Mengunjungi Mamberamo Raya, Negeri Seribu Misteri Sejuta Harapan (Bagian II/Habis)
Hampir 10 hari tinggal di Kasonaveja, sedikit demi sedikit mulai ada gambaran memahami misteri apa yang sebenarnya ada di Kabupaten Mamberamo Raya ini. Terlepas dari yang berbau mitos, yang jelas bekerja dan mengabdi di Mamberamo Raya ini memang butuh hati yang tulus dan ikhlas.
Laporan: AGUNG TRI HANDONO_Kasonaveja
Jumat (18/8), sehari setelah upacara HUT RI, para ASN di lingkungan Pemkab Mamberamo Raya menggelar apel pagi di lapangan Pasar Mama-Mama Papua di Burmeso. Biasanya mereka menggelar apel di halaman Kantor Dinas Perhubungan.
Namun untuk menghidupkan roda ekonomi pasar mama-mama Papua, Bupati Mamberamo Raya Dr (HC) Jhon Tabo memerintahkan agar apel pagi setiap Senin dan Jumat digelar di lapangan Pasar Mama-mama Papua ini.
Harapannya, para pegawai ini usai apel pagi, yang belum sempat sarapan dari rumah, bisa membeli makanan atau minuman yang dijual di pasar Mama-mama Papua. Dengan begitu, bisa mendorong perputaran uang dan roda ekonomi masyarakat.
Yah, karena pusat Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya ini sudah dipindah dari Kasonaveja ke Burmeso, maka para pegawai yang tinggal di Kasonaveja memang harus datang lebih awal, karena harus menyeberang sungai Mamberamo dan juga naik ojek atau leften kendaraan dinas menuju ke lokasi apel.
Kondisi alam di Mamberamo Raya memang tidak mudah, selama ini hampir sebagian besar jalur transportasi melalui Sungai Mamberamo dan juga aliran sungai-sungai kecil yang melewati sejumlah perkampungan maupun distrik. Praktis, hidup di Mamberamo Raya ini biaya operasional/transportasi dan biaya hidup lainnya, hampir mirip di daerah pegunungan, jauh lebih tinggi dari Kota Jayapura, Ibu Kota Provinsi Papua.
Kebutuhan bahan bakar pun cukup tinggi, tidak hanya untuk transportasi speed boat atau armada sungai, namun juga untuk kebutuhan bahan bakar mesin pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Bahkan, selama 10 hari, Cenderawasih Pos tinggal di Kasonaveja, praktis hanya pada puncak peringatan hari Kemerdekaan, masyarakat merasa “Merdeka” bisa menikmati listrik selama 24 jam.
Namun sehari setelah itu, listrik hanya menyala beberapa jam. Bahkan, beberapa hari listrik padam selama 24 jam. Kabarnya, stok BBM habis dan masih dalam perjalanan dari Biak. Masyarakat berharap ada pengelolaan listrik yang lebih baik oleh PLN, sehingga masyarakat bisa menikmati listrik 24 jam. Atau paling tidak, setiap malam menyala untuk menerangi pemukiman dan kebutuhan listrik masyarakat.
Sejumlah permasalahan dan tantangan memang cukup komplek dan berpengaruh pada semua sektor di Kabupaten Mamberamo Raya. Tak heran jika Kabupaten Mamberamo Raya ini memiliki slogan, Negeri Seribu Misteri Sejuta Harapan. Selama 10 hari tinggal di Mamberamo Raya, Cenderawasih Pos berpikir keras, apa yang membuat daerah ini disebut penuh misteri. Hanya yang punya hati dan tulus mengabdi, mungkin yang bisa bertahan untuk merubah Mamberamo Raya lebih baik lagi.
Hanya sayangnya, tidak semua memahami dan memiliki komitmen seperti itu. Sehingga terkesan, datang hanya mencari uang dan pergi ke tempat lain, terutama tinggal di Jayapura. Hampir sebagian besar ASN di Mamberamo Raya ini tinggal di Kota Jayapura, Biak maupun daerah sekitarnya. Hanya sedikit sekali pegawai yang menetap, atau mengajak keluarga/istri tinggal di Mamberamo Raya.
Karena itu, memang banyak pegawai yang akhirnya tidak betah. Dan banyak meninggalkan tempat tugas. Bahkan, SK pengangkatan Pengawai Negeri maupaun SK Pelantikan pejabat eselon, banyak yang belum mengambil. Tapi di satu sisi, hak gajinya tetap lancar. Hal ini yang menjadi catatan khusus Pemkab Mamberamo Raya. Bahkan, Bupati John Tabo secara tegas minta gaji ditahan, bagi para ASN maupun pejabat eselon yang belum mengambil SK nya.
Dari masyarakat sendiri, juga masih banyak daerah yang terisolir. Butuh biaya besar transportasi untuk menuju ke Burmeso ibu kota Mamberamo Raya. Pemkab Mambermo Raya sendiri memberikan kebijakan subsidi angkutan kapal sungai, yakni Kapal Cantika 77, dengan tiket ekonomi Rp 300 ribu. Sementara bagi masyarakat lokal, mulai dari Dermaga Teba, Babusa, Trimuris hingga Kasonaveja diberikan tumpangan cuma-cuma bagi masyarakat.
Namun hal ini, belum memberikan efek yang nyata, karena kapal hanya beroperasi atau masuk satu kali dalam seminggu. Belum lagi kampung-kampung/pemukiman masyarakat di pinggiran sungai kecil juga masih kesulitan untuk berpergian atau menjual hasil kebun maupun hasil ikan yang memang cukup banyak. Terutama ikan Mujahir yang ukurannya besar-besar.
Menyikapi kendala transportasi ini, Pemkab Mamberamo Raya selama beberapa tahun terakhir ini membangun jalan tembus yang menghubungkan sejumlah kampung/distrik. Selain untuk lebih menghemat bahan bakar minyak, juga untuk menekan angka kecelakaan angkutan perairan di jalaur sungai.
Dimana di Sungai Mamberamo ini memang ada beberapa titik yang sering menjadi lokasi kecelakaan, baik karena pusaran arus maupun batu-batu di sungai yang rawan tertabrak speed boat. Sudah sering terjadi, korban tenggelam dan speedboat pecah akibat menabrak batu atau batang kayu besar atau kecelakaan lainnya. Beberapa kawasan yang rawan kecelakan tersebut yakni di Maenavalen, Edivalen dan Batavia. Karena itu, jalur darat atau jalan tembus strategis yang menghubungkan beberapa kawasan harus dibangun.
Menurut Bupati Mamberamo Raya Dr (HC) John Tabo, SE, MBA, pembangunan jalan yang dikerjakan saat ini adalah jalan tembus dari Burmeso (Distrik Mamberamo Tengah) menuju ke Sikari-Heri-Kustra (Distrik Mamberamo Tengah Timur).
Sebelumnya, pembangunan ruas jalan dari Burmeso ini mendapat bantuan dari provinsi sepanjang 26 Km dan tahun ini mendapat tambahan 1 Km lagi. Selanjutnya Pemkab Mamberamo Raya melalui APBD tahun 2022 melanjutkan pembangunannya sejauh 6 Km. Tahun 2023 ini juga ada tambahan 14 Km dari APBD Kabupaten Mamberamo Raya.
Rencananya pembangunan jalan dari Heri dilanjutkan menuju Kustra dan Sikari. Selanjutnya dari Sikari ini akan menghubungkan Tayai-Kai Distrik Mamberamo Hulu. Sementara dari Tayai menuju Distrik Fawi Kabupaten Puncak Jaya. Dari Fawi, nantinya akan tembus ke Douw-Wina- Kabupaten Tolikara.
Tak hanya itu untuk ruas jalan di Kasonaveja juga akan dibangun jalan tembus menuju Trimuris-Bonggo (Kabupaten Sarmi) yang saat ini sedang dikerjakan. Sementara untuk wilayah barat Mamberamo Raya juga akan dibangun jalan dengan jalur Gesha Baru-Sipiri-Nadofai menuju ke Waropen.
“Jalan dari ibu kota Mambermoa Raya, Burmeso, menuju ke Sikari dan Kusera lewat Heri, sepanjang 26,5 km ini dari Pemprov Papua , bantuan waktu zaman Pak Lukas Enembe, bantu secara bertahap.”ungkap Bupati John Tabo saat ditemui usai meninjau progress pembangunan jalan itu.
Dari 26,5 Km ini kami dari Pemda Mamberamo rencanakan lanjut 6 km, dari APBD tahun 2022, capai 2,5 km, sudah lewat. “Tahun ini kita anggarkan 14 km, tahun lalu ada tambahan 1,5 km. sudah masuk di Kampung Heri, masyarakat sambut baik pembangunan jalan ini,”ujar Bupati.
Menurut Bupati John Tabo, pembangunan jalan darat ini dinilai sangat strategis. Selain demi keamanan transportasi juga untuk mendorong aktifitas pendidikan, kesehatan dan perekonomian dan lainnya. “Jalur sungai ada tiga tempat yang berbahanya. Bantuan (speedboat) sudah banyak ke masyarakat tapi tidak terawat, selain itu BBM mahal, bisa sampai Rp 6 juta/drum.” tuturnya.
Oleh karena itu, dengan masa jabatannya yang cukup singkat karena dibatasi Pilkada serentak, Bupati John Tabo mengaku bersama dewan fokus buka akses darat, pendidikan, kesehatan dan terus mendorong pelayanan pemerintah berjalan biak.
Tak hanya jalan darat, untuk mengurangi biaya transportasi penyeberangan dari Kasonaveja ke Burmeso dan memperlancar kegiatan ekonomi dan aktifitas masyarakat, Pemkab Mamberamo juga berencana membangun jembatan penyeberangan. Dimana bentang jembatan itu diperkirakan sejauh 200 meter. “Kami sudah lakukan survey, untuk titik pembangunan jembatan yang lokasi tanahnya keras. Tahun depan kita mulai bangun jalan menuju akses ke jembatan yang kana kita bangun nantinya, “tuturnya.
Hanya saja, pembangunan jembatan penyeberangan ini tidak mudah, kaerna butuh biaya yang besar. Oleh karena itu, Pemkab Mamberamo Raya berharap dukungan dari pemeritah pusat maupun provinsi untuk membangun jembatan penyeberangan ini. “Rencana ini sudah kami sampaikan ke Wapres, untuk percepatan pembangunan, termasuk ke Kementerian PUPR,”ungkapnya.
Ke depan, apabila jalan darat sudah tembus, begitu juga jembatan penyeberangan ini terbangun, diharapkan bisa memudahkan mobilitas masyarakat, termasuk pemasaran hasil bumi dan potensi ekonomi lainnya. “Dengan konektifitas jalan ini, semua bisa terhubung,”ujarnya.
Ketua Komisi I DPRD Mamberamo Raya Dany Pateh yang ikut meninjau progres pembangunan jalan ini, menyatakan bahwa sebagai anggota dewan pihaknya sangat mendukung apa yang sudah dilaksanakan Bupati John Tabo. “Kami tetap dukung penyampaian bupati, dalam setiap proses akan kita kawal terus sampai tahun 2024, kami akan terus kawal.”ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Mamberamo Raya, Alberthus mengaku sebagai pelaksana visi dan misi bupati, prioritas pertama dari dinas yang dipimpinnya adalah pembangunan jalan ke Sikari. Sebab, kalau terus lewat sungai beresiko besar. Menurutnya, jalan yang dibangun ini akan menghubungkan dua wilayah Distrik Mamberamo Hulu dengan Distrik Rofaer.
“Panjang jalan dari Burmeso sampai sampai wilayah atas sekitar 91 km, yang sudah sudah dikerja sekitar 58 km, sisa 30 km lebih. Jalan ini nanti akan menghubungkan ke wilayah pegunungan termasuk ke Jayapura.” tuturnya.
Ditambahkan bahwa pekerjaan teknis yang besar sudah dilewati tahun lalu, yakni membongkar atau membelah Gunung Kasuari. Kontur tanah memang sangat tinggi dan rapuh.
“Tapi tadi kita sudah lewati jalan yang baru ini, konturnya sudah datar. Kendala tersulit sudah lewat, target jadi 2,5 km. karena cut and fill tinggi. Tahun lalu (dianggarkan) Rp 20 miliar, tahun ini Rp 48 miliardari kabupaten, sharing dengan provinsi, yang 30 km tersisa masih butuh Rp 120-an miliar.”beber Alberthus.
Cenderawasih Pos yang ikut menumpang di bak belakang mobil dinas Bappeda, juga merasakan kondisi jalan yang baru dibangun. Bagian yang diaspal memang baru sedikit di sekitar Burmeso, selebihnya masih baru pengerasan jalan, dan jalan erbatu kerikil.
Mendekati daerah Heri, tepatnya di Gunung/Bukit Kasuari kondisi jalan memang terlihat baru dibuka, sehingga masih banyak berlumpur hitam. Selain itu, kontur jalan ini masih banyak tanjakan dan turunan yang cukup berbahaya. Bahkan, karena ban mobil sudah halus, mobil yang kami tumpangi tidak sampai ke ujung jalan yang dibangun. Sangat beresiko masuk jurang bila dipaksakan.
Begitu pula, saat berganti dengan mobil hilux yang relatif baru dari DPMK, juga sangat kesulitan untuk menanjak di beberapa tikungan yang tajam. Karena sangat beresiko, akhirnya kembali menunggu di lokasi yang relatif aman. Sementara rombongan Bupati John Tabo yang sudah berangkat duluan, sudah sampai di ujung jalan.
Membangun Mamberamo Raya memang masih butuh usaha keras. Meski jaringan telkomunikasi relatif lancar dengan adanya jaringan BAKTI dari Kominfo, namun tranportasi masih sangat sulit.
Tidak setiap hari kapal penumpang masuk. KM Cantika Lestari 77 hanya masuk di Mamberamo Raya hari Kamis, dan Sabtu kembali ke Jayapura. Sementara itu, pesawat reguler dengan bantuan subsidi pemerintah hanya pada hari Kamis. Dengan landasan pacu yang hanya sekira 700 meter, hanya pesawat kecil yang bisa masuk.
Karena ingin merasakan jalur transportasi lain, Cenderawasih Pos Sabtu (19/8) urung untuk pulang dengan KM Cantika. Sebab, ada tawaran untuk naik pesawat dengan rombongan Bank Papua yang hari itu melakukan penandatanganan kerjasama dengan Pemkab Mamberamo Raya.
Hanya saja, karena tidak ada pesawat carteran dari bawah, dengan alasan kendala tehnis tidak ada penerbangan hari itu. Hari Minggu berikutnya, pesawat tiba. Hanya saja, saat hendak naik, pilot menyatakan dari hasil timbangan penumpang dan barang, kelebihan 100 kg. Meski seat masih ada, dari 11 seat hanya 8 penumpang yang bisa berangkat, akhirnya Cenderawasih Pos demi keselamatan penerbangan, harus rela tinggal lagi di Kasonaveja.
Beberapa hari menunggu pesawat tak ada kunjung ada yang masuk ke Kasonaveja.Hingga hari Kamis, Jadwal pesawat reguler yang ada subsidi pemerintah, masuk. Rute pesawat ini, Sentani-Kasonaveja ke Biak dan kembali ke Sentani lewat Kasonaveja lagi. Perasaan gembira karena segera kembali ke Jayapura, sempat pupus, karena pesawat diprioritaskan untuk mengangkut pasien rujukan rumah sakit Mamberamo Raya ke Jayapura. Penumpang biasa tidak bisa ikut, prioritas pasien dan keluarganya.
Alternatifnya, ikut pesawat ke Biak dulu dan cari penerbangan ke Jayapura dari Biak. Itu yang akhirnya saya pilih, karena memang sudah cukup jenuh menunggu tanpa ada kegiatan yang jelas di Kasonaveja. Namun, merasakan mandi pakai air hujan tiap hari, dan mengisi waktu malam tanpa nyala listrik dengan aktifitas bakar ikan Mujahir dan pisang mentah untuk makan malam, seperti masih terus terasa, meski sudah tiba di Jayapura. (*)