Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Jika Ada Oknum Anggota yang Ikut Jual Miras, Laporkan!

*Jaga Kamtibmas Aman, Selalu Komunikasi dengan Polisi

JAYAPURA-Danrem 172/PWY Brigjen TNI J.O Sembiring mengakui bahwa memang terjadi sedikit ada gangguan dari KKB di wilayah teritorialnya, menjelang natal dan tahun baru, namun pihaknya akan terus beupaya untuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menjaga situasi Kamtibmas tetap aman.

Hal ini kata Danrem sesuai dengan motto Korem 172/PYW yaitu memperkuat kohesi, sehingga pihak korem 172/PWY berusaha untuk mencegah, dengan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Tujuannya untuk mencegah upaya oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menggangu situasi Kamtibmas di wilayah Korem 172/PWY.

“Dalam rangka pelaksanaan natal dan tahun baru (Nataru) kami pihak Korem 172/ PYW, akan selalu berkoordinasi dengan pihak Kepolisian, guna menjaga kamtibmas didaerah yang rawan,” ungkap Danrem di ruang kerjanya, Rabu, (21/12) kemarin.

Terlepas dengan kejadian yang selalu mengganggu Kamtibmas di daerah pegunungan akhir-akhir ini, Danrem mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi, namun tetap dengan hati yang dingin, serta harus klarifikasi dengan pihak keamanan.

“Jangan sampai mudah terprovokasi dengan kejadian informasi yang beredar, tetapi harus klarifikasi, karena jika kita hadapi situasi seperti itu dengan hati yang panas, maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan,” ujar J.O Sembiring.

Jendral bintang dua itu mengungkapkan Korem 172/PWY akan terus mendorong kepolisian untuk menindaktegas oknum yang selalu bikin kegaduhan terhadap masyarakat. dan menurut J. O. Sembiring penyebab adanya kegaduhan di wilayah pegunungan selama ini sebagian besar karena di pengaruhi minuman keras (miras).

Baca Juga :  Ortu Pacar Tak Setuju, Mahasiswa Tewas Gantung Diri

“Saya sudah perintahkan jajaran yang ada di wilayah pegunungan, untuk melakukan razia warung-warung Miras karena banyaknya kasus yang terjadi di wilayah Pegungungan selama ini karena orang mabuk,” ungkapnya.

J.O Sembiring juga mengajak masyarakat jika melihat ada oknum TNI yang menjadi pelaku peredaran miras, maka segera melaporkan ke Pihak Korem 172/PWY. “Saya minta kepada masyarakat, jika melihat ada oknum TNI yang menjadi pelaku peredaran miras segera melapor ke Koramil maupun Kodim terdekat, nanti kita akan tindak tegas sesuai hukum yang berlaku,” tegas J. O. sembiring.

Ia menghimbau kepada masyarakat agar sama sama menjaga situasi untuk tetap aman.”Biasanya di pegunungan jelang Nataru seperti ini peredaran miras paling banyak, umtuk itu saya mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengkonsumsi miras, karena bisa memicu terjadinya kerusuhan,” tandasnya.

Danrem kembali menegaskam, 3 orang korban yang telah dibunuh secara keji oleh kelompok sipil teroris (KST) di Kampung Mangabib, Distrik Oksebang, Kabupaten Pegunungan Bintang, merupakan warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek.

“Jadi tidak benar kalau mereka (KST) menyebut para korban adalah aparat Intelijen. Tiga korban tersebut benar-benar masyarakat sipil yang sehari harinya mencari sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan keluarganya dengan berprofesi sebagai tukang ojek,” tuturnya.

Baca Juga :  Serapan Anggaran OPD Pemprov Rendah

Pembunuhan yang dilakukan secara biadab ini adalah kata Danrem pekerjaan teroris. “Saya juga beragama Kristen, dalam ajaran agama apapun tidak ada yang mengajarkan melakukan pembantaian keji yang kemudian direkam dan disebarkan untuk menebar ketakutan di masyarakat. Ini merupakan pekerjaan teroris yang dirinya sedang dirasuki oleh setan,” ungkap Danrem.  Terkait senjata yang dituduhkan KST, Danrem menegaskan bahwa senjata tersebut bukan milik tukang ojek (korban)

“Hal ini merupakan cara licik yang dilakukan oleh KST untuk menutupi kebiadaban dan membenarkan apa yang mereka lakukan,” tegas Danrem.

Sementara terkait terkait dengan pistol yang digunakan oleh KST, pihaknya mengindikasikan senjata pistol tersebut merupakan salah satu senjata organik milik TNI AD yang hilang ketika Heli MI 17 milik Penerbad jatuh pada tahun 2019 silam di Kab. Pegunungan Bintang.

“Pada kejadian jatuhnya Heli MI-17 pada tahun 2019 lalu, sebanyak 11 senjata organik milik kru dan penumpang hilang dan diambil oleh pihak KST. Senjata yang hilang diantaranya tujuh senapan serbu SS-1, tiga pistol dan satu GLM. Kami mengindikasikan pistol yang digunakan oleh KST tersebut merupakan salah satu senjata yang hilang,” ujar Danrem. (rel/wen)

*Jaga Kamtibmas Aman, Selalu Komunikasi dengan Polisi

JAYAPURA-Danrem 172/PWY Brigjen TNI J.O Sembiring mengakui bahwa memang terjadi sedikit ada gangguan dari KKB di wilayah teritorialnya, menjelang natal dan tahun baru, namun pihaknya akan terus beupaya untuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menjaga situasi Kamtibmas tetap aman.

Hal ini kata Danrem sesuai dengan motto Korem 172/PYW yaitu memperkuat kohesi, sehingga pihak korem 172/PWY berusaha untuk mencegah, dengan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Tujuannya untuk mencegah upaya oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menggangu situasi Kamtibmas di wilayah Korem 172/PWY.

“Dalam rangka pelaksanaan natal dan tahun baru (Nataru) kami pihak Korem 172/ PYW, akan selalu berkoordinasi dengan pihak Kepolisian, guna menjaga kamtibmas didaerah yang rawan,” ungkap Danrem di ruang kerjanya, Rabu, (21/12) kemarin.

Terlepas dengan kejadian yang selalu mengganggu Kamtibmas di daerah pegunungan akhir-akhir ini, Danrem mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi, namun tetap dengan hati yang dingin, serta harus klarifikasi dengan pihak keamanan.

“Jangan sampai mudah terprovokasi dengan kejadian informasi yang beredar, tetapi harus klarifikasi, karena jika kita hadapi situasi seperti itu dengan hati yang panas, maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan,” ujar J.O Sembiring.

Jendral bintang dua itu mengungkapkan Korem 172/PWY akan terus mendorong kepolisian untuk menindaktegas oknum yang selalu bikin kegaduhan terhadap masyarakat. dan menurut J. O. Sembiring penyebab adanya kegaduhan di wilayah pegunungan selama ini sebagian besar karena di pengaruhi minuman keras (miras).

Baca Juga :  Kalah Medan, Pemerintah Dianggap Tak Mampu Bebaskan Pilot Susi Air?

“Saya sudah perintahkan jajaran yang ada di wilayah pegunungan, untuk melakukan razia warung-warung Miras karena banyaknya kasus yang terjadi di wilayah Pegungungan selama ini karena orang mabuk,” ungkapnya.

J.O Sembiring juga mengajak masyarakat jika melihat ada oknum TNI yang menjadi pelaku peredaran miras, maka segera melaporkan ke Pihak Korem 172/PWY. “Saya minta kepada masyarakat, jika melihat ada oknum TNI yang menjadi pelaku peredaran miras segera melapor ke Koramil maupun Kodim terdekat, nanti kita akan tindak tegas sesuai hukum yang berlaku,” tegas J. O. sembiring.

Ia menghimbau kepada masyarakat agar sama sama menjaga situasi untuk tetap aman.”Biasanya di pegunungan jelang Nataru seperti ini peredaran miras paling banyak, umtuk itu saya mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengkonsumsi miras, karena bisa memicu terjadinya kerusuhan,” tandasnya.

Danrem kembali menegaskam, 3 orang korban yang telah dibunuh secara keji oleh kelompok sipil teroris (KST) di Kampung Mangabib, Distrik Oksebang, Kabupaten Pegunungan Bintang, merupakan warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek.

“Jadi tidak benar kalau mereka (KST) menyebut para korban adalah aparat Intelijen. Tiga korban tersebut benar-benar masyarakat sipil yang sehari harinya mencari sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan keluarganya dengan berprofesi sebagai tukang ojek,” tuturnya.

Baca Juga :  Hadapi Borneo, Jacksen Akui Banyak Evaluasi

Pembunuhan yang dilakukan secara biadab ini adalah kata Danrem pekerjaan teroris. “Saya juga beragama Kristen, dalam ajaran agama apapun tidak ada yang mengajarkan melakukan pembantaian keji yang kemudian direkam dan disebarkan untuk menebar ketakutan di masyarakat. Ini merupakan pekerjaan teroris yang dirinya sedang dirasuki oleh setan,” ungkap Danrem.  Terkait senjata yang dituduhkan KST, Danrem menegaskan bahwa senjata tersebut bukan milik tukang ojek (korban)

“Hal ini merupakan cara licik yang dilakukan oleh KST untuk menutupi kebiadaban dan membenarkan apa yang mereka lakukan,” tegas Danrem.

Sementara terkait terkait dengan pistol yang digunakan oleh KST, pihaknya mengindikasikan senjata pistol tersebut merupakan salah satu senjata organik milik TNI AD yang hilang ketika Heli MI 17 milik Penerbad jatuh pada tahun 2019 silam di Kab. Pegunungan Bintang.

“Pada kejadian jatuhnya Heli MI-17 pada tahun 2019 lalu, sebanyak 11 senjata organik milik kru dan penumpang hilang dan diambil oleh pihak KST. Senjata yang hilang diantaranya tujuh senapan serbu SS-1, tiga pistol dan satu GLM. Kami mengindikasikan pistol yang digunakan oleh KST tersebut merupakan salah satu senjata yang hilang,” ujar Danrem. (rel/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya