Baca Juga :  PD U-17 Jadi Angin Segar untuk Dongkrak Sektor Pariwisata dan Ekonomi Nasional

Untuk pembelinya diakui cukup random. Kadang masyarakat dari Wamena, kadang polisi, satpam, ada juga anak-anak dan orang tua. “Saya bersyukur banyak yang suka dengan cara saya berjualan,” imbuhnya. Meski hingga kini ia tak memiliki kendala namun Tinus memiliki mimpi usahanya bisa terus berkembang. “Saya ingin gerobak saya dipasang seperti motor biar bisa mobilisasi dari ujung ke ujung dan saya ingin buktikan ke keluarga bahwa saya bisa menjalankan tanggungjawab sebagai seorang laki-laki,” tutup Tinus dengan bangga. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

“Ya saya buat begitu karena memang tidak ada uang jadi saya pakai yang bisa saya gunakan. Tapi ini juga karena saya ingin mempertahankan bentuk tradisi atau budaya kami dimana atap lebih banyak menggunakan ilalang layaknya sebuah honai,” jawabnya. “Ide ini muncul spontan daripada pikir panjang. Apa yang muncul di pikiran itu yang saya kasi jadi,” sambungnya lagi.

Dan untuk harga pergelasnya Tinus memberi standart sangat terjangkau. “Pergelas saat ini saya kasi Rp 10 ribu, bahkan semua menu serba Rp 10 ribu tapi rencana awal tahun nanti saya mau rubah. Untuk menu kopi asli Rp 20 ribu yang lain tetap Rp 10 ribu perhitungan saya hitung dari jari kaki sama jari tangan. Saya bekerja dengan tangan dan kaki itu alasan saya,” ucapnya polos.

Baca Juga :  Sinergi Antar Pimpinan Muspida, Jadi Kunci Stabilitas Keamanan di Papua

Untuk pembelinya diakui cukup random. Kadang masyarakat dari Wamena, kadang polisi, satpam, ada juga anak-anak dan orang tua. “Saya bersyukur banyak yang suka dengan cara saya berjualan,” imbuhnya. Meski hingga kini ia tak memiliki kendala namun Tinus memiliki mimpi usahanya bisa terus berkembang. “Saya ingin gerobak saya dipasang seperti motor biar bisa mobilisasi dari ujung ke ujung dan saya ingin buktikan ke keluarga bahwa saya bisa menjalankan tanggungjawab sebagai seorang laki-laki,” tutup Tinus dengan bangga. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya