Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Tanpa Izin, Demo Dibubarkan!

Kapolres Jayapura Kota, AKBP. Gustav R. Urbinas

*Lawan Rasisme Tanpa Bersikap Rasis

JAYAPURA-Adanya selebaran yang beredar terkait aksi demo damai jilid II, Senin (26/8) dengan titik kumpul Uncen Bawah, Uncen atas, depan USTJ, depan Umel Mandiri, lingkaran Abepura, Expo, Taman Imbi, Dok V dan sekitarnya menimbulkan keresahan di masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Kapolres Jayapura Kota, AKBP. Gustav R. Urbinas menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum menerima pemberitahuan dari kelompok mana pun yang akan melakukan aksi demo.

Oleh sebab itu, Kapolres Gustav Urbinas menegaskan, pihaknya akan memberikan imbauan kemudian membubarkan apabila ada kegiatan aksi tanpa pemberitahuan kepada Kepolisian dalam hal ini Polres Jayapura Kota. 

“Untuk itu, kami mengimbau masyarakat untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasa dan jangan mudah percaya pada sesuatu hal yang belum diketahui kebenarannya,” ungkap Kapolres Gustav Urbinas saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Minggu (25/8). 

Dikatakan, Polres Jayapura Kota sejak seminggu terakhir melakukan patroli yang ditingkatkan di wilayah hukumnya. Hal ini dilakukan guna memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang tinggal di Kota Jayapura.

“Masyarakat tidak mudah percaya berita maupun isu-isu yang tidak  benar atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mari kita bersama-sama menjaga Kamtibmas  di Kota Jayapura aman, damai dan tentram. Tanpa perlu  mendengar isu-isu yang belum tentu kebenarannya,” tegasnya. 

Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, M.si

Sementara itu, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, M.si., secara tegas menyatakan menolak semua bentuk kekerasan termasuk rasisme yang menjadi pemicu protes. 

 Kota Jayapura menurutnya menolak semua bentuk rasisme yang terjadi di seluruh sektor kehidupan. Apakah dalam dunia pendidikan, pekerjaan atau lingkungan terkecil. Ia  mengingatkan bahwa semua manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi kelebihan maupun kekurangan serta tak ada yang sempurna. Dengan kondisi ini tak  tepat bila ada yang merasa lebih baik, lebih tinggi  apalagi paling sempurna. 

 “Ini harus dipahami. Sesama makhluk ciptaan Tuhan sepantasnya saling mengasihi. Itu juga diajarkan di seluruh agama,” kata Tomi Mano merespon diskusi Cenderawasih Pos Sabtu (25/8) pekan kemarin. 

Baca Juga :  Pertama Kali dalam Sejarah, Pemkab Tolikara Raih WTP

Satu hal lain yang ditekankan adalah seluruh masyarakat Kota Jayapura menolak perbuatan rasis dan ini patut disuarakan bersama. Asal jangan sekali-kali mengganggu kerukunan antar umat beragama dan masyarakat. 

 “Jangan sampai ada yang menyusup dan menciptakan kerusuhan hanya untuk kepentingan kelompok. Ini juga harus dilawan bersama. Saya sudah menghubungi Ketua Apeksi yang diketuai Wali Kota Tangerang Selatan dan Ia langsung menghubungi Wali Kota Surabaya, Wali Kota Malang semua wali kota lainnya untuk menjamin anak-anak Papua aman untuk kuliah maupun sekolah. Mereka beraktivitas bersama, makan bersama dan tak ada isu yang menyakiti,” tandas sambung Wali Kota yang memiliki akronim nama BTM.

 “Yang jelas kami juga menolak bentuk kekerasan ataupun keributan di Jayapura buntut kejadian kemarin. Kami akan jaga bersama kota ini,” sambungnya.

 Kembali BTM menegaskan bahwa Jayapura harus aman dan menolak semua bentuk kekerasan maupun keributan. “Itu sikap kami, semua bentuk kekerasan yang berakhir ricuh kami tolak. Jayapura kota bersama yang hadir untuk semua,” tegasnya.

 Senada disampaikan Ketua Umum Pemuda Adat Papua (PAP), Jan Cristian Arebo, SH., MH. Ia menuturkan bahwa untuk mensikapi kejadian yang terjadi di Malang maupun Surabaya, masyarakat dalam melihat peristiwa perlu mencermati dulu seperti apa akar masalahnya. Jangan menelan informasi yang menyesatkan  dan dapat dimainkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab kemudian menimbulkan konflik serta kerugian bagi banyak orang. 

 Secara pribadi ia mendukung aksi demo yang dilakukan masyarakat beberapa hari lalu namun ke depannya harus terukur ke mana arahnya. Bila berkaitan dengan rasisme artinya perjuangan atau aspirasinya harus mengarah ke tujuan menolak rasis. Bukan lagi berbicara soal Papua merdeka karena sudah tidak sesuai.

Baca Juga :  Kerja Cepat dan Tuntas!

 “Yang terjadi kemarin adalah keributan masyarakat akibat lontaran ucapan rasisme yang dikeluarkan oleh oknum warga di Malang atau Surabaya dan aksi di Jayapura sejatinya bukan perang ideologi yang membawa kalimat merdeka. Tapi yang terjadi demikian, sehingga saya melihat sudah melenceng. Ini harusnya dipahami biar arah tuntutannya itu terukur,” beber Arebo. 

 Ia menyepakati bahwa perbuatan rasisme harus menjadi musuh bersama dan jangan ada bentuk rasisme lagi di negeri ini. Ia melihat kejadian di Malang atau Surabaya hanya moment yang dimanfaatkan oleh gerakan atau kelompok yang ingin bermain untuk kepentingan mereka. “Kemarin lihat sendiri aksi massa ada simbol yang bertentangan dengan negara. Ini bukan menyampaikan aspirasi menolak rasis tapi  sudah ditunggangi. Aspirasi kemarin mau diantar soal menolak rasis tapi sudah dibalikkan dengan simbol yang bertentangan dengan NKRI untuk kepentingan di luar sana,” tegasnya.

Selain itu, pikiran lainnya adalah jangan menjudge semua pelakunya dari satu suku yang sama. Tidak bisa menuduh semua dari suku ini itu yang berbicara. “Harusnya dipilah kejadiannya di mana dan siapa pelakunya. Kejadiannya betul di Jawa tapi bukan Jawa Barat  maupun di Jawa Tengah melainkan di Jawa Timur. Nah di Jawa Timur ini dimana? Itu terjadi di Malang atau Surabaya lalu apakah seluruh masyarakat Malang dan Surabaya mengatakan seperti itu? Tentu tidak. Itu hanya satu dua orang yang memang ingin menjadikan kita terpecah dengan seenaknya mengeluarkan kalimat rasis. Ini yang saya anggap harus dicermati,” tambahnya. 

 Arebo kembali menegaskan bahwa tidak semua masarakat di sana (Malang atau Surabaya) yang mengatakan seperti itu. Melainkan hanya segelintir kecil orang sehingga tidak perlu menghakimi atau menolak rasis dengan perbuatan rasis juga. “Saya sepakat dengan itu, kita tak perlu menolak bentuk rasis dengan ujaran rasisme juga,” imbuhnya. (fia/dil/ade/gin)

Kapolres Jayapura Kota, AKBP. Gustav R. Urbinas

*Lawan Rasisme Tanpa Bersikap Rasis

JAYAPURA-Adanya selebaran yang beredar terkait aksi demo damai jilid II, Senin (26/8) dengan titik kumpul Uncen Bawah, Uncen atas, depan USTJ, depan Umel Mandiri, lingkaran Abepura, Expo, Taman Imbi, Dok V dan sekitarnya menimbulkan keresahan di masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Kapolres Jayapura Kota, AKBP. Gustav R. Urbinas menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum menerima pemberitahuan dari kelompok mana pun yang akan melakukan aksi demo.

Oleh sebab itu, Kapolres Gustav Urbinas menegaskan, pihaknya akan memberikan imbauan kemudian membubarkan apabila ada kegiatan aksi tanpa pemberitahuan kepada Kepolisian dalam hal ini Polres Jayapura Kota. 

“Untuk itu, kami mengimbau masyarakat untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasa dan jangan mudah percaya pada sesuatu hal yang belum diketahui kebenarannya,” ungkap Kapolres Gustav Urbinas saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Minggu (25/8). 

Dikatakan, Polres Jayapura Kota sejak seminggu terakhir melakukan patroli yang ditingkatkan di wilayah hukumnya. Hal ini dilakukan guna memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang tinggal di Kota Jayapura.

“Masyarakat tidak mudah percaya berita maupun isu-isu yang tidak  benar atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mari kita bersama-sama menjaga Kamtibmas  di Kota Jayapura aman, damai dan tentram. Tanpa perlu  mendengar isu-isu yang belum tentu kebenarannya,” tegasnya. 

Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, M.si

Sementara itu, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, M.si., secara tegas menyatakan menolak semua bentuk kekerasan termasuk rasisme yang menjadi pemicu protes. 

 Kota Jayapura menurutnya menolak semua bentuk rasisme yang terjadi di seluruh sektor kehidupan. Apakah dalam dunia pendidikan, pekerjaan atau lingkungan terkecil. Ia  mengingatkan bahwa semua manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi kelebihan maupun kekurangan serta tak ada yang sempurna. Dengan kondisi ini tak  tepat bila ada yang merasa lebih baik, lebih tinggi  apalagi paling sempurna. 

 “Ini harus dipahami. Sesama makhluk ciptaan Tuhan sepantasnya saling mengasihi. Itu juga diajarkan di seluruh agama,” kata Tomi Mano merespon diskusi Cenderawasih Pos Sabtu (25/8) pekan kemarin. 

Baca Juga :  Pertama Kali dalam Sejarah, Pemkab Tolikara Raih WTP

Satu hal lain yang ditekankan adalah seluruh masyarakat Kota Jayapura menolak perbuatan rasis dan ini patut disuarakan bersama. Asal jangan sekali-kali mengganggu kerukunan antar umat beragama dan masyarakat. 

 “Jangan sampai ada yang menyusup dan menciptakan kerusuhan hanya untuk kepentingan kelompok. Ini juga harus dilawan bersama. Saya sudah menghubungi Ketua Apeksi yang diketuai Wali Kota Tangerang Selatan dan Ia langsung menghubungi Wali Kota Surabaya, Wali Kota Malang semua wali kota lainnya untuk menjamin anak-anak Papua aman untuk kuliah maupun sekolah. Mereka beraktivitas bersama, makan bersama dan tak ada isu yang menyakiti,” tandas sambung Wali Kota yang memiliki akronim nama BTM.

 “Yang jelas kami juga menolak bentuk kekerasan ataupun keributan di Jayapura buntut kejadian kemarin. Kami akan jaga bersama kota ini,” sambungnya.

 Kembali BTM menegaskan bahwa Jayapura harus aman dan menolak semua bentuk kekerasan maupun keributan. “Itu sikap kami, semua bentuk kekerasan yang berakhir ricuh kami tolak. Jayapura kota bersama yang hadir untuk semua,” tegasnya.

 Senada disampaikan Ketua Umum Pemuda Adat Papua (PAP), Jan Cristian Arebo, SH., MH. Ia menuturkan bahwa untuk mensikapi kejadian yang terjadi di Malang maupun Surabaya, masyarakat dalam melihat peristiwa perlu mencermati dulu seperti apa akar masalahnya. Jangan menelan informasi yang menyesatkan  dan dapat dimainkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab kemudian menimbulkan konflik serta kerugian bagi banyak orang. 

 Secara pribadi ia mendukung aksi demo yang dilakukan masyarakat beberapa hari lalu namun ke depannya harus terukur ke mana arahnya. Bila berkaitan dengan rasisme artinya perjuangan atau aspirasinya harus mengarah ke tujuan menolak rasis. Bukan lagi berbicara soal Papua merdeka karena sudah tidak sesuai.

Baca Juga :  Tak Suka Bubur, Lebih Suka Nasi Bungkus

 “Yang terjadi kemarin adalah keributan masyarakat akibat lontaran ucapan rasisme yang dikeluarkan oleh oknum warga di Malang atau Surabaya dan aksi di Jayapura sejatinya bukan perang ideologi yang membawa kalimat merdeka. Tapi yang terjadi demikian, sehingga saya melihat sudah melenceng. Ini harusnya dipahami biar arah tuntutannya itu terukur,” beber Arebo. 

 Ia menyepakati bahwa perbuatan rasisme harus menjadi musuh bersama dan jangan ada bentuk rasisme lagi di negeri ini. Ia melihat kejadian di Malang atau Surabaya hanya moment yang dimanfaatkan oleh gerakan atau kelompok yang ingin bermain untuk kepentingan mereka. “Kemarin lihat sendiri aksi massa ada simbol yang bertentangan dengan negara. Ini bukan menyampaikan aspirasi menolak rasis tapi  sudah ditunggangi. Aspirasi kemarin mau diantar soal menolak rasis tapi sudah dibalikkan dengan simbol yang bertentangan dengan NKRI untuk kepentingan di luar sana,” tegasnya.

Selain itu, pikiran lainnya adalah jangan menjudge semua pelakunya dari satu suku yang sama. Tidak bisa menuduh semua dari suku ini itu yang berbicara. “Harusnya dipilah kejadiannya di mana dan siapa pelakunya. Kejadiannya betul di Jawa tapi bukan Jawa Barat  maupun di Jawa Tengah melainkan di Jawa Timur. Nah di Jawa Timur ini dimana? Itu terjadi di Malang atau Surabaya lalu apakah seluruh masyarakat Malang dan Surabaya mengatakan seperti itu? Tentu tidak. Itu hanya satu dua orang yang memang ingin menjadikan kita terpecah dengan seenaknya mengeluarkan kalimat rasis. Ini yang saya anggap harus dicermati,” tambahnya. 

 Arebo kembali menegaskan bahwa tidak semua masarakat di sana (Malang atau Surabaya) yang mengatakan seperti itu. Melainkan hanya segelintir kecil orang sehingga tidak perlu menghakimi atau menolak rasis dengan perbuatan rasis juga. “Saya sepakat dengan itu, kita tak perlu menolak bentuk rasis dengan ujaran rasisme juga,” imbuhnya. (fia/dil/ade/gin)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya