Friday, April 26, 2024
29.7 C
Jayapura

990-an Warga Eksodus ke Jayapura dan Luar Papua

EKSODUS: Sejumlah warga berada di apron kargo Bandara Wamena untuk menunggu penerbangan pesawat Hercules milik TNI untuk meninggalkan Wamena, Rabu (25/9). ( FOTO : Denny/ Cepos )

WAMENA-Sebanyak 990 warga di Wamena, kabupaten Jayawijaya melakukan eksodus meninggalkan lembah Baliem sementara waktu pasca aksi anarkis yang terjadi, Senin (23/9) lalu.  

Warga yang ketakutan dengan kondisi pasca aksi anarkis meningalkan Wamena menumpang pesawat Hercules dari Bandara Wamena. Meskipun demikian, masih banyak warga yang memilih tetap berada di Wamena dan tinggal di beberapa tempat pengungsian. 

Kepala Detasemen TNI AU Wamena, Mayor (Pnb)  Arief Sudjatmiko mengakui bahwa saat ini ada penerbangan Hercules yang masuk ke Wamena, sejak kemarin. Pesawat tersebut beroperasi untuk membantu membawa logistik makanan dan mengangkut penumpang yang ingin eksodus dari Jayawijaya. Dimana hingga kemarin menurut sudah terdaftar pada Detasemen TNI AU Wamena hampir 990 orang.

“Tujuannya bervariasi.  Ada yang ke Jayapura dan Merauke. Namun rata-rata masyarakat meminta ke Makassar, Manado dan Jawa. Ini akan kami atur dan dibagi sesuai dengan kapasitas pesawat,” jelasya Rabu (25/9) kemarin.

Menurutnya, untuk saat ini hanya ada satu penerbangan Hercules yang akan masuk dan akan ditambah satu pesawat lagi. 

Dikatakan, daya angkut pesawat Hercules yang long Boat ini bisa mencapai 150 orang sekali angkut. Namun masih harus disesuaikan lagi karena prioritas pesawat ini adalah membawa pasien yang membutuhkan penanganan segera ke rumah sakit.

“Pesawat ini kita siapkan untuk mengangkut pasien. Setelah mengangkut pasien barulah kita akan mengatur penumpang yang eksodus meninggalkan Jayawijaya. Namun yang diprioritaskan yakni perempuan dan anak-anak,”jelasnya.

Ia juga sudah menyampaikan kepada para warga yang melakukan eksodus, khususnya yang yang masih bujangan dan bapak-bapak serta remaja laki-laki agar bersabar. Karena pihaknya akan mengatur agar semuanya diangkut. 

Baca Juga :  Masih Belum Penuhi Syarat Formil Untuk Demo

“Hercules yang masuk ini kita prioritaskan untuk pasien , ibu-ibu dan anak-anak. Karena hanya ada satu pesawat. Pesawat yang hari ini masuk akan kembali ke Jayapura dan besok akan kembali masuk lagi sehingga bisa diatur dua sampai tiga kali penerbangan,”bebernya.

Menurut Sudjatmiko, untuk eksodus ini perhatian TNI AU hanya ke Jayapura lebih dulu. Karena permintaan masyarakat banyak yang ke Jayapura. Dimana masyarakat yang masih mempunyai uang mungkin akan membeli tiket pesawat lain untuk dilanjutkan penerbangan  ke Makassar atau ke daerah lain. Karena penerbangan untuk keluar dari Papua di Jayapura memang cukup banyak.

“Kemarin yang melakukan eksodus ke Jayapura itu ada 96 orang dengan dua kali penerbangan menggunakan CN-295 milik Polri dan CN-235 milik TNI AU,” tambahnya. 

Sudjatmiko memastikan bagi warga yang melakukan eksodus ini diprediksikan akan kembali bertambah. Karena bisa dilihat saat ini masyarakat membludak di apron kargo Bandara Wamena. Untuk itu, pihaknya harus membatasi eksodus ini kalau tidak dilakukan maka akan mencapai 1200 lebih warga yang akan pergi.

“Warga memilih eksodus dengan Herkules karena penerbangan komersil terbatas dan harucules sendiri melakukan misi kemanusiaan. Kami tidak memungut biaya, sehingga saya juga mengimbau kepada rekan –rekan penerbangan sipil bisa memberikan kontribusi juga khususnya untuk pergeseran pengungsi yang ada di Wamena,” pungkasnya. 

Secara terpisah, Debora Sibuea salah seorang korban yang rumah serta harta bendanya hangus terbakar mengungkapkan, dirinya berada di pangkalan TNI AU untuk mengantre tiket penerbangan pesawat Hercules. Sebab dirinya ingin segera pulang ke kampung halaman. 

“Di sini nyawa kami sangat terancam. Rumah saya dibakar, kios-kios dibakar. Bahkan kantor pemerintahan juga mereka bakar,” ucap wanita asal Sumatera Utara ini dengan nada prihatin. 

Baca Juga :  Pemkab Nduga Lakukan Pendekatan secara Sosial Budaya

Sibuea menerangkan peristiwa ini membuatnya sangat trauma. Apalagi tak ada satu pun harta bendanya yang bisa diselamatkan, selain pakaian yang dikenakannya, serta KTP dan Ijazah. Ia hberharap pemerintah membantu menyediakan penerbangan. Karena  besar harapan warga bisa keluar dari Kabupaten Jayawijaya meskipun harus mengatre hingga sore hari. 

“Saya tidak tahu apakah kita mengantre dan kemudian bisa ikut terbang. Saya sudah dua jam mengantre dan seharian menunggu kepastian bisa ikut terbang, sesuai dengan pesan yang kami terima dari warga lainnya,” tambahnya. 

Kondisi yang sama dialami Agus warga Jayawijaya asal Surabaya.  Agus mengaku sudah seharian di bandara dengan harapan bisa keluar dari Wamena. Ia ingin pulang kampung karena  rumah kontrakannya habis dibakar dan tak ada lagi harta benda yang dimiliki.

Agus bercerita tidak tahu lagi harus berbuat apa, selain ingin keluar dari daerah yang membuatnya saat ini trauma. 

“Trauma mas. Nyawa saya juga hampir hilang. Semoga pemerintah menyiapkan penerbangan untuk kami yang menjadi korban,” pintanya.

Secara terpisah Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., menegaskan, fasilitas penerbangan yang disiapkan pemerintah hanya  untuk ibu-ibu yang sakit dan anak-anak untuk mengungsi. Sementara warga lain tidak boleh mengungsi dan takut di Wamena yang masih berada di wilayah Republik Indonesia 

“Semua warga punya hak yang sama untuk tinggal di sini. Untuk itu, saya tekankan jangan pergi meninggalkan Wamena. Jangan panik serta meninggalkan tempat. Silakan berusaha di Jayawijaya,” pintanya. (jo/nat)  

EKSODUS: Sejumlah warga berada di apron kargo Bandara Wamena untuk menunggu penerbangan pesawat Hercules milik TNI untuk meninggalkan Wamena, Rabu (25/9). ( FOTO : Denny/ Cepos )

WAMENA-Sebanyak 990 warga di Wamena, kabupaten Jayawijaya melakukan eksodus meninggalkan lembah Baliem sementara waktu pasca aksi anarkis yang terjadi, Senin (23/9) lalu.  

Warga yang ketakutan dengan kondisi pasca aksi anarkis meningalkan Wamena menumpang pesawat Hercules dari Bandara Wamena. Meskipun demikian, masih banyak warga yang memilih tetap berada di Wamena dan tinggal di beberapa tempat pengungsian. 

Kepala Detasemen TNI AU Wamena, Mayor (Pnb)  Arief Sudjatmiko mengakui bahwa saat ini ada penerbangan Hercules yang masuk ke Wamena, sejak kemarin. Pesawat tersebut beroperasi untuk membantu membawa logistik makanan dan mengangkut penumpang yang ingin eksodus dari Jayawijaya. Dimana hingga kemarin menurut sudah terdaftar pada Detasemen TNI AU Wamena hampir 990 orang.

“Tujuannya bervariasi.  Ada yang ke Jayapura dan Merauke. Namun rata-rata masyarakat meminta ke Makassar, Manado dan Jawa. Ini akan kami atur dan dibagi sesuai dengan kapasitas pesawat,” jelasya Rabu (25/9) kemarin.

Menurutnya, untuk saat ini hanya ada satu penerbangan Hercules yang akan masuk dan akan ditambah satu pesawat lagi. 

Dikatakan, daya angkut pesawat Hercules yang long Boat ini bisa mencapai 150 orang sekali angkut. Namun masih harus disesuaikan lagi karena prioritas pesawat ini adalah membawa pasien yang membutuhkan penanganan segera ke rumah sakit.

“Pesawat ini kita siapkan untuk mengangkut pasien. Setelah mengangkut pasien barulah kita akan mengatur penumpang yang eksodus meninggalkan Jayawijaya. Namun yang diprioritaskan yakni perempuan dan anak-anak,”jelasnya.

Ia juga sudah menyampaikan kepada para warga yang melakukan eksodus, khususnya yang yang masih bujangan dan bapak-bapak serta remaja laki-laki agar bersabar. Karena pihaknya akan mengatur agar semuanya diangkut. 

Baca Juga :  Boaz Tetap Duta PON

“Hercules yang masuk ini kita prioritaskan untuk pasien , ibu-ibu dan anak-anak. Karena hanya ada satu pesawat. Pesawat yang hari ini masuk akan kembali ke Jayapura dan besok akan kembali masuk lagi sehingga bisa diatur dua sampai tiga kali penerbangan,”bebernya.

Menurut Sudjatmiko, untuk eksodus ini perhatian TNI AU hanya ke Jayapura lebih dulu. Karena permintaan masyarakat banyak yang ke Jayapura. Dimana masyarakat yang masih mempunyai uang mungkin akan membeli tiket pesawat lain untuk dilanjutkan penerbangan  ke Makassar atau ke daerah lain. Karena penerbangan untuk keluar dari Papua di Jayapura memang cukup banyak.

“Kemarin yang melakukan eksodus ke Jayapura itu ada 96 orang dengan dua kali penerbangan menggunakan CN-295 milik Polri dan CN-235 milik TNI AU,” tambahnya. 

Sudjatmiko memastikan bagi warga yang melakukan eksodus ini diprediksikan akan kembali bertambah. Karena bisa dilihat saat ini masyarakat membludak di apron kargo Bandara Wamena. Untuk itu, pihaknya harus membatasi eksodus ini kalau tidak dilakukan maka akan mencapai 1200 lebih warga yang akan pergi.

“Warga memilih eksodus dengan Herkules karena penerbangan komersil terbatas dan harucules sendiri melakukan misi kemanusiaan. Kami tidak memungut biaya, sehingga saya juga mengimbau kepada rekan –rekan penerbangan sipil bisa memberikan kontribusi juga khususnya untuk pergeseran pengungsi yang ada di Wamena,” pungkasnya. 

Secara terpisah, Debora Sibuea salah seorang korban yang rumah serta harta bendanya hangus terbakar mengungkapkan, dirinya berada di pangkalan TNI AU untuk mengantre tiket penerbangan pesawat Hercules. Sebab dirinya ingin segera pulang ke kampung halaman. 

“Di sini nyawa kami sangat terancam. Rumah saya dibakar, kios-kios dibakar. Bahkan kantor pemerintahan juga mereka bakar,” ucap wanita asal Sumatera Utara ini dengan nada prihatin. 

Baca Juga :  Sampaikan Perkembangan Pendidikan Tinggi di Papua

Sibuea menerangkan peristiwa ini membuatnya sangat trauma. Apalagi tak ada satu pun harta bendanya yang bisa diselamatkan, selain pakaian yang dikenakannya, serta KTP dan Ijazah. Ia hberharap pemerintah membantu menyediakan penerbangan. Karena  besar harapan warga bisa keluar dari Kabupaten Jayawijaya meskipun harus mengatre hingga sore hari. 

“Saya tidak tahu apakah kita mengantre dan kemudian bisa ikut terbang. Saya sudah dua jam mengantre dan seharian menunggu kepastian bisa ikut terbang, sesuai dengan pesan yang kami terima dari warga lainnya,” tambahnya. 

Kondisi yang sama dialami Agus warga Jayawijaya asal Surabaya.  Agus mengaku sudah seharian di bandara dengan harapan bisa keluar dari Wamena. Ia ingin pulang kampung karena  rumah kontrakannya habis dibakar dan tak ada lagi harta benda yang dimiliki.

Agus bercerita tidak tahu lagi harus berbuat apa, selain ingin keluar dari daerah yang membuatnya saat ini trauma. 

“Trauma mas. Nyawa saya juga hampir hilang. Semoga pemerintah menyiapkan penerbangan untuk kami yang menjadi korban,” pintanya.

Secara terpisah Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., menegaskan, fasilitas penerbangan yang disiapkan pemerintah hanya  untuk ibu-ibu yang sakit dan anak-anak untuk mengungsi. Sementara warga lain tidak boleh mengungsi dan takut di Wamena yang masih berada di wilayah Republik Indonesia 

“Semua warga punya hak yang sama untuk tinggal di sini. Untuk itu, saya tekankan jangan pergi meninggalkan Wamena. Jangan panik serta meninggalkan tempat. Silakan berusaha di Jayawijaya,” pintanya. (jo/nat)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya