Thursday, March 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Energizing! PT Pertamina Berikan Dukungan Penuh Pengembangan Kobek Milenial

Miniatur pohon kelapa dari bahan plastik mungkin banyak ditemui di sekitar kita. Tapi bagaimana jika miniatur atau hiasan bentuk pohon kelapa itu sendiri terbuat dari tempurung kelapa. Bagaimana cara pembuatannya? Berikut penuturan Mama Yane sebagai pengrajin UMKM Kobek Milenial hiasan dari tempurung kelapa.

JAYAPURA – Setiap insan manusia telah dibekali dengan keterampilan sesuai bidang masing-masing, seperti yang dilakukan oleh mama Yane Maria Nari, wanita Papua yang mampu menciptakan berbagai macam hiasan dari tempurung kelapa.

Profesi yang digeluti oleh wanita berusia 57 tahun itu mungkin terbilang langka. Dengan tangan dinginnya ia mampu menyulap tempurung kelapa menjadi sebuah pernak-pernik hiasan rumah yang begitu indah.

Mulai dari perahu layar, lampu belajar, bunga matahari, peralatan makan, serta yang paling unik adalah sebuah miniatur pohon kelapa yang mulai dari daun hingga buahnya semua terbuat dari tempurung kelapa itu sendiri.

Mama Yane menceritakan, bahwa usaha yang ia geluti sudah berjalan selama 20 tahun. Mulai dari menggunakan alat seadanya hingga menjadi mitra binaan PT Pertamina. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, PT Pertamina (Persero) tidak semata-mata berorientasi kepada keuntungan (profit). Perusahaan ini juga memiliki kepedulian terhadap pembinaan lingkungan sekitar, khususnya UMKM.

Di dalam ruangan yang memiliki luas 5×4 meter di bukit Dok VII Jayapura, yang ia sebut sebagai rumah produksi, Mama Yane menuturkan, di tempat itu ia selalu menghabiskan waktunya setiap hari untuk berfantasi menciptakan ide baru mengubah tempurung kelapa menjadi sebuah hiasan yang memanjakan mata.

Ternyata Mama Yane tak sendirian, bak buah jatuh tak jauh dari pohonya, bakatnya itu pun ia wariskan untuk anak-anaknya. Kini, ia kerap dibantu oleh 4 buah hatinya.

Mama Yane membeberkan, bahwa bakatnya kian berkembang saat PT Pertamina mengirimnya ke Yogyakarta mengikuti pelatihan kerajinan tempurung kelapa. Selama seminggu, wanita beranak lima itu mengaku membawa pulang banyak pengetahuan soal kerajinan tersebut.

Baca Juga :  1000 Personil Disiapkan Jika Eskalasi Meningkat

“PT Pertamina mulai mengikuti saya sudah 5 tahun, awalnya saya pakai sistem manual dari pecahan beling, tapi akhirnya di tahun 2019, Pertamina berangkatkan saya dengan satu anak saya ikut pelatihan selama seminggu,” ungkap Mama Yane kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (30/10).

Beranjak dari situ, PT Pertamina pun mendirikan sebuah rumah produksi serta dilengkapi dengan mesin produksi.

“Mereka (PT Pertamina) bangun rumah produksi dulu baru mesin datang,” ujar Mama Yane sambil membersihkan debu yang menempel pada souvenir perahu tempurung kelapa itu.

Didampingi 2 putrinya, Mama Yane mengaku, berbekal pelatihan dari PT Pertamina, ide-ide kreatifnya pun muncul serta dibarengi dengan hasil karya yang unik-unik. Ia juga menegaskan bahwa PT Pertamina benar-benar menjadi sebuah Energizing bagi dirinya dalam mengembangkan usahanya.

Mama Yane bertutur, untuk mendapatkan sebuah tempurung, mereka lebih dulu mengolah kelapa kering yang utuh untuk mendapatkan sebuah tempurung. Tak tanggung-tanggung, untuk kepala tua yang mereka gunakan didatangkan langsung dari kampung Skouw (salah satu kampung di batas negara).

“Kami beli yang jatuh dari pohon, nanti sampai di rumah baru kuliti. Karena lebih murah kalau beli kelapa utuh dari pada harus beli yang sudah jadi tempurung. Semua jenis kelapa bisa kita gunakan, tergantung dari kita yang olah seperti apa,” ucapnya.

Ucap Mama Yane, berbekal pelatihan serta ditunjang dengan mesin gerinda yang diberikan oleh PT Pertamina, dalam membuat souvenir pohon kelapa, miniatur pohon kelapa serta bunga matahari hanya membutuhkan waktu dua hari.

Saking hebatnya, Mama Yane pun bisa membuat souvenir sesuai selera pemesan. Hal itu yang menjadi nilai plus salah satu anggota komunitas Kobek Milenial Jayapura itu.

Soal harga pun, masih terbilang murah. Mulai dibandrol dari harga 10 ribu hingga 5 juta. “Paling murah itu hiasan sendok seharga Rp 10 ribu, pohon kelapa Rp 2,5 juta, dan yang paling mahal itu miniatur perahu seharga Rp 5 juta,” ucap Mama Yane sambil menunjuk perahu yang berdiri kokoh di atas etalase.

Baca Juga :  Petronela Siapkan Sekolah Alam Ciberi Untuk Kota Jayapura

Hasil karyanya pun saat ini mulai diminati banyak orang. Meski terbatas, tapi hasil penjualan souvenir pun sudah dapat menopang kehidupan keluarga mama Yane. Bahkan beberapa hasil produksinya tahun ini (2021) habis laku terjual saat pelaksanaan PON XX 2021 serta diborong oleh Galery Kerajinan Dinas Kehutanan Papua.

Tapi jauh sebelum bergelut dengan tempurung, ternyata Mama Yane juga hobby mendaur ulang sampah menjadi hiasan rumah. Karena semakin menjamurnya pengrajin daur ulang sampah membuat Mama Yane banting stir ke tempurung kelapa.

“Saya pikir kalau daur ulang sampah di Papua susah banyak. Tapi saat mendaur ulang sampah, saya juga sering juara dalam perlombaan pohon natal yang diadakan oleh pak Walikota. Setelah tahun 2016 saya minta ke Pertamina untuk bagaimana bisa membantu saya, dan tahun 2019 akhirnya benar-benar difasilitasi,” bebernya.

Tapi kata Mama Yane, usaha sampah yang ia tekuni dulu tidak berjalan mulus. Ia mengaku pernah menemui masa sulit yang hampir membuat dirinya hampir menyerah untuk meninggalkan usahanya tersebut sebelum beralih ke tempurung kelapa.

“Dulu saya punya kelompok kerja ada 14 orang, tapi itu masih kerja sampah. Waktu itu mereka maunya habis kerja pulang langsung kasih uang, saya pikir mau ambil uang dimana mau bayar. Terus mereka keluar sampai habis, sudah tidak ada orang lagi, dan saya berpikir saya tidak bisa kasih tinggal harus bangun ini dan caranya bagaimana, terpaksa saya punya anak-anak saya kumpul dan terus menjalankan usaha itu hingga ke tempurung kelapa,” bebernya.

“Saat usaha tempurung dan dibantu dengan PT Pertamina, hasilnya pun lumayan. Semua hasil penjualan pun semuanya untuk kami, kami sangat berterimakasih kepada PT Pertamina,” tandasnya. (eri).

Miniatur pohon kelapa dari bahan plastik mungkin banyak ditemui di sekitar kita. Tapi bagaimana jika miniatur atau hiasan bentuk pohon kelapa itu sendiri terbuat dari tempurung kelapa. Bagaimana cara pembuatannya? Berikut penuturan Mama Yane sebagai pengrajin UMKM Kobek Milenial hiasan dari tempurung kelapa.

JAYAPURA – Setiap insan manusia telah dibekali dengan keterampilan sesuai bidang masing-masing, seperti yang dilakukan oleh mama Yane Maria Nari, wanita Papua yang mampu menciptakan berbagai macam hiasan dari tempurung kelapa.

Profesi yang digeluti oleh wanita berusia 57 tahun itu mungkin terbilang langka. Dengan tangan dinginnya ia mampu menyulap tempurung kelapa menjadi sebuah pernak-pernik hiasan rumah yang begitu indah.

Mulai dari perahu layar, lampu belajar, bunga matahari, peralatan makan, serta yang paling unik adalah sebuah miniatur pohon kelapa yang mulai dari daun hingga buahnya semua terbuat dari tempurung kelapa itu sendiri.

Mama Yane menceritakan, bahwa usaha yang ia geluti sudah berjalan selama 20 tahun. Mulai dari menggunakan alat seadanya hingga menjadi mitra binaan PT Pertamina. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, PT Pertamina (Persero) tidak semata-mata berorientasi kepada keuntungan (profit). Perusahaan ini juga memiliki kepedulian terhadap pembinaan lingkungan sekitar, khususnya UMKM.

Di dalam ruangan yang memiliki luas 5×4 meter di bukit Dok VII Jayapura, yang ia sebut sebagai rumah produksi, Mama Yane menuturkan, di tempat itu ia selalu menghabiskan waktunya setiap hari untuk berfantasi menciptakan ide baru mengubah tempurung kelapa menjadi sebuah hiasan yang memanjakan mata.

Ternyata Mama Yane tak sendirian, bak buah jatuh tak jauh dari pohonya, bakatnya itu pun ia wariskan untuk anak-anaknya. Kini, ia kerap dibantu oleh 4 buah hatinya.

Mama Yane membeberkan, bahwa bakatnya kian berkembang saat PT Pertamina mengirimnya ke Yogyakarta mengikuti pelatihan kerajinan tempurung kelapa. Selama seminggu, wanita beranak lima itu mengaku membawa pulang banyak pengetahuan soal kerajinan tersebut.

Baca Juga :  1000 Personil Disiapkan Jika Eskalasi Meningkat

“PT Pertamina mulai mengikuti saya sudah 5 tahun, awalnya saya pakai sistem manual dari pecahan beling, tapi akhirnya di tahun 2019, Pertamina berangkatkan saya dengan satu anak saya ikut pelatihan selama seminggu,” ungkap Mama Yane kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (30/10).

Beranjak dari situ, PT Pertamina pun mendirikan sebuah rumah produksi serta dilengkapi dengan mesin produksi.

“Mereka (PT Pertamina) bangun rumah produksi dulu baru mesin datang,” ujar Mama Yane sambil membersihkan debu yang menempel pada souvenir perahu tempurung kelapa itu.

Didampingi 2 putrinya, Mama Yane mengaku, berbekal pelatihan dari PT Pertamina, ide-ide kreatifnya pun muncul serta dibarengi dengan hasil karya yang unik-unik. Ia juga menegaskan bahwa PT Pertamina benar-benar menjadi sebuah Energizing bagi dirinya dalam mengembangkan usahanya.

Mama Yane bertutur, untuk mendapatkan sebuah tempurung, mereka lebih dulu mengolah kelapa kering yang utuh untuk mendapatkan sebuah tempurung. Tak tanggung-tanggung, untuk kepala tua yang mereka gunakan didatangkan langsung dari kampung Skouw (salah satu kampung di batas negara).

“Kami beli yang jatuh dari pohon, nanti sampai di rumah baru kuliti. Karena lebih murah kalau beli kelapa utuh dari pada harus beli yang sudah jadi tempurung. Semua jenis kelapa bisa kita gunakan, tergantung dari kita yang olah seperti apa,” ucapnya.

Ucap Mama Yane, berbekal pelatihan serta ditunjang dengan mesin gerinda yang diberikan oleh PT Pertamina, dalam membuat souvenir pohon kelapa, miniatur pohon kelapa serta bunga matahari hanya membutuhkan waktu dua hari.

Saking hebatnya, Mama Yane pun bisa membuat souvenir sesuai selera pemesan. Hal itu yang menjadi nilai plus salah satu anggota komunitas Kobek Milenial Jayapura itu.

Soal harga pun, masih terbilang murah. Mulai dibandrol dari harga 10 ribu hingga 5 juta. “Paling murah itu hiasan sendok seharga Rp 10 ribu, pohon kelapa Rp 2,5 juta, dan yang paling mahal itu miniatur perahu seharga Rp 5 juta,” ucap Mama Yane sambil menunjuk perahu yang berdiri kokoh di atas etalase.

Baca Juga :  Dua Pelaku Korupsi Rp 25 M Jadi Tersangka

Hasil karyanya pun saat ini mulai diminati banyak orang. Meski terbatas, tapi hasil penjualan souvenir pun sudah dapat menopang kehidupan keluarga mama Yane. Bahkan beberapa hasil produksinya tahun ini (2021) habis laku terjual saat pelaksanaan PON XX 2021 serta diborong oleh Galery Kerajinan Dinas Kehutanan Papua.

Tapi jauh sebelum bergelut dengan tempurung, ternyata Mama Yane juga hobby mendaur ulang sampah menjadi hiasan rumah. Karena semakin menjamurnya pengrajin daur ulang sampah membuat Mama Yane banting stir ke tempurung kelapa.

“Saya pikir kalau daur ulang sampah di Papua susah banyak. Tapi saat mendaur ulang sampah, saya juga sering juara dalam perlombaan pohon natal yang diadakan oleh pak Walikota. Setelah tahun 2016 saya minta ke Pertamina untuk bagaimana bisa membantu saya, dan tahun 2019 akhirnya benar-benar difasilitasi,” bebernya.

Tapi kata Mama Yane, usaha sampah yang ia tekuni dulu tidak berjalan mulus. Ia mengaku pernah menemui masa sulit yang hampir membuat dirinya hampir menyerah untuk meninggalkan usahanya tersebut sebelum beralih ke tempurung kelapa.

“Dulu saya punya kelompok kerja ada 14 orang, tapi itu masih kerja sampah. Waktu itu mereka maunya habis kerja pulang langsung kasih uang, saya pikir mau ambil uang dimana mau bayar. Terus mereka keluar sampai habis, sudah tidak ada orang lagi, dan saya berpikir saya tidak bisa kasih tinggal harus bangun ini dan caranya bagaimana, terpaksa saya punya anak-anak saya kumpul dan terus menjalankan usaha itu hingga ke tempurung kelapa,” bebernya.

“Saat usaha tempurung dan dibantu dengan PT Pertamina, hasilnya pun lumayan. Semua hasil penjualan pun semuanya untuk kami, kami sangat berterimakasih kepada PT Pertamina,” tandasnya. (eri).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya