Thursday, March 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Pesan Menyejukkan Gubernur, Dinginkan Masyarakat Papua

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Albert Rodja, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring dan Kepala Badang Kesbang Pol Provinsi Papua Musa Isir berbincang-bincang usai rapat konsolidasi di Mapolda Papua, Kamis (22/8). ( FOTO : Elfira/Cepos)

Lima Saksi Perwakilan Ormas Akan Diperiksa 

JAYAPURA-Kapolda Papua, Irjen Pol Rudolf Albert Rodja meminta Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., agar dapat memberikan pesan menyejukan kepada mahasiswa maupun masyarakat Papua, pasca insiden yang yang terjadi di Malang dan Surabaya.

Dikarenakan, pesan menyejukkan dari Gubernur Provinsi Papua dapat mendinginkan hati  mahasiswa ataupun masyarakat Papua.

“Kami harap Gubernur Papua menyampaikan pesan-pesan yang menyejukan. Saya yakin, jika Gubernur yang saat ini berada di Jakarta menyampaikan pesan menyejukkan, semuanya selesai,”  ucap Kapolda Alberth Rodja kepada wartawan usai rapat konsolidasi di Ruang Cenderawasih Polda Papua, Kamis (22/8). 

Dikatakan,  aspirasi ribuan masyarakat Papua dalam aksi unjuk rasa di Jayapura yang digelar, Senin (18/8), telah mewakili seluruh warga Papua yang ada di kabupaten maupun kota.  Meskipun aksi unjuk rasa di sejumlah daerah di Papua telah berlangsung aman.

“Tidak perlu ada unjuk rasa lagi. Gubernur sudah tahu aspirasi itu akan disampaikan ke pemerintah pusat. Hari ini beliau akan bertemu dengan pimpinan tertinggi negara dan kemudian menyampaikan kepada seluruh masyarakat Papua, supaya tidak ada unjuk rasa lagi,” tuturnya.

Kapolda Alberth Rodja memandang aksi unjuk rasa yang terjadi di beberapa daerah di wilayah Papua akibat  rasa kemanusiaan yang terusik, bukan persoalan ideologi, “Ini hanya karena rasa kemanusian yang terusik,” ucapnya.

Baca Juga :  Kebakaran di Hamadi, Penjual Cilok Tewas Terbakar

Terkait situasi di Provinsi Papua menurutnya secera keseluruhan dalam keadaan aman dan  kondusif.

Sementara itu, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring menegaskan TNI dan Polri akan terus bersinergi. 

 Di tempat yang sama, Kepala Badang Kesbang Pol Provinsi Papua Musa Isir meminta  masyarakat papua tetap tenang. Terkait hasil pertemuan Pemrov yang dihadiri dirinya dengan Kapolda dan Pangdam XVII/Cenderawasih serta Forkompinda lainnya  akan mengambil langkah-langkah selanjutnya.

“Menyikapi persoalan yang terjadi saat ini, Pemda sendiri sudah membentk tim konsolidasi  ke dalam dan keluar. Rencana dalam waktu dekat ini tim akan berangkat ke jawa timur,  jawa tengah setelah itu kembali ke papua dan melakukan  konsolidasi,” pungkasnya. 

Suasana di Asrama Papua di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya, telah kembali kondusif. Kericuhan pun tak lagi terjadi di wilayah tersebut. Namun hal tersebut tak membuat Polrestabes Surabaya menghentikan penyelidikan. 

Penyelidikan terhadap aksi merusak dan menodai kehormatan negara terus dilakukan. Sebelumnya sebanyak 43 saksi yang terdiri dari mahasiswa Papua sudah dilakukan. Hasilnya pun masih nihil. Belum adanya titik terang di balik pelaku dari peristiwa tersebut. 

Baca Juga :  Bupati Mamteng Resmi Tutup Akses Keluar Masuk

”Pemeriksaan 43 mahasiswa belum ada hasil pasti. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap saksi lainya segera dilakukan,” kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran, kemarin (22/8). Rencananya pemeriksaan lanjutan berlangsung Sabtu (24/8) mendatang. 

Sebanyak lima saksi akan diperiksa. Diantaranya Susi Rohmadi, perwakilan dari FKPPI. Kemudian Basuki (Pemuda Pancasila), lalu Agus Fachrudin (Wali laskar pembela islam Surabaya). Dan Dj Arifin serta Akurat Djaswadi, perwakilan dari Sekber Benteng NKRI.

Mereka (saksi, Red) dipanggil bukan tanpa alasan. Salah satunya keterlibatan mereka dalam aksi massa pada Jumat (16/8) lalu. Saat unjuk rasa berlangsung mereka terlihat di lokasi tersebut. 

Dan setelah ditelusuri mereka mempunyai peran dalam kelompok Ormas tersebut. Salah satunya adalah koordinator massa. Oleh karena itu pemeriksaan perlu dilakukan. 

Dalam pemeriksaan nanti, lanjut Sudamiran, pihaknya ingin mengetahui sebab dan penyebab kericuhan yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua. 

Mulai dari siapa yang mematahkan tiang bendera, lalu membuang bendera ke selokan, dan menyebarkan infomasi hoax yang dapat menimbulkan kericuhan. 

”Kami yakin mereka pasti mengetahui peristiwa yang terjadi di lapangan. Oleh kerena itulah pemeriksaan harus segera dilakukan,” paparnya. (fia/ian/nat)

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Albert Rodja, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring dan Kepala Badang Kesbang Pol Provinsi Papua Musa Isir berbincang-bincang usai rapat konsolidasi di Mapolda Papua, Kamis (22/8). ( FOTO : Elfira/Cepos)

Lima Saksi Perwakilan Ormas Akan Diperiksa 

JAYAPURA-Kapolda Papua, Irjen Pol Rudolf Albert Rodja meminta Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., agar dapat memberikan pesan menyejukan kepada mahasiswa maupun masyarakat Papua, pasca insiden yang yang terjadi di Malang dan Surabaya.

Dikarenakan, pesan menyejukkan dari Gubernur Provinsi Papua dapat mendinginkan hati  mahasiswa ataupun masyarakat Papua.

“Kami harap Gubernur Papua menyampaikan pesan-pesan yang menyejukan. Saya yakin, jika Gubernur yang saat ini berada di Jakarta menyampaikan pesan menyejukkan, semuanya selesai,”  ucap Kapolda Alberth Rodja kepada wartawan usai rapat konsolidasi di Ruang Cenderawasih Polda Papua, Kamis (22/8). 

Dikatakan,  aspirasi ribuan masyarakat Papua dalam aksi unjuk rasa di Jayapura yang digelar, Senin (18/8), telah mewakili seluruh warga Papua yang ada di kabupaten maupun kota.  Meskipun aksi unjuk rasa di sejumlah daerah di Papua telah berlangsung aman.

“Tidak perlu ada unjuk rasa lagi. Gubernur sudah tahu aspirasi itu akan disampaikan ke pemerintah pusat. Hari ini beliau akan bertemu dengan pimpinan tertinggi negara dan kemudian menyampaikan kepada seluruh masyarakat Papua, supaya tidak ada unjuk rasa lagi,” tuturnya.

Kapolda Alberth Rodja memandang aksi unjuk rasa yang terjadi di beberapa daerah di wilayah Papua akibat  rasa kemanusiaan yang terusik, bukan persoalan ideologi, “Ini hanya karena rasa kemanusian yang terusik,” ucapnya.

Baca Juga :  Dua KKB Yahukimo Dibawa ke Jayapura

Terkait situasi di Provinsi Papua menurutnya secera keseluruhan dalam keadaan aman dan  kondusif.

Sementara itu, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring menegaskan TNI dan Polri akan terus bersinergi. 

 Di tempat yang sama, Kepala Badang Kesbang Pol Provinsi Papua Musa Isir meminta  masyarakat papua tetap tenang. Terkait hasil pertemuan Pemrov yang dihadiri dirinya dengan Kapolda dan Pangdam XVII/Cenderawasih serta Forkompinda lainnya  akan mengambil langkah-langkah selanjutnya.

“Menyikapi persoalan yang terjadi saat ini, Pemda sendiri sudah membentk tim konsolidasi  ke dalam dan keluar. Rencana dalam waktu dekat ini tim akan berangkat ke jawa timur,  jawa tengah setelah itu kembali ke papua dan melakukan  konsolidasi,” pungkasnya. 

Suasana di Asrama Papua di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya, telah kembali kondusif. Kericuhan pun tak lagi terjadi di wilayah tersebut. Namun hal tersebut tak membuat Polrestabes Surabaya menghentikan penyelidikan. 

Penyelidikan terhadap aksi merusak dan menodai kehormatan negara terus dilakukan. Sebelumnya sebanyak 43 saksi yang terdiri dari mahasiswa Papua sudah dilakukan. Hasilnya pun masih nihil. Belum adanya titik terang di balik pelaku dari peristiwa tersebut. 

Baca Juga :  Kajari Merauke Minta Fatwa MA

”Pemeriksaan 43 mahasiswa belum ada hasil pasti. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap saksi lainya segera dilakukan,” kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran, kemarin (22/8). Rencananya pemeriksaan lanjutan berlangsung Sabtu (24/8) mendatang. 

Sebanyak lima saksi akan diperiksa. Diantaranya Susi Rohmadi, perwakilan dari FKPPI. Kemudian Basuki (Pemuda Pancasila), lalu Agus Fachrudin (Wali laskar pembela islam Surabaya). Dan Dj Arifin serta Akurat Djaswadi, perwakilan dari Sekber Benteng NKRI.

Mereka (saksi, Red) dipanggil bukan tanpa alasan. Salah satunya keterlibatan mereka dalam aksi massa pada Jumat (16/8) lalu. Saat unjuk rasa berlangsung mereka terlihat di lokasi tersebut. 

Dan setelah ditelusuri mereka mempunyai peran dalam kelompok Ormas tersebut. Salah satunya adalah koordinator massa. Oleh karena itu pemeriksaan perlu dilakukan. 

Dalam pemeriksaan nanti, lanjut Sudamiran, pihaknya ingin mengetahui sebab dan penyebab kericuhan yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua. 

Mulai dari siapa yang mematahkan tiang bendera, lalu membuang bendera ke selokan, dan menyebarkan infomasi hoax yang dapat menimbulkan kericuhan. 

”Kami yakin mereka pasti mengetahui peristiwa yang terjadi di lapangan. Oleh kerena itulah pemeriksaan harus segera dilakukan,” paparnya. (fia/ian/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya