JAYAPURA – Bulog akui saat ini stok beras yang ada di Gudang Bulog merupakan beras impor dari Thailand dan Vietnam.
Wakil Pimpinan Kanwil Bulog Papua dan Papua Barat Dedy Apriliady menjelaskan, untuk beras dalam negeri saat ini tidak tersedia, khusus stok beras yang masuk di gudang Bulog merupakan beras Luar Negeri (LN).
“Stok beras saat ini berjumlah 12. 700 ton, ini terbagi-bagi ada yang sudah ada di gudang, ada yang dalam posisi bongkar, ada yang masih di dalam kapal, tetapi sudah ada di wilayah Papua, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Kamis (6/7) kemarin.
Diakuinya, untuk konsumsi atau penyaluran beras kepada masyarakat kurang lebih 6.100 ton jadi stok saat ini bisa mencakup untuk dua bulan ke depan.
“Sementara yang akan dimuat lagi dari daerah pengiriman sebanyak 35 ribu ton, jadi untuk ketersediaan beras kami pastikan sangat cukup, masyarakat tidak perlu khawatir. Beras yang ada di kami saat ini dan yang akan masuk, merupakan beras impor, atau beras LN, untuk beras Dalam Negeri tidak tersedia, “tandasnya. (ana/ary)
JAYAPURA – Bulog akui saat ini stok beras yang ada di Gudang Bulog merupakan beras impor dari Thailand dan Vietnam.
Wakil Pimpinan Kanwil Bulog Papua dan Papua Barat Dedy Apriliady menjelaskan, untuk beras dalam negeri saat ini tidak tersedia, khusus stok beras yang masuk di gudang Bulog merupakan beras Luar Negeri (LN).
“Stok beras saat ini berjumlah 12. 700 ton, ini terbagi-bagi ada yang sudah ada di gudang, ada yang dalam posisi bongkar, ada yang masih di dalam kapal, tetapi sudah ada di wilayah Papua, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Kamis (6/7) kemarin.
Diakuinya, untuk konsumsi atau penyaluran beras kepada masyarakat kurang lebih 6.100 ton jadi stok saat ini bisa mencakup untuk dua bulan ke depan.
“Sementara yang akan dimuat lagi dari daerah pengiriman sebanyak 35 ribu ton, jadi untuk ketersediaan beras kami pastikan sangat cukup, masyarakat tidak perlu khawatir. Beras yang ada di kami saat ini dan yang akan masuk, merupakan beras impor, atau beras LN, untuk beras Dalam Negeri tidak tersedia, “tandasnya. (ana/ary)
