Tuesday, September 17, 2024
26.7 C
Jayapura

Kunjungan Perpisahan Jokowi, Konflik Bersenjata di Papua Tak Kunjung Usai

JAYAPURA-Presiden RI Joko Widodo kembali datang di Jayapura, Papua untuk merayakan  Puncak Hari Anak Nasional (HAN) ke-40 tanggal 23 Juli 2024 bersama ana-anak Papua di Istora Papua Bangkit, Selasa (23/7) hari ini.

Presiden Jokowi bersama rombongan mendarat di Bandara Sentani, Senin (22/7) kemarin sekira pukul 17.44. Sementara  ibu negara Iriana Joko Widodo   yang dijadwalkan datang pada pukul 15.25 WIT molor sampai hampir pukul 17.00 WIT keluar dari bandara Sentani. Kedatangan pemimpin neagra ini disambut meriah  ribuan peserta didik jenjang SD, SMP, SMA sederajat di Kabupaten Jayapura, pada hari Selasa (22/7) sor kemarin.

 Terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Papua untuk ke-18 kalinya ini, akademisi Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Uncen, Yakobus Richard Murafer menilai akan menjadi kado perpisahannya dengan masyarakat Papua, sebelum mengakhir jabatannya pada Oktober 2024 mendatang.

Baca Juga :  NPCI Dukung Papua Jadi Provinsi Olahraga

“Selain dalam rangka peringatan HAN, kunjungan ke-18 Presiden bisa jadi kado perpisahannya dengan masyarakat Papua. Sebab, pasca dilantik jadi Presiden. Daerah pertama yang dikunjunginya saat itu adalah Papua,” kata Yakobus, kepada Cenderawasih Pos, Senin (22/7).

  Yokobus berharap kunjungan mantan Walikota Solo itu bisa mengambil kebijakan yang tepat  bagi proses perdamaian di Papua, terutama di wilayah-wilayah yang hari ini masih terjadi konflik.

  “Kita tahu penanganan konflik di Papua masih stengah stengah, artinya tidak semua penanganannya dilakukan dengan pendekatan non militer. Justru penyelesaian konflik dengan  cara pengiriman pasukan ke Papua yang justru tidak menyelesaikan akar persoalan,” ucapnya.

  Menurut Yakobus, selain penanganan konflik yang dianggap setengah hati, di era Jokowi juga Papua dipecah menjadi empat provinsi yakni Provinsi Papua, Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Selatan.

Baca Juga :  Aktivitas Kota Dikembalikan hingga Pukul 22.00 WIT

  “Sayangnya pemekaran ini justru tidak menyelesaikan konflik di tanah Papua, bahkan Jokowi di akhir kepemimpinannya membuat kebijakan yang sangat tidak progresif dalam rangka  penyelesaian kasus-kasus kekerasan konflik di Papua,” kata Yakobus.

  Ia pun berharap kunjungan ke-18 Presiden ke Papua bisa menyelesaikan janji-janjinya, kendati sebagiannya sudah dilaksanakan seperti pembangunan infrastruktur dan lainnya. “Kita mengapresiasi Jokowi salah satu Presiden paling banyak melakukan kunjunan kerja ke Papua dari segi kuantitatif, namun secara kualitas selama 18 kali kunjungannya ke Papua belum terlihat secara komperhensif,” kata Yakobus.

JAYAPURA-Presiden RI Joko Widodo kembali datang di Jayapura, Papua untuk merayakan  Puncak Hari Anak Nasional (HAN) ke-40 tanggal 23 Juli 2024 bersama ana-anak Papua di Istora Papua Bangkit, Selasa (23/7) hari ini.

Presiden Jokowi bersama rombongan mendarat di Bandara Sentani, Senin (22/7) kemarin sekira pukul 17.44. Sementara  ibu negara Iriana Joko Widodo   yang dijadwalkan datang pada pukul 15.25 WIT molor sampai hampir pukul 17.00 WIT keluar dari bandara Sentani. Kedatangan pemimpin neagra ini disambut meriah  ribuan peserta didik jenjang SD, SMP, SMA sederajat di Kabupaten Jayapura, pada hari Selasa (22/7) sor kemarin.

 Terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Papua untuk ke-18 kalinya ini, akademisi Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Uncen, Yakobus Richard Murafer menilai akan menjadi kado perpisahannya dengan masyarakat Papua, sebelum mengakhir jabatannya pada Oktober 2024 mendatang.

Baca Juga :  Ratusan Orang Pilih Mengungsi ke Nabire

“Selain dalam rangka peringatan HAN, kunjungan ke-18 Presiden bisa jadi kado perpisahannya dengan masyarakat Papua. Sebab, pasca dilantik jadi Presiden. Daerah pertama yang dikunjunginya saat itu adalah Papua,” kata Yakobus, kepada Cenderawasih Pos, Senin (22/7).

  Yokobus berharap kunjungan mantan Walikota Solo itu bisa mengambil kebijakan yang tepat  bagi proses perdamaian di Papua, terutama di wilayah-wilayah yang hari ini masih terjadi konflik.

  “Kita tahu penanganan konflik di Papua masih stengah stengah, artinya tidak semua penanganannya dilakukan dengan pendekatan non militer. Justru penyelesaian konflik dengan  cara pengiriman pasukan ke Papua yang justru tidak menyelesaikan akar persoalan,” ucapnya.

  Menurut Yakobus, selain penanganan konflik yang dianggap setengah hati, di era Jokowi juga Papua dipecah menjadi empat provinsi yakni Provinsi Papua, Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Selatan.

Baca Juga :  Jadi Spesial Karena Diresmikan Dua Petinggi TNI Polri

  “Sayangnya pemekaran ini justru tidak menyelesaikan konflik di tanah Papua, bahkan Jokowi di akhir kepemimpinannya membuat kebijakan yang sangat tidak progresif dalam rangka  penyelesaian kasus-kasus kekerasan konflik di Papua,” kata Yakobus.

  Ia pun berharap kunjungan ke-18 Presiden ke Papua bisa menyelesaikan janji-janjinya, kendati sebagiannya sudah dilaksanakan seperti pembangunan infrastruktur dan lainnya. “Kita mengapresiasi Jokowi salah satu Presiden paling banyak melakukan kunjunan kerja ke Papua dari segi kuantitatif, namun secara kualitas selama 18 kali kunjungannya ke Papua belum terlihat secara komperhensif,” kata Yakobus.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya