Wednesday, October 29, 2025
32.7 C
Jayapura

Perayaan 100 Tahun Aitumeri Jadi Kompas Moral Pembangunan Tanah Papua

JAKARTA – Perayaan 100 tahun situs Aitumeri atau 1 abad sejarah peradaban orang asli Papua mengenal pendidikan formal melalui Nubuatan Dominee Izaak Samuel Kijne di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, menjadi kompas moral menuntun arah pembangunan masa depan.

Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan di Wasior, Sabtu, mengatakan nilai-nilai luhur warisan Dominee Izaak Samuel Kijne sejak mendirikan sekolah formal pertama pada 25 Oktober 1925 membentuk karakter orang Papua yang beriman, berilmu, dan berdaya saing.

“100 tahun Aitumeri bukan sekadar mengenang sejarah, tapi momen meneguhkan arah pembangunan Papua berdasarkan nilai iman, ilmu, dan kasih yang ditanamkan Kijne,” ujar Mandacan.

Menurut dia, sekolah formal yang diperkenalkan zendeling asal Belanda di Bukit Aitumeri telah membuka cakrawala orang Papua untuk mengenal dunia pengetahuan, belajar membaca dan menulis, memahami makna kemajuan serta peradaban modern.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Siap Tebus Rp 3,5 M untuk SMPN 1 Sentani

Cahaya pendidikan terus menyala dari bilik-bilik sekolah sederhana kemudian terus berkembang dan melahirkan sumber daya manusia (SDM) Papua yang berani bermimpi, sekaligus menatap masa depan dengan percaya diri.

“Dari sinilah cahaya pendidikan menyala. Setelah 100 tahun, kita semua kembali memastikan api itu tidak padam dan terus menerangi seluruh Tanah Papua,” katanya.

JAKARTA – Perayaan 100 tahun situs Aitumeri atau 1 abad sejarah peradaban orang asli Papua mengenal pendidikan formal melalui Nubuatan Dominee Izaak Samuel Kijne di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, menjadi kompas moral menuntun arah pembangunan masa depan.

Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan di Wasior, Sabtu, mengatakan nilai-nilai luhur warisan Dominee Izaak Samuel Kijne sejak mendirikan sekolah formal pertama pada 25 Oktober 1925 membentuk karakter orang Papua yang beriman, berilmu, dan berdaya saing.

“100 tahun Aitumeri bukan sekadar mengenang sejarah, tapi momen meneguhkan arah pembangunan Papua berdasarkan nilai iman, ilmu, dan kasih yang ditanamkan Kijne,” ujar Mandacan.

Menurut dia, sekolah formal yang diperkenalkan zendeling asal Belanda di Bukit Aitumeri telah membuka cakrawala orang Papua untuk mengenal dunia pengetahuan, belajar membaca dan menulis, memahami makna kemajuan serta peradaban modern.

Baca Juga :  Adu Promosi UMKM Indonesia-PNG di Zona Netral

Cahaya pendidikan terus menyala dari bilik-bilik sekolah sederhana kemudian terus berkembang dan melahirkan sumber daya manusia (SDM) Papua yang berani bermimpi, sekaligus menatap masa depan dengan percaya diri.

“Dari sinilah cahaya pendidikan menyala. Setelah 100 tahun, kita semua kembali memastikan api itu tidak padam dan terus menerangi seluruh Tanah Papua,” katanya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/