JAYAPURA – Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Buchtar Tabuni mengaku siap menjadi jaminan bagi 9 tahanan Polda yang resmi ditahan karena terlibat dalam aksi pengibaran Bintang Kejora di GOR Cenderawasih pada 1 Desember 2021 lalu.
Pasalnya dari besuknya pada Selasa (25/1) kemarin ia mendapati bahwa ada 2 dari 9 orang itu yang sedang sakit dan membutuhkan penanganan medis. “Untuk tahanan Sodei Hilapok, saya mendapat informasi bahwa hingga kini ia belum mendapat keterangan dari dokter soal penyakit apa yang ia derita, lalu Malvin sendiri mengalami sakit paru – paru dan harus dilakukan pengobatan rutin 2 bulan. Harusnya 22 Januari kemarin itu terakhir dia harus berobat,” beber Buchtar kepada wartawan di Mapolda Papua, Selasa (25/1) kemarin.
Ia sendiri tak mau memprotes terlalu jauh soal langkah penegakan hukum yang dilakukan polisi terhait kelompok pengibar bintang kejora tersebut karena menurutnya siapapun yang melanggar hukum silahkan saja berurusan dengan hukum. Namun untuk hak – hak tahanan terlebih soal kesehatan juga patut diperhatikan oleh polisi. “Itu hak yang patut dihormati. Mereka bisa saja bersalah tapi ada hak – hak yang harus diberikan tanpa terkecuali,” beber Buchtar.
Pria yang sempat beberapa kali masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) ini menyampaikan bahwa dari hasil obrolan dengan para tahanan yang dimaksud ia hanya meminta Sodei dan Malvin bisa diperhatikan soal kesehatannya.
Ia bahkan siap menjadi jaminan jika terjadi apa – apa dalam proses pengobatan tersebut. “Kalau saat dilakukan pengobatan kemudian tahanan melarikan diri saya maka saya siap menjadi jaminan mereka. Saya pimpinan politik Papua merdeka dan saya memiliki tanggungjawab untuk melihat dan memperhatikan mereka,” tegasnya.
Disini Buchtar juga menyampaikan bahwa selain yang dua tahanan tersebut, yang lainnya dalam keadaan baik – baik. “Jadi yang lain semua baik-baik. Hanya 2 tahanan ini yang saya pikir perlu diperiksa lagi kesehatannya karena ada yang harus berobat rutin. Saya setuju jika melanggar ya silahkan diproses tapi mereka yang sakit juga perlu diobati,” bebernya.
Karib Victor Yeimo ini meminta Kapolda Papua ikut memperhatikan hak – hak tahanan yang belum dipenuhi.
“Bila perlu proses ini dipercepat agar ketahuan pasal apa yang dikenakan. Lalu saya juga mendapat informasi jika yang dinaikkan bukanlah bendera betulan melainkan gambar – gambar,” tutupnya.
Bucthar terlihat datang menggunakan mobil Avanza silver. Ia ditemani dua rekannya dan Buchtar datang dengan style yang lebih elegan. Menggunakan kemeja lengan panjang hitam, berdasi biru putih, menggunakan celana krem dan topi yang mirip topi pelukis. Hanya disini ia terlihat lebih tua dari beberapa tahun lalu. Style ini tentunya sedikit berbeda ketika ia masih memegang komando KNPB di lapangan yang lebih sering menggunakan atribut loreng – loreng sambil mengenakan kacamata hitam.
Usai dari ruang tahanan, ia menuju pos penjagaan dan melapor untuk menemui Kapolda. Setelah kurang lebih 1 jam menunggu ia akhirnya berpapasan dengan Kapolda yang saat itu akan keluar karena ada urusan di luar Mapolda. Disini terdengar jika soal kesehatan tahanan nantinya ia akan memerintahkan Direskrim untuk menindaklanjuti. “Nanti reskrim yang tindaklanjuti soal itu,” singkat Kapolda. (ade)