Thursday, April 25, 2024
33.7 C
Jayapura

Indonesia Dorong Reformasi PBB

Presiden Jokowi pidato di sidang umum PBB

Presiden Jokowi Pidato Kali Pertama di Sidang PBB

BOGOR, Jawa Pos – Presiden Joko Widodo mendorong PBB melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi. Juga harus bekerja lebih responsif dan efektif. Dengan tujuan, PBB lebih punya taring sebagai badan yang mempersatukan bangsa-bangsa di dunia. 

’’PBB bukanlah sekadar sebuah gedung di Kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia,’’ kata Jokowi dalam pidatonya di depan Sidang Majelis Umum Ke-75 PBB kemarin (23/9).

Selama menjabat presiden sejak 2014, itu untuk kali pertama Jokowi berpidato di depan Sidang Majelis Umum. Momen tersebut hampir bertepatan dengan 75 tahun berdirinya badan dunia itu. 

Sidang yang digelar di markas PBB di New York Selasa malam (22/9) atau kemarin WIB diikuti para pemimpin negara secara virtual. Jokowi berpidato dalam bahasa Indonesia lewat sebuah rekaman video dari Istana Kepresidenan Bogor. Sejumlah isu disampaikan presiden, mulai reformasi PBB, peran Indonesia, hingga perdamaian dunia. Dan tentu saja, pandemi Covid-19.

Baca Juga :  Upayakan Pembelajaran di Pesantren Tetap Online

PBB, kata Jokowi, harus bisa memperkuat kepemimpinan kolektif global. Dalam hubungan internasional, wajar bila setiap negara memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Namun, semua negara juga bertanggung jawab untuk berkontribusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.

Selain itu, Jokowi mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 seharusnya membuat semua negara di dunia bersatu. Tidak lagi berusaha saling mendominasi seperti tahun-tahun yang lalu. Dia mengingatkan kembali tujuan pembentukan PBB 75 tahun silam. Yakni, agar Perang Dunia II tidak terulang dan dunia menjadi lebih stabil dan damai. 

Sebab, menurut Jokowi, tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. ’’Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam,’’ lanjutnya. 

Salah satu poin krusial dalam penanganan Covid-19 adalah pengembangan vaksin. Jokowi yakin vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi. ’’Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau,’’ serunya. Ketahanan kesehatan akan menjadi penentu masa depan dunia, dan itu harus menjadi prioritas.

Baca Juga :  Potensi Gelombang Tinggi Masih Akan Terjadi

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menjelaskan posisi Indonesia yang konsisten pada upaya perdamaian dunia dan kemerdekaan. Lewat spirit Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung. Termasuk dukungan kepada Palestina. ’’Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung, yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya,’’ lanjut mantan wali kota Solo tersebut. 

Sementara itu, pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran Bandung Teuku Rezasyah menyayangkan sempitnya waktu yang disediakan untuk berpidato. Sehingga, Jokowi tidak bisa menyampaikan maksudnya secara klir. Namun, setidaknya negara-negara di dunia tahu posisi Indonesia. Konsistensi dengan prinsip perdamaian dunia, kerja sama global dalam menghadapi pandemi, dan lainnya.

Salah satu yang tersirat dalam pidato kemarin adalah kritik Jokowi terhadap PBB. ’’PBB itu sudah umur 75 tahun tapi nggak optimal juga kerjanya, nggak punya taring,’’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin. (byu/c17/ttg/JPG)

Presiden Jokowi pidato di sidang umum PBB

Presiden Jokowi Pidato Kali Pertama di Sidang PBB

BOGOR, Jawa Pos – Presiden Joko Widodo mendorong PBB melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi. Juga harus bekerja lebih responsif dan efektif. Dengan tujuan, PBB lebih punya taring sebagai badan yang mempersatukan bangsa-bangsa di dunia. 

’’PBB bukanlah sekadar sebuah gedung di Kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia,’’ kata Jokowi dalam pidatonya di depan Sidang Majelis Umum Ke-75 PBB kemarin (23/9).

Selama menjabat presiden sejak 2014, itu untuk kali pertama Jokowi berpidato di depan Sidang Majelis Umum. Momen tersebut hampir bertepatan dengan 75 tahun berdirinya badan dunia itu. 

Sidang yang digelar di markas PBB di New York Selasa malam (22/9) atau kemarin WIB diikuti para pemimpin negara secara virtual. Jokowi berpidato dalam bahasa Indonesia lewat sebuah rekaman video dari Istana Kepresidenan Bogor. Sejumlah isu disampaikan presiden, mulai reformasi PBB, peran Indonesia, hingga perdamaian dunia. Dan tentu saja, pandemi Covid-19.

Baca Juga :  TNI-Polri Harus Bersinergi Bangun Tanah Papua

PBB, kata Jokowi, harus bisa memperkuat kepemimpinan kolektif global. Dalam hubungan internasional, wajar bila setiap negara memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Namun, semua negara juga bertanggung jawab untuk berkontribusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.

Selain itu, Jokowi mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 seharusnya membuat semua negara di dunia bersatu. Tidak lagi berusaha saling mendominasi seperti tahun-tahun yang lalu. Dia mengingatkan kembali tujuan pembentukan PBB 75 tahun silam. Yakni, agar Perang Dunia II tidak terulang dan dunia menjadi lebih stabil dan damai. 

Sebab, menurut Jokowi, tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. ’’Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam,’’ lanjutnya. 

Salah satu poin krusial dalam penanganan Covid-19 adalah pengembangan vaksin. Jokowi yakin vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi. ’’Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau,’’ serunya. Ketahanan kesehatan akan menjadi penentu masa depan dunia, dan itu harus menjadi prioritas.

Baca Juga :  Potensi Gelombang Tinggi Masih Akan Terjadi

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menjelaskan posisi Indonesia yang konsisten pada upaya perdamaian dunia dan kemerdekaan. Lewat spirit Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung. Termasuk dukungan kepada Palestina. ’’Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung, yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya,’’ lanjut mantan wali kota Solo tersebut. 

Sementara itu, pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran Bandung Teuku Rezasyah menyayangkan sempitnya waktu yang disediakan untuk berpidato. Sehingga, Jokowi tidak bisa menyampaikan maksudnya secara klir. Namun, setidaknya negara-negara di dunia tahu posisi Indonesia. Konsistensi dengan prinsip perdamaian dunia, kerja sama global dalam menghadapi pandemi, dan lainnya.

Salah satu yang tersirat dalam pidato kemarin adalah kritik Jokowi terhadap PBB. ’’PBB itu sudah umur 75 tahun tapi nggak optimal juga kerjanya, nggak punya taring,’’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin. (byu/c17/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya