Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Tim Investigasi Tiba di Distrik Fayit

Kolonel Inf Muhammad Aidi

*Oknum Anggota yang Lepas Tembakan Akan Diproses

JAYAPURA- Tim investigasi gabungan TNI-Polri dan Komnas HAM tiba di Distrik Fayit, Kabupaten Asmat, elasa (28/5). Tim ini akan menyelidiki insiden tewasnya 4 warga yang tertembak oleh salah satu anggota TNI, Senin (27/5).

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebutkan tim investigasi yang turun  ke Distrik Fayit  untuk proses penyelidikan terdiri dari 2 personel Kumdam XVII/Cenderawasih, 2 personel dari Pomdam, 2 pesonel dari Polda Papua dan 2 orang dari Komnas HAM Papua.

“Tim ini proses kerjanya akan melakukan olah TKP, dan memintai keterangan masyarakat setempat,” ucap Aidi saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Selasa (28/5). 

Dikatakan, empat jenazah yaitu Xaverius Sai (40) warga kampung Bawus, Nikolaus Tupa (38) kampung Akantapak, Matias Amunep (16) warga kampung Akantapak dan  Frederikus Inepi (35) warga kampumg Bagair masih berada di Pukesmas. Sementara Jhon Tatai (25) yang mengalami luka tembak di siku tangan kanan dan kiri, masih mendapatkan perawatan medis di  Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asmat.

“Setelah pembicaraan dengan keluarga korban, rencana empat jenazah akan dimakamkan, Rabu (29/5). Kepada korban akan  diberikan santunan sebagai ungkapan bela sungkawa dari Kodam XVII/Cenderawasih,” jelasnya.

Apapun yang menjadi hasil temuan dari investigasi tim di lapangan, oknum anggota yang melepaskan tembakan menurutnya akan diproses hukum. Adapun hasil proses hukum tergantung dari hasil pemeriksaan di lapangan.

“Anggota yang melepas tembakan sudah diterbangkan ke Merauke bersama 3 rekan dan keluarganya,” kata Aidi.

Dari informasi yang dihimpun di lapangan, pihaknya mendapatkan inormasi bahwa empat anggotanya masuk dalam perangkap. Keempatnya terjebak dalam kerumuman massa yang saat itu berjumlah 350 orang.

“Kalau dia tidak melakukan tindakan penembakan, kemungkinan mereka ini yang menjadi korban,” ucap Aidi. 

Di tempat terpisah, Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Jacobus Marzuki mengatakan kejadian di Distrik Fayit, Asmat Senin (27/5) lalu, berawal dari permasalahan hasil Pemilu Legislatif (Pileg) yang kurang kesadaran hukum, sehingga terjadi konflik di tingkat bawah. Padahal menurutnya ada jalur yang sesuai konstitusional yaitu mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

“Ini bagian dari  risiko Pileg yang kurang kesadaran hukum. Ada jalur yang bisa ditempuh dalam hal ini MK, tapi mereka malah konflik hingga menyebabkan orang meninggal dunia,” ucap Wakapolda Jacobus Marzuki kepada wartawan usai apel gelar pasukan di Mako Brimob Kotaraja, Selasa (28/5).

Baca Juga :  Otsus Bukan Untuk Perjalanan Dinas ASN

Lanjutnya, masyarakat juga tak perlu mengancam petugas yang ada di lapangan. Pasalnya  banyak petugas juga yang meninggal di Papua.

Dikatakan, dalam kasus seperti ini pihaknya mengedepankan penanganan dari pemerintah daerah dengan melibatkan bupati dan stakeholder lainnya.

Disinggung apakah ada yang diamankan, Wakopolda mengaku pihaknya saat ini masih fokus melakukan investigasi bersama tim. 

Di tempat yang sama Wakil Gubernur Provinsi Papua, Klemen Tinal menyayangkan insiden penembakan terhadap 5 warga Distrik Fayit, Kabupaten Asmat yang menewaskan empat warga dan satu orang masih mendapatkan perawatan medis di RSUD Asmat.

“Kita tidak harapkan situasi seperti itu, kalau memang ada kasus harus diselesaikan,” ucap Klemen Tinal kepada wartawan.

Terkait dengan insiden ini, Wagub meminta agar semua pihak yang terlibat  diperiksa supaya semua pihak mendapatkan rasa keamanan dan keadilan.

“Kami tidak ingin hal-hal seperti ini terjadi lagi dikemudian hari, sosial kontrol masyarakat ke depan harus lebih baik supaya tidak ada yang mengecewakan,” pungkasnya. 

Sementara itu dari Merauke dilaporkan, Komandan Korem 174/ATW Brigjen TNI  Agus Abdurrauf, SIP,    turun langsung ke  lokasi  penembakan  yang menyebabkan 4 warga  tewas dan 1 kritis di Distrik Fayit, Kabupaten Asmat,  Selasa (28/5)  kemarin.

Jenderal bintang satu tersebut berangkat ke Asmat dari Merauke menggunakan pesawat jenis caravan didampingi Dandim 1707/Merauke. 

Kepada wartawan di Bandara Mopah Merauke, Danrem  Agus  Abdurrauf menjelaskan  dirinya  menuju Asmat    untuk memastikan  bagaimana kejadian sebenarnya. 

‘’Saya ke sana ingin memastikan bagaimana kejadian sebenarnya. Kan begitu. Sampai terjadi seperti. Sebenarnya bagaimana kejadianya,’’ kata Danrem. 

Soal  anggota Koramil  Fayit  apakah sudah ditarik seluruhnya, Danrem menjelaskan bahwa keempat anggota Koramil   Fayit seluruhnya sudah ditarik  untuk diamankan. ‘’Karena angota juga merasa terancam dan kita amankan supaya dia juga tidak ketakutan,’’ tandasnya. 

Selain itu, empat anggota tersebut diakuinya juga akan dimintai keterangannya. ‘’Apakah tindakannya  tersebut ada kesalahan atau  kekeliruan dalam menghadapi massa seperti itu,’’ jelasnya.  

Danrem menambahkan bahwa di Pos Koramil  Fayit  tersebut ada 4 anggota  dengan  pangkat  tertinggi adalah sersan kepala.

Insiden di Distrik Fayit ini memantik tanggapan dari salah satu anggota DPR Papua dari daerah pemilihan wilayah Selatan, Asmat, Merauke, Kusmanto. 

 Secara gamblang  ia menyayangkan insiden tewasnya 4 warga karena tertembak. Iapun berharap pimpinan DPRP bisa segera mengeluarkan surat untuk membentuk tim investigasi mengecek krnologis sebenarnya. 

Baca Juga :  Kerja Keras Tim Eksekutif dan Legislatif

Saat ini informasi yang diperoleh DPR berawal dari protesnya soal hasil Pemilu. Ada salah satu Caleg yang tak terima jika suaranya dialihkan kepada Caleg lain yang masih satu partai sehingga mengerahkan massa dan menghancurkan kantor distrik termasuk salah satu rumah milik anggota DPR Asmat,  Handayani. 

 Nah beberapa anggota polisi yang berjaga di pos dengan jarak cukup dekat mencoba menghalangi aksi massa dengan membuang tembakan ke udara. Namun karena massa datang dengan berbagai senjata tajam termasuk senjata tradisional akhirnya terjadi letupan yang mengenai warga. Empat orang roboh dan meninggal.  “Ini kami sayangkan juga sebab sebenarnya ada ruang yang sudah disiapkan secara konstitusional tanpa harus merusak, membakar apalagi dengan cara memaksa. Tapi semua sudah terjadi sehingga kami pikir ini harus segera disikapi,” kata Kusmanto menjawab pertanyaan Cenderawasih Pos di ruang Bapem Perda DPRP, Selasa (28/5).

 Selain itu ia juga menyayangkan karena menganggap kondisi ini gagal diredam oleh aparat keamanan. Harusnya kata Kusmanto  ketika mengetahui ada upaya untuk melakukan protes dengan pengerahan massa, aparat intelejen sudah memberi informasi dan masukan. 

“Kami berharap pimpinan DPRP bisa segera membuat tim investigasi agar diketahui data sebenarnya disana. Saya melihat ketidakpuasan terhadap Pemilu ini dimana-mana namun harusnya disampaikan ke pihak yang sudah diberikan kewenangan agar tak anarkhis, potensi kerusuhan juga harusnya terdeteksi lebih dini,” jelasnya. 

Secara terpisah anggota Komisi II DPRP, John Gobay menyampaikan bahwa  dari kronologis yang didapat dari Ketua SKP Keuskupan Agats, Pastor Linus Dumatubun Pr menjelaskan bahwa  ada kekecewaaan dari 3 kampung di Distrik Aswi yang merupakan distrik pemekaran dari Distrik Fayit. Awalnya masyarakat 3 kampung ini berangkat ke Agats untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait tidak lolosnya caleg anak mereka. Namun setibanya di Distrik Fayit massa mendengar bahwa ada Caleg perempuan istri dari pedagang yang bukan asli Papua yang lolos.  

Nah diduga ada yang memprovokasi  sehingga masyarakat marah kemudian melakukan pengrusakan. “Namun untuk kronologis penembakan, pastor yang akan melakukan investigasi ke TKP,” jelas John Gobay.

Ia menyebutkan dalam sebulan terakhir ada beberapa anak muda Papua yang tewas akibat peluru oknum aparat. Ini menurutnya perlu segera disikapi dan dituntaskan. “Apakah harus dengan menembak  untuk mematikan atau ada prosedur lain,” cecarnya. (fia/ulo/ade/nat)

Kolonel Inf Muhammad Aidi

*Oknum Anggota yang Lepas Tembakan Akan Diproses

JAYAPURA- Tim investigasi gabungan TNI-Polri dan Komnas HAM tiba di Distrik Fayit, Kabupaten Asmat, elasa (28/5). Tim ini akan menyelidiki insiden tewasnya 4 warga yang tertembak oleh salah satu anggota TNI, Senin (27/5).

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebutkan tim investigasi yang turun  ke Distrik Fayit  untuk proses penyelidikan terdiri dari 2 personel Kumdam XVII/Cenderawasih, 2 personel dari Pomdam, 2 pesonel dari Polda Papua dan 2 orang dari Komnas HAM Papua.

“Tim ini proses kerjanya akan melakukan olah TKP, dan memintai keterangan masyarakat setempat,” ucap Aidi saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Selasa (28/5). 

Dikatakan, empat jenazah yaitu Xaverius Sai (40) warga kampung Bawus, Nikolaus Tupa (38) kampung Akantapak, Matias Amunep (16) warga kampung Akantapak dan  Frederikus Inepi (35) warga kampumg Bagair masih berada di Pukesmas. Sementara Jhon Tatai (25) yang mengalami luka tembak di siku tangan kanan dan kiri, masih mendapatkan perawatan medis di  Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asmat.

“Setelah pembicaraan dengan keluarga korban, rencana empat jenazah akan dimakamkan, Rabu (29/5). Kepada korban akan  diberikan santunan sebagai ungkapan bela sungkawa dari Kodam XVII/Cenderawasih,” jelasnya.

Apapun yang menjadi hasil temuan dari investigasi tim di lapangan, oknum anggota yang melepaskan tembakan menurutnya akan diproses hukum. Adapun hasil proses hukum tergantung dari hasil pemeriksaan di lapangan.

“Anggota yang melepas tembakan sudah diterbangkan ke Merauke bersama 3 rekan dan keluarganya,” kata Aidi.

Dari informasi yang dihimpun di lapangan, pihaknya mendapatkan inormasi bahwa empat anggotanya masuk dalam perangkap. Keempatnya terjebak dalam kerumuman massa yang saat itu berjumlah 350 orang.

“Kalau dia tidak melakukan tindakan penembakan, kemungkinan mereka ini yang menjadi korban,” ucap Aidi. 

Di tempat terpisah, Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Jacobus Marzuki mengatakan kejadian di Distrik Fayit, Asmat Senin (27/5) lalu, berawal dari permasalahan hasil Pemilu Legislatif (Pileg) yang kurang kesadaran hukum, sehingga terjadi konflik di tingkat bawah. Padahal menurutnya ada jalur yang sesuai konstitusional yaitu mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

“Ini bagian dari  risiko Pileg yang kurang kesadaran hukum. Ada jalur yang bisa ditempuh dalam hal ini MK, tapi mereka malah konflik hingga menyebabkan orang meninggal dunia,” ucap Wakapolda Jacobus Marzuki kepada wartawan usai apel gelar pasukan di Mako Brimob Kotaraja, Selasa (28/5).

Baca Juga :  PB PON Gandeng TNI-Polri

Lanjutnya, masyarakat juga tak perlu mengancam petugas yang ada di lapangan. Pasalnya  banyak petugas juga yang meninggal di Papua.

Dikatakan, dalam kasus seperti ini pihaknya mengedepankan penanganan dari pemerintah daerah dengan melibatkan bupati dan stakeholder lainnya.

Disinggung apakah ada yang diamankan, Wakopolda mengaku pihaknya saat ini masih fokus melakukan investigasi bersama tim. 

Di tempat yang sama Wakil Gubernur Provinsi Papua, Klemen Tinal menyayangkan insiden penembakan terhadap 5 warga Distrik Fayit, Kabupaten Asmat yang menewaskan empat warga dan satu orang masih mendapatkan perawatan medis di RSUD Asmat.

“Kita tidak harapkan situasi seperti itu, kalau memang ada kasus harus diselesaikan,” ucap Klemen Tinal kepada wartawan.

Terkait dengan insiden ini, Wagub meminta agar semua pihak yang terlibat  diperiksa supaya semua pihak mendapatkan rasa keamanan dan keadilan.

“Kami tidak ingin hal-hal seperti ini terjadi lagi dikemudian hari, sosial kontrol masyarakat ke depan harus lebih baik supaya tidak ada yang mengecewakan,” pungkasnya. 

Sementara itu dari Merauke dilaporkan, Komandan Korem 174/ATW Brigjen TNI  Agus Abdurrauf, SIP,    turun langsung ke  lokasi  penembakan  yang menyebabkan 4 warga  tewas dan 1 kritis di Distrik Fayit, Kabupaten Asmat,  Selasa (28/5)  kemarin.

Jenderal bintang satu tersebut berangkat ke Asmat dari Merauke menggunakan pesawat jenis caravan didampingi Dandim 1707/Merauke. 

Kepada wartawan di Bandara Mopah Merauke, Danrem  Agus  Abdurrauf menjelaskan  dirinya  menuju Asmat    untuk memastikan  bagaimana kejadian sebenarnya. 

‘’Saya ke sana ingin memastikan bagaimana kejadian sebenarnya. Kan begitu. Sampai terjadi seperti. Sebenarnya bagaimana kejadianya,’’ kata Danrem. 

Soal  anggota Koramil  Fayit  apakah sudah ditarik seluruhnya, Danrem menjelaskan bahwa keempat anggota Koramil   Fayit seluruhnya sudah ditarik  untuk diamankan. ‘’Karena angota juga merasa terancam dan kita amankan supaya dia juga tidak ketakutan,’’ tandasnya. 

Selain itu, empat anggota tersebut diakuinya juga akan dimintai keterangannya. ‘’Apakah tindakannya  tersebut ada kesalahan atau  kekeliruan dalam menghadapi massa seperti itu,’’ jelasnya.  

Danrem menambahkan bahwa di Pos Koramil  Fayit  tersebut ada 4 anggota  dengan  pangkat  tertinggi adalah sersan kepala.

Insiden di Distrik Fayit ini memantik tanggapan dari salah satu anggota DPR Papua dari daerah pemilihan wilayah Selatan, Asmat, Merauke, Kusmanto. 

 Secara gamblang  ia menyayangkan insiden tewasnya 4 warga karena tertembak. Iapun berharap pimpinan DPRP bisa segera mengeluarkan surat untuk membentuk tim investigasi mengecek krnologis sebenarnya. 

Baca Juga :  Kerja Keras Tim Eksekutif dan Legislatif

Saat ini informasi yang diperoleh DPR berawal dari protesnya soal hasil Pemilu. Ada salah satu Caleg yang tak terima jika suaranya dialihkan kepada Caleg lain yang masih satu partai sehingga mengerahkan massa dan menghancurkan kantor distrik termasuk salah satu rumah milik anggota DPR Asmat,  Handayani. 

 Nah beberapa anggota polisi yang berjaga di pos dengan jarak cukup dekat mencoba menghalangi aksi massa dengan membuang tembakan ke udara. Namun karena massa datang dengan berbagai senjata tajam termasuk senjata tradisional akhirnya terjadi letupan yang mengenai warga. Empat orang roboh dan meninggal.  “Ini kami sayangkan juga sebab sebenarnya ada ruang yang sudah disiapkan secara konstitusional tanpa harus merusak, membakar apalagi dengan cara memaksa. Tapi semua sudah terjadi sehingga kami pikir ini harus segera disikapi,” kata Kusmanto menjawab pertanyaan Cenderawasih Pos di ruang Bapem Perda DPRP, Selasa (28/5).

 Selain itu ia juga menyayangkan karena menganggap kondisi ini gagal diredam oleh aparat keamanan. Harusnya kata Kusmanto  ketika mengetahui ada upaya untuk melakukan protes dengan pengerahan massa, aparat intelejen sudah memberi informasi dan masukan. 

“Kami berharap pimpinan DPRP bisa segera membuat tim investigasi agar diketahui data sebenarnya disana. Saya melihat ketidakpuasan terhadap Pemilu ini dimana-mana namun harusnya disampaikan ke pihak yang sudah diberikan kewenangan agar tak anarkhis, potensi kerusuhan juga harusnya terdeteksi lebih dini,” jelasnya. 

Secara terpisah anggota Komisi II DPRP, John Gobay menyampaikan bahwa  dari kronologis yang didapat dari Ketua SKP Keuskupan Agats, Pastor Linus Dumatubun Pr menjelaskan bahwa  ada kekecewaaan dari 3 kampung di Distrik Aswi yang merupakan distrik pemekaran dari Distrik Fayit. Awalnya masyarakat 3 kampung ini berangkat ke Agats untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait tidak lolosnya caleg anak mereka. Namun setibanya di Distrik Fayit massa mendengar bahwa ada Caleg perempuan istri dari pedagang yang bukan asli Papua yang lolos.  

Nah diduga ada yang memprovokasi  sehingga masyarakat marah kemudian melakukan pengrusakan. “Namun untuk kronologis penembakan, pastor yang akan melakukan investigasi ke TKP,” jelas John Gobay.

Ia menyebutkan dalam sebulan terakhir ada beberapa anak muda Papua yang tewas akibat peluru oknum aparat. Ini menurutnya perlu segera disikapi dan dituntaskan. “Apakah harus dengan menembak  untuk mematikan atau ada prosedur lain,” cecarnya. (fia/ulo/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya