JAYAPURA– Satu pakar ekonomi Uncen, Prof.Julius Ary Mollet, mengakui masalah ekononi global ditahun ini dimainkan oleh Amerika Serikat dan Cina sebagai dua raksasa ekonomi di dunia. Inilah tentu akan berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi secara global dan juga nasional.
Di Indonesia sendiri presiden Prabowo Subianto meyakini ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 5% di tahun 2025. Namun demikian, dampak pertumbuhan ekonomi global tentu akan terasa baik nasional hingga ke daerah. Karena itu dia berharap ada gebrakan-gebrakan yang dilakukan oleh pemerintah agar perekonomian lokal juga tetap baik.
“Untuk perekonomian Papua lebih berspesialisasi ke sektor pertanian,”ujar Prof.Julius Ary Mollet, Kamis (23/1).
Dia beralasan, sektor pertanianlah yang saat ini bisa diandalkan selain tambang jika bicara Papua secara keseluruhan. Saat ini khusus di Provinsi Papua tak ada lagi potensi pertambangan yang digarap. Karena itu, menurutnya sektor pertanianlah yang kini memiliki pengaruh yang sangat signifikan di Provinsi Papua jika itu dimaksimalkan.
“Karena kita domainnya disana, dan kalau kita mau lihat lagi bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi selain pertambangan, cukup signifikan terhadap perekonomian Papua. Nah kita bisa kelola dia dengan baik,”katanya.
Dia mencontohkan, negara Belanda saat ini lebih melihat ekonomi secara lokal, market lokalnya diperkuat. Misalnya komoditas lokalnya seperti tomat. Tomat inilah menjadi keunggulan kompetitif mereka karena diekspor ke mana-mana apalagi permintaan tomat sangat tinggi.
“Cuma yang harus dibenahi di sini adalah supply chain dari hulu ke hilirnya itu harus jalan,”ungkapnya.
Kemudian ada hal positif lainnya yang perlu didorong dan diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Misalnya bagaimana anak-anak muda Papua setelah covid-19, cukup banyak anak muda yang membangun usahanya, mulai dari usaha cafe, warkop dan lainya. Ini merupakan hal yang sangat positif. Karena kalau suplly Salah satu komoditi banyak maka para petaninya juga pasti akan mendapatkan hasil yang maksimal.
“Kita kadang hanya mau lihat yang besar, buka investasi, tapi belum tentu juga. Ada beberapa juga dulu ada akhirnya mati, karena kita high cost production, jadi produk kita kalah dengan produk Indonesia bagian barat,selain itu belum lagi masalah hak ulayat juga yang kadang menghambat laju pembangunan,” tutupnya.(roy/ade).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos