Wednesday, November 26, 2025
27.2 C
Jayapura

Kegagalan Komunikasi, Ketika Sistem tidak Berbicara dan Nyawa yang Menjawab

JAYAPURA-Tragedi kemanusiaan yang mengguncang hati masyarakat Papua, belakang ini masih menjadi perbincangan hangat. Lantaran seorang ibu hamil bernama Irene Sokoy harus menghembuskan napas terakhir di dalam mobil setelah ditolak oleh empat rumah sakit di kabupaten dan kota Jayapura.

Peristiwa ini pun menimbulkan amarah di tengah masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Kota Jayapura dan Papua pada umumnya. Tak sedikit masyarakat melampiaskan amarahnya kepada tenaga kesehatan yang bertugas saat itu terutama para perawat dan dokter.

Menanggapi Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Papua, dr.Apter E Patai SpOG SubSp-FER menyebut empat rumah sakit menolak bukan hanya karena kapasitas atau administrasi tetapi, ada kesenjangan komunikasi yang fatal.

Baca Juga :  Tanam Jagung Serentak, Dukungan Swasembada Pangan

“Ia bukan sekadar pasien ia adalah seorang ibu, seorang istri, seorang perempuan Papua yang membawa harapan kehidupan baru dalam kandungannya,” ucap dr.Apter dalam keterangan tertulisnya kepada Cenderawasih Pos, Senin (24/11).

Jelasnya dalam momen kritis seperti itu, bukan hanya nyawanya yang hilang, tetapi juga empati hilang serta komunikasi runtuh dan sistem pelayanan gagal. Lanjutnya menjelaskan kegagalan komunikasi, ketika sistem tidak berbicara dan nyawa yang menjawab.

Menurutnya kejadian yang terjadi beberapa lalu itu disebabkan, tidak ada koordinasi cepat antar RS, tidak ada jalur komunikasi emergensi yang aktif dan tidak ada penjelasan yang manusiawi kepada keluarga, serta tidak ada satu suara yang berkata, “Bawa dia ke sini dulu, kita lihat dulu, kita bantu dulu”.

Baca Juga :  Dinas Kelautan Dan Perikanan Bantu 210 Ribu Benih Ikan

“Dalam pelayanan kesehatan, komunikasi bukan sekadar informasi. Komunikasi adalah nyawa. Ketika komunikasi hancur, manusia bisa kehilangan kesempatan hidup,” terang dokter.

JAYAPURA-Tragedi kemanusiaan yang mengguncang hati masyarakat Papua, belakang ini masih menjadi perbincangan hangat. Lantaran seorang ibu hamil bernama Irene Sokoy harus menghembuskan napas terakhir di dalam mobil setelah ditolak oleh empat rumah sakit di kabupaten dan kota Jayapura.

Peristiwa ini pun menimbulkan amarah di tengah masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Kota Jayapura dan Papua pada umumnya. Tak sedikit masyarakat melampiaskan amarahnya kepada tenaga kesehatan yang bertugas saat itu terutama para perawat dan dokter.

Menanggapi Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Papua, dr.Apter E Patai SpOG SubSp-FER menyebut empat rumah sakit menolak bukan hanya karena kapasitas atau administrasi tetapi, ada kesenjangan komunikasi yang fatal.

Baca Juga :  Pelaku Bom Ikan Main Kucing-kucingan

“Ia bukan sekadar pasien ia adalah seorang ibu, seorang istri, seorang perempuan Papua yang membawa harapan kehidupan baru dalam kandungannya,” ucap dr.Apter dalam keterangan tertulisnya kepada Cenderawasih Pos, Senin (24/11).

Jelasnya dalam momen kritis seperti itu, bukan hanya nyawanya yang hilang, tetapi juga empati hilang serta komunikasi runtuh dan sistem pelayanan gagal. Lanjutnya menjelaskan kegagalan komunikasi, ketika sistem tidak berbicara dan nyawa yang menjawab.

Menurutnya kejadian yang terjadi beberapa lalu itu disebabkan, tidak ada koordinasi cepat antar RS, tidak ada jalur komunikasi emergensi yang aktif dan tidak ada penjelasan yang manusiawi kepada keluarga, serta tidak ada satu suara yang berkata, “Bawa dia ke sini dulu, kita lihat dulu, kita bantu dulu”.

Baca Juga :  Pangdam XVII/Cenderawasih: Lima Kabupaten Rawa Gangguan Keamanan

“Dalam pelayanan kesehatan, komunikasi bukan sekadar informasi. Komunikasi adalah nyawa. Ketika komunikasi hancur, manusia bisa kehilangan kesempatan hidup,” terang dokter.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/