Ia menegaskan bahwa Lamek Alipky Taplo dikenal sebagai salah satu pimpinan OPM paling aktif, radikal dan juga sadis untuk wilayah Pegunungan Bintang. Sejak tahun 2020, kelompoknya tercatat telah melakukan berbagai aksi kekerasan. Parahnya kelompok ini tak hanya menyerang aparat keamanan tetapi tak sedikit masyarakat sipil yang ikut menjadi korban.
Pihak Swasembada mencatat selama kelompok Lamek telah menimbulkan 6 korban jiwa dan 8 luka berat, serta menyebabkan kerusakan besar berupa 7 bangunan fasilitas umum dan 6 unit alat berat yang dibakar. Dampak dari kekerasan itu membuat aktivitas pemerintahan, pendidikan, dan layanan kesehatan di wilayah Kiwirok sempat lumpuh total.
Pasca operasi yang menewaskan Lamek Taplo dan tiga anak buahnya, kondisi keamanan di Distrik Kiwirok kini dilaporkan mulai kondusif. Aparat gabungan TNI–Polri terus melakukan patroli rutin di sejumlah titik strategis untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan lanjutan. “Tewasnya Lamek Alipky Taplo merupakan pukulan telak bagi struktur OPM di wilayah Pegunungan Bintang. Ini adalah bentuk nyata komitmen TNI dalam menjamin keamanan masyarakat di perbatasan,” ujar Letkol Inf Renaldy.
Ia menegaskan, Koops Swasembada Papua akan terus melaksanakan operasi secara terukur, profesional, dan berkelanjutan untuk memastikan stabilitas keamanan di seluruh wilayah Papua, khususnya di daerah rawan seperti Kiwirok dan sekitarnya. Tujuan akhir kami adalah mewujudkan Papua yang aman, damai, dan sejahtera. Tidak ada tempat bagi kelompok bersenjata yang terus meresahkan masyarakat,” tutup Letkol Inf Renaldy. (rel/ade)