Mandacan menilai, peringatan 100 tahun Aitumeri juga menjadi momentum refleksi bagi seluruh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan di Tanah Papua untuk memperkuat komitmen terhadap pemerataan dan kualitas pendidikan. Pemerintah Provinsi Papua Barat saat ini telah meluncurkan program strategis seperti Papua Cerdas, beasiswa afirmasi bagi mahasiswa asli Papua, serta peningkatan kualitas guru dan infrastruktur sekolah di daerah terpencil.
“Pendidikan adalah fondasi utama pembangunan. Tanpa pendidikan, kita kehilangan arah,” ujar Mandacan. Dalam kesempatan itu, Dominggus juga mengajak gereja, lembaga pendidikan, dan seluruh masyarakat agar tetap melestarikan warisan nilai iman maupun ilmu yang menjadi dasar sejarah peradaban pendidikan di Tanah Papua.
Hal itu sesuai pesan Dominee Izaak Samuel Kijne saat mendirikan sekolah formal 100 tahun silam yaitu, ‘di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua’ yang menjadi semangat kebangkitan dari masa ke masa.
“Pesan Kijne harus terus kita hidupkan, bukan hanya sebagai kata-kata sejarah, tetapi arah perjuangan membangun manusia Papua berkarakter,” tegasnya.
Bupati Teluk Wondama Elyza Auri menyebut, pelestarian dan pengembangan situs Aitumeri bukan hanya menjadi tanggung jawab moril Kabupaten Wondama, melainkan seluruh pemerintah daerah dan masyarakat di Tanah Papua.
“Semua orang Papua punya tanggung jawab moril yang sama, karena dari bukit Aitumeri ini orang Papua mulai mengenal pendidikan,” ujarnya.
Mandacan menilai, peringatan 100 tahun Aitumeri juga menjadi momentum refleksi bagi seluruh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan di Tanah Papua untuk memperkuat komitmen terhadap pemerataan dan kualitas pendidikan. Pemerintah Provinsi Papua Barat saat ini telah meluncurkan program strategis seperti Papua Cerdas, beasiswa afirmasi bagi mahasiswa asli Papua, serta peningkatan kualitas guru dan infrastruktur sekolah di daerah terpencil.
“Pendidikan adalah fondasi utama pembangunan. Tanpa pendidikan, kita kehilangan arah,” ujar Mandacan. Dalam kesempatan itu, Dominggus juga mengajak gereja, lembaga pendidikan, dan seluruh masyarakat agar tetap melestarikan warisan nilai iman maupun ilmu yang menjadi dasar sejarah peradaban pendidikan di Tanah Papua.
Hal itu sesuai pesan Dominee Izaak Samuel Kijne saat mendirikan sekolah formal 100 tahun silam yaitu, ‘di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua’ yang menjadi semangat kebangkitan dari masa ke masa.
“Pesan Kijne harus terus kita hidupkan, bukan hanya sebagai kata-kata sejarah, tetapi arah perjuangan membangun manusia Papua berkarakter,” tegasnya.
Bupati Teluk Wondama Elyza Auri menyebut, pelestarian dan pengembangan situs Aitumeri bukan hanya menjadi tanggung jawab moril Kabupaten Wondama, melainkan seluruh pemerintah daerah dan masyarakat di Tanah Papua.
“Semua orang Papua punya tanggung jawab moril yang sama, karena dari bukit Aitumeri ini orang Papua mulai mengenal pendidikan,” ujarnya.