Friday, April 19, 2024
31.7 C
Jayapura

Polda Papua dan Komnas HAM Turunkan Tim

PEMAKAMAN: Sejumlah keluarga serta kerabat saat mengikuti prosesi pemakaman Yulius Mote  yang dikuburkan di depan Mapolsek Tigi, Wagete Kabupaten Deiyai, Kamis (23/5) kemarin. Pihak keluarga meminta pelaku diungkap dan diproses hukum.( FOTO : Jhon Gobay for Cenderawasih Pos)

Jenazah Yulius Mote Dimakamkan di Depan Polsek Tigi

JAYAPURA- Kepolisian menyatakan situasi di Kabupaten Deiyai telah kondusif pasca aksi pembakaran Polsek Tigi serta insiden tewasnya seorang remaja bernama Yulius Mote (18) di Wagete, Kabupaten Deiyai, Selasa (21/5) lalu.

Selain dinyatakan kondusif, Polda Papua telah menurunkan tim untuk melakukan investigasi terhadap kejadian ini. Bahkan Kapolres setempat telah melakukan pertemuan dengan tokoh agama juga tokoh masyarakat untuk meredam situasi di Kabupaten Deiyai.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal mengatakan, pasca kejadian pejabat utama Polda Papua dalam hal ini Direktur Sabhara Polda Papua, Kabid Propam dan anggota Brimob sudah berada di tempat kejadian perkara (TKP).

“Kita sedang melakukan pemeriksaan terhadap seluruh  anggota yang ada di TKP untuk mengetahui bagaimana kronologis sesungguhnya yang terjadi di lapangan,” ucap Kamal kepada Cenderawasih Pos, Kamis (23/5).

Dikatakan, tim ini diturunkan untuk mengetahui apakah langkah-langkah Kepolisian sesuai dengan prosedur, bagaimana posisi korban saat itu termasuk apakah saat melakukan tembakan posisi anggota benar terancam atau bagaimana.

Hal-hal seperti ini menurut Kamal perlu didalami. Sebab tidak bisa  serta merta menyalahkan anggota yang bertugas di lapangan saat itu.

“Tidak mungkin dengan serta merta polisi langsung menembak masyarakat, pasti ada latar belakangnya dan ini yang sedang didalami oleh penyidik. Baik penyidik Propam Polda Papua maupun Dirkrimum Polda Papua yang sudah berada di TKP sejak Rabu (22/5),” jelas Kamal.

Anggota yang akan diperiksa nantinya adalah mereka yang ada di lokasi  kejadian, ataupun yang  memerintahkan ketika anggota dari Polsek hingga ke  TKP. Sementara terkait satu  korban yang tewas, diakuinya masih didalami.

“Pada prinsipnya, kasus penembakan itu  tidak serta merta anggota mengeluarkan  tembakan kalau tidak dirinya terancam atau ada orang lain yang terancam saat itu,” katanya.

Baca Juga :  Kecuali Lapter Paro, Penerbangan ke Pedalaman Sudah Normal

Di tempat terpisah, Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua, Frits Ramandey menyebutkan Komnas HAM sudah menerima pengaduan dari keluarga korban terkait kasus ini dan pihaknya segera menyikapinya.

Bahkan lanjut Frits, Komnas HAM telah menurunkan tim untuk memastikan  kronologis kejadian sekaligus melaksanakan 1 fungsi pemantauan untuk kasus tersebut. “Dari pemantauan tersebut, kita bisa mendesakkan proses penyelesaian hukummnya,” ungkapnya.

Ia berharap kasus ini tidak berkepanjangan dan  berlarut-larut seperti kasus sebelumnya yang pernah terjadi di Deiyai juga Paniai. Penegakan  hukum menurutnya penting dalam penagakan kasus ini dan kepastian hukum bagi para pelaku. 

Setelah dinyatakan tewas, korban penembakan oknum aparat kepolisian di Wagete Kabupaten Deiyai atas nama Yulius Mote beberapa hari lalu, akhirnya Kamis (23/5) kemarin dimakamkan. Hanya lokasi pemakamannya bukan di pemakaman umum melainkan di depan Polsek Tigi, Wagete. 

Proses pemakaman juga dihadiri oleh para keluarga serta kerabat dan dilaporkan bahwa saat pemakaman juga disiapkan mobil aparat kepolisian untuk berjaga-jaga.

 Secara umum kondisi keamanan di Deiyai sudah kembali kondusif namun   warga masih menunggu kejelasan dari insiden penembakan termasuk  terjadinya pembakaran. 

Salah satu anggota DPR Papua Jhon Gobay yang turun ke lokasi memastikan bahwa dari kejadian Selasa (21/5) kemarin ini ada satu orang yang dipastikan tewas dan beberapa lainnya luka-luka dan masih menjalani perawatan. “Jadi korban penembakan itu ada dan sudah dimakamkan. Jangan mengatakan tak ada korban jiwa seperti yang disampaikan Polda Papua,” sindir Jhon Gobay yang sore kemarin tiba di Wagete.

Jhon yang datang bersama tim Komnas HAM Papua dan Komnas HAM RI ini menjelaskan bahwa secara adat dan budaya, bila jenazah sudah dimakamkan di depan kantor Polisi bisa diartikan pelakunya adalah orang yang bekerja di kantor tersebut atau oknum Polisi. “Keluarga sudah tanam di depan situ, jadi warga tahunya pelakunya dari mereka (Polisi),” jelas Gobay. 

Baca Juga :  Kapolda Minta Segera Tuntaskan Pleno

Jhon yang kemarin berada di lokasi pemakaman bersama keluarga korban menyampaikan bahwa suasana duka masih terasa. Pihak keluarga meminta agar pelaku segera diungkap dan diproses hukum. “Ini yang kami khawatirkan, bila tak segera dijelaskan maka akan ada protes. Pelaku dari kasus ini harus diungkap, jangan seperti yang sudah-sudah karena hanya menambah panjang deret korban penembakan yang tak diungkap,” pungkasnya. 

Secara terpisah Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Deyai, Petrus Badokapa menyesalkan tindakan arogan oknum aparat keamanan yang menewaskan masyarakat sipil menggunakan alat negara. “Kami sangat menyesal, dimana oknum aparat ini tangannya terlalu ringan sekali tembak masyarakat. Coba kalau korban mabuk ditenangkan dulu harus ada cara yang baik bukan langsung tembak,” ungkapnya saat dihubungi via ponselnya, kemarin (23/5). 

Ia memgatakan dalam tujuh bulan ini dari pantauanya banyak dugaan kekerasan yang dilakukan oknum aparat keamanan terhadap masyarakat. “Saya menyesal dengan cara dan kelakukan oknum polisi dan tentara di Papua, khususnya di Deyai  yang sudah memakan korban masyarakat saya,”  katanya.

Ia berharap pihak kepolisian memiliki cara tersendiri yang beda dengan daerah lain dalam mengatasi masyarakat Papua dengan berbagai persoalan. Karena masyarakat Papua diakuinya memiliki temperamen yang berbeda. “Jika ada anak -anak kita mabuk harus diamankan dulu dan dimasukan di lembaga baru dinasihati,” pintanya. 

Terkait insiden yang terjadi kemarin, Petrus meminta Polda Papua memberikan sangsi tegas terhadap oknum Polisi yang diduga melakukan penembakan. Dirinya juga berharap adanya formula dalam mengatasi masyarakat Papua agar tidak lagi menimbulkan korban.

Petrus juga meminta agar para pelaku yang menjual dan mengedarkan minuman keras harus ditangkap dan diproses hukum. Dirinya juga meminta tidak ada oknum aparat yang bermain dengan melindungi para  penjual atau pengedar Miras. (fia/ade/oel/nat)

PEMAKAMAN: Sejumlah keluarga serta kerabat saat mengikuti prosesi pemakaman Yulius Mote  yang dikuburkan di depan Mapolsek Tigi, Wagete Kabupaten Deiyai, Kamis (23/5) kemarin. Pihak keluarga meminta pelaku diungkap dan diproses hukum.( FOTO : Jhon Gobay for Cenderawasih Pos)

Jenazah Yulius Mote Dimakamkan di Depan Polsek Tigi

JAYAPURA- Kepolisian menyatakan situasi di Kabupaten Deiyai telah kondusif pasca aksi pembakaran Polsek Tigi serta insiden tewasnya seorang remaja bernama Yulius Mote (18) di Wagete, Kabupaten Deiyai, Selasa (21/5) lalu.

Selain dinyatakan kondusif, Polda Papua telah menurunkan tim untuk melakukan investigasi terhadap kejadian ini. Bahkan Kapolres setempat telah melakukan pertemuan dengan tokoh agama juga tokoh masyarakat untuk meredam situasi di Kabupaten Deiyai.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal mengatakan, pasca kejadian pejabat utama Polda Papua dalam hal ini Direktur Sabhara Polda Papua, Kabid Propam dan anggota Brimob sudah berada di tempat kejadian perkara (TKP).

“Kita sedang melakukan pemeriksaan terhadap seluruh  anggota yang ada di TKP untuk mengetahui bagaimana kronologis sesungguhnya yang terjadi di lapangan,” ucap Kamal kepada Cenderawasih Pos, Kamis (23/5).

Dikatakan, tim ini diturunkan untuk mengetahui apakah langkah-langkah Kepolisian sesuai dengan prosedur, bagaimana posisi korban saat itu termasuk apakah saat melakukan tembakan posisi anggota benar terancam atau bagaimana.

Hal-hal seperti ini menurut Kamal perlu didalami. Sebab tidak bisa  serta merta menyalahkan anggota yang bertugas di lapangan saat itu.

“Tidak mungkin dengan serta merta polisi langsung menembak masyarakat, pasti ada latar belakangnya dan ini yang sedang didalami oleh penyidik. Baik penyidik Propam Polda Papua maupun Dirkrimum Polda Papua yang sudah berada di TKP sejak Rabu (22/5),” jelas Kamal.

Anggota yang akan diperiksa nantinya adalah mereka yang ada di lokasi  kejadian, ataupun yang  memerintahkan ketika anggota dari Polsek hingga ke  TKP. Sementara terkait satu  korban yang tewas, diakuinya masih didalami.

“Pada prinsipnya, kasus penembakan itu  tidak serta merta anggota mengeluarkan  tembakan kalau tidak dirinya terancam atau ada orang lain yang terancam saat itu,” katanya.

Baca Juga :  9.371 Personel Gabungan Amankan PON Papua

Di tempat terpisah, Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua, Frits Ramandey menyebutkan Komnas HAM sudah menerima pengaduan dari keluarga korban terkait kasus ini dan pihaknya segera menyikapinya.

Bahkan lanjut Frits, Komnas HAM telah menurunkan tim untuk memastikan  kronologis kejadian sekaligus melaksanakan 1 fungsi pemantauan untuk kasus tersebut. “Dari pemantauan tersebut, kita bisa mendesakkan proses penyelesaian hukummnya,” ungkapnya.

Ia berharap kasus ini tidak berkepanjangan dan  berlarut-larut seperti kasus sebelumnya yang pernah terjadi di Deiyai juga Paniai. Penegakan  hukum menurutnya penting dalam penagakan kasus ini dan kepastian hukum bagi para pelaku. 

Setelah dinyatakan tewas, korban penembakan oknum aparat kepolisian di Wagete Kabupaten Deiyai atas nama Yulius Mote beberapa hari lalu, akhirnya Kamis (23/5) kemarin dimakamkan. Hanya lokasi pemakamannya bukan di pemakaman umum melainkan di depan Polsek Tigi, Wagete. 

Proses pemakaman juga dihadiri oleh para keluarga serta kerabat dan dilaporkan bahwa saat pemakaman juga disiapkan mobil aparat kepolisian untuk berjaga-jaga.

 Secara umum kondisi keamanan di Deiyai sudah kembali kondusif namun   warga masih menunggu kejelasan dari insiden penembakan termasuk  terjadinya pembakaran. 

Salah satu anggota DPR Papua Jhon Gobay yang turun ke lokasi memastikan bahwa dari kejadian Selasa (21/5) kemarin ini ada satu orang yang dipastikan tewas dan beberapa lainnya luka-luka dan masih menjalani perawatan. “Jadi korban penembakan itu ada dan sudah dimakamkan. Jangan mengatakan tak ada korban jiwa seperti yang disampaikan Polda Papua,” sindir Jhon Gobay yang sore kemarin tiba di Wagete.

Jhon yang datang bersama tim Komnas HAM Papua dan Komnas HAM RI ini menjelaskan bahwa secara adat dan budaya, bila jenazah sudah dimakamkan di depan kantor Polisi bisa diartikan pelakunya adalah orang yang bekerja di kantor tersebut atau oknum Polisi. “Keluarga sudah tanam di depan situ, jadi warga tahunya pelakunya dari mereka (Polisi),” jelas Gobay. 

Baca Juga :  ASN RSUD Jayapura Ditemukan Tewas

Jhon yang kemarin berada di lokasi pemakaman bersama keluarga korban menyampaikan bahwa suasana duka masih terasa. Pihak keluarga meminta agar pelaku segera diungkap dan diproses hukum. “Ini yang kami khawatirkan, bila tak segera dijelaskan maka akan ada protes. Pelaku dari kasus ini harus diungkap, jangan seperti yang sudah-sudah karena hanya menambah panjang deret korban penembakan yang tak diungkap,” pungkasnya. 

Secara terpisah Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Deyai, Petrus Badokapa menyesalkan tindakan arogan oknum aparat keamanan yang menewaskan masyarakat sipil menggunakan alat negara. “Kami sangat menyesal, dimana oknum aparat ini tangannya terlalu ringan sekali tembak masyarakat. Coba kalau korban mabuk ditenangkan dulu harus ada cara yang baik bukan langsung tembak,” ungkapnya saat dihubungi via ponselnya, kemarin (23/5). 

Ia memgatakan dalam tujuh bulan ini dari pantauanya banyak dugaan kekerasan yang dilakukan oknum aparat keamanan terhadap masyarakat. “Saya menyesal dengan cara dan kelakukan oknum polisi dan tentara di Papua, khususnya di Deyai  yang sudah memakan korban masyarakat saya,”  katanya.

Ia berharap pihak kepolisian memiliki cara tersendiri yang beda dengan daerah lain dalam mengatasi masyarakat Papua dengan berbagai persoalan. Karena masyarakat Papua diakuinya memiliki temperamen yang berbeda. “Jika ada anak -anak kita mabuk harus diamankan dulu dan dimasukan di lembaga baru dinasihati,” pintanya. 

Terkait insiden yang terjadi kemarin, Petrus meminta Polda Papua memberikan sangsi tegas terhadap oknum Polisi yang diduga melakukan penembakan. Dirinya juga berharap adanya formula dalam mengatasi masyarakat Papua agar tidak lagi menimbulkan korban.

Petrus juga meminta agar para pelaku yang menjual dan mengedarkan minuman keras harus ditangkap dan diproses hukum. Dirinya juga meminta tidak ada oknum aparat yang bermain dengan melindungi para  penjual atau pengedar Miras. (fia/ade/oel/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya