Sunday, April 28, 2024
30.7 C
Jayapura

Mbok ya Ada Inovasi, Jangan Dibuat Persis Plek

Seorang Guru Honorer dan Motor Listrik Karyanya (2-Habis)

Saat paten masih diurus, motor listrik karya Wandee Purnomo dan tim justru ditiru pihak yang sempat berkunjung untuk melihatnya langsung. ”Anak SMK zaman now semestinya ya pegang motor listrik bikinan sendiri,” katanya.

ILHAM WANCOKO, Bantul

SABTU. Wandee Purnomo semestinya libur dan menikmati waktu bersama keluarga. Apalagi, dia baru tiba dari mengikuti kegiatan di Jakarta. Namun, dia harus tetap mendatangi SMK Ki Ageng Pemanahan (KAP), Bantul, Jogjakarta, tempatnya mengajar siang itu. 

Ada rombongan kepala SMK yang akan berkunjung karena tertarik dengan motor listrik karyanya bersama tim. Sampai pukul 14.00, seperti yang dijadwalkan, rombongan itu tak kunjung datang. Dua jam kemudian masih sama. ”Saya pun akhirnya pulang karena keluarga juga sudah menunggu,” katanya kepada Jawa Pos.

Itulah salah satu efek tersiar luasnya kabar soal motor listrik KAP yang dipandegani Wandee. Kunjungan mengalir dari mana-mana, termasuk dari luar Jogjakarta. Sebab, mereka ingin tahu.

Persoalan yang membuntuti, ternyata ada yang berusaha meniru motor listrik KAP. Saat seorang guru SMK dari luar Jogjakarta datang untuk belajar. Sebagai sesama guru SMK, rasa solidaritas mendorong Wandee dan tim memberikan semua ilmu.

Siapa sangka, beberapa waktu kemudian, tersiar kabar bahwa guru itu membuat sepeda motor listrik serupa. Spesifikasinya mirip. Namun, kecepatan maksimal sepeda motor listrik tiruan itu hanya 40 kilometer per jam. ”Kecepatan sepeda motor listrik SMK KAP kan bisa mencapai 120 kilometer per jam,” jelasnya.

Sejatinya upaya menyontek itu masih bisa dipahami Wandee mengingat tuntutan agar setiap SMK memiliki produk ikonik. ”Tapi, mbok ya ada inovasi, jangan dibuat persis plek,” tegasnya.

Baca Juga :  Harus Patuh Ikuti Jadwal yang Tercantum di Itinerari

Karena itu, Wandee kini semakin berhati-hati menerima kunjungan. Sejak Agustus, SMK KAP juga mengurus hak paten sepeda motor listrik tersebut ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM). Hak patennya memang atas nama SMK KAP. Namun, hingga saat ini pengajuan hak paten itu belum juga selesai. ”Kurang paham juga apa yang masih kurang karena pihak sekolah yang mengurus,” ujar Wandee.

Dihubungi secara terpisah, Kepala SMK KAP Wresti Eka Tri Yuliani membenarkan bahwa pihaknya telah mengurus hak paten. ”Menuju ke arah sana,” katanya.

Yang pasti, motor listrik KAP memang direncanakan untuk dua fungsi: teaching factory dan komersial. ”Makanya, praktik dan teori menggunakan prototipe dan modul pembelajaran,” jelasnya.

Dengan begitu, siswa SMK KAP begitu lulus benar-benar memiliki keterampilan yang mumpuni dalam pembuatan sepeda motor listrik. ”Siswa bisa langsung utak-atik sepeda motor listriknya,” ungkapnya.

Wandee dan tim memang berupaya menjadikan sepeda motor listrik ini sebagai spesialisasi di SMK KAP. Targetnya, siswa SMK KAP memiliki kemampuan dalam bidang sepeda motor listrik setelah lulus sekolah. ”Karena itu, selain bikin sepeda motor listrik, harus bikin modul pembelajarannya,” terangnya.

Wandee mengakui, ilmu membangun sepeda motor listrik di luar jangkauan seorang anak SMK. Apalagi bila dalam tahap awal ibarat mbabat alas (membabat hutan/membuka jalan). Karena itu, dalam pembuatan sepeda motor listrik KAP, para siswa masih sebatas diajak mengerjakan membuat rangka dan melakukan pengecatan. ”Makanya, yang bekerja keras para guru dulu,” jelasnya.

Setelah sepeda motor listrik selesai, dibuatlah modul pembelajarannya. Lewat modul pembelajaran setebal sekitar 115 halaman itu, nanti siswa SMK KAP belajar tentang teori pembuatan sepeda motor listrik. Dalam modul tersebut, kelistrikan, baterai, rangka, dan pengecatannya bisa dipelajari. Lengkap sudah. ”Ini sama seperti membuat buku, saya dan tim juga yang bikin,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pelabelan Teroris Mulai Berdampak pada Mahasiswa di Luar Papua

Dengan prototipe dan modul pembelajaran sepeda motor listrik itu, siswa SMK KAP akan lebih mudah mempelajari sepeda motor listrik. Praktik dan teori tersedia. ”Praktiknya langsung utak-atik prototipe,” tuturnya bangga.

Bermodal prototipe, modul pembelajaran, serta skill Wandee dan tim inilah, SMK KAP akan berjuang menjadi SMK yang memiliki spesialisasi sepeda motor listrik. Alumninya diharapkan mampu mempunyai skill yang jauh di atas rata-rata dan mudah mendapatkan pekerjaan. ”Bahkan, kalau bisa, membuat lowongan pekerjaan,” tuturnya.

Motor listrik KAP ini bahkan menarik minat universitas yang dikenal memiliki kemampuan mumpuni dalam bidang mekatronika. Perguruan tinggi itu juga memesan sepeda motor listrik yang diotaki Wandee tersebut. ”Padahal, setahu saya, universitas itu sudah punya berbagai produk kendaraan berbasis listrik. Kan jadi gimana gitu,” ujarnya tanpa menyebutkan nama perguruan tinggi yang dimaksud.

Menurut Wresti, untuk sisi komersial, SMK KAP memang menerima order pembuatan sepeda motor listrik. Langkah itu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan para guru dan karyawan sekolah. ”Begitu ke depannya,” katanya.

Sejauh ini ratusan pesanan sudah masuk. Namun, Wandee dan tim baru bisa memproduksi dua unit motor per bulan. Wandee tak mempermasalahkan itu. Bagi dia, yang terpenting bisa mengubah anggapan bahwa siswa SMK tak lagi lekat dengan budaya tawuran. SMK menjadi sekolah unggulan di bidang teknologi.

”Anak SMK zaman dulu mungkin masih pegang batu, celurit, bahkan samurai. Tapi, anak SMK zaman now ya pegang sepeda motor listrik bikinan sendiri,” tuturnya. (*/c14/ttg/JPG)

Seorang Guru Honorer dan Motor Listrik Karyanya (2-Habis)

Saat paten masih diurus, motor listrik karya Wandee Purnomo dan tim justru ditiru pihak yang sempat berkunjung untuk melihatnya langsung. ”Anak SMK zaman now semestinya ya pegang motor listrik bikinan sendiri,” katanya.

ILHAM WANCOKO, Bantul

SABTU. Wandee Purnomo semestinya libur dan menikmati waktu bersama keluarga. Apalagi, dia baru tiba dari mengikuti kegiatan di Jakarta. Namun, dia harus tetap mendatangi SMK Ki Ageng Pemanahan (KAP), Bantul, Jogjakarta, tempatnya mengajar siang itu. 

Ada rombongan kepala SMK yang akan berkunjung karena tertarik dengan motor listrik karyanya bersama tim. Sampai pukul 14.00, seperti yang dijadwalkan, rombongan itu tak kunjung datang. Dua jam kemudian masih sama. ”Saya pun akhirnya pulang karena keluarga juga sudah menunggu,” katanya kepada Jawa Pos.

Itulah salah satu efek tersiar luasnya kabar soal motor listrik KAP yang dipandegani Wandee. Kunjungan mengalir dari mana-mana, termasuk dari luar Jogjakarta. Sebab, mereka ingin tahu.

Persoalan yang membuntuti, ternyata ada yang berusaha meniru motor listrik KAP. Saat seorang guru SMK dari luar Jogjakarta datang untuk belajar. Sebagai sesama guru SMK, rasa solidaritas mendorong Wandee dan tim memberikan semua ilmu.

Siapa sangka, beberapa waktu kemudian, tersiar kabar bahwa guru itu membuat sepeda motor listrik serupa. Spesifikasinya mirip. Namun, kecepatan maksimal sepeda motor listrik tiruan itu hanya 40 kilometer per jam. ”Kecepatan sepeda motor listrik SMK KAP kan bisa mencapai 120 kilometer per jam,” jelasnya.

Sejatinya upaya menyontek itu masih bisa dipahami Wandee mengingat tuntutan agar setiap SMK memiliki produk ikonik. ”Tapi, mbok ya ada inovasi, jangan dibuat persis plek,” tegasnya.

Baca Juga :  Pelabelan Teroris Mulai Berdampak pada Mahasiswa di Luar Papua

Karena itu, Wandee kini semakin berhati-hati menerima kunjungan. Sejak Agustus, SMK KAP juga mengurus hak paten sepeda motor listrik tersebut ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM). Hak patennya memang atas nama SMK KAP. Namun, hingga saat ini pengajuan hak paten itu belum juga selesai. ”Kurang paham juga apa yang masih kurang karena pihak sekolah yang mengurus,” ujar Wandee.

Dihubungi secara terpisah, Kepala SMK KAP Wresti Eka Tri Yuliani membenarkan bahwa pihaknya telah mengurus hak paten. ”Menuju ke arah sana,” katanya.

Yang pasti, motor listrik KAP memang direncanakan untuk dua fungsi: teaching factory dan komersial. ”Makanya, praktik dan teori menggunakan prototipe dan modul pembelajaran,” jelasnya.

Dengan begitu, siswa SMK KAP begitu lulus benar-benar memiliki keterampilan yang mumpuni dalam pembuatan sepeda motor listrik. ”Siswa bisa langsung utak-atik sepeda motor listriknya,” ungkapnya.

Wandee dan tim memang berupaya menjadikan sepeda motor listrik ini sebagai spesialisasi di SMK KAP. Targetnya, siswa SMK KAP memiliki kemampuan dalam bidang sepeda motor listrik setelah lulus sekolah. ”Karena itu, selain bikin sepeda motor listrik, harus bikin modul pembelajarannya,” terangnya.

Wandee mengakui, ilmu membangun sepeda motor listrik di luar jangkauan seorang anak SMK. Apalagi bila dalam tahap awal ibarat mbabat alas (membabat hutan/membuka jalan). Karena itu, dalam pembuatan sepeda motor listrik KAP, para siswa masih sebatas diajak mengerjakan membuat rangka dan melakukan pengecatan. ”Makanya, yang bekerja keras para guru dulu,” jelasnya.

Setelah sepeda motor listrik selesai, dibuatlah modul pembelajarannya. Lewat modul pembelajaran setebal sekitar 115 halaman itu, nanti siswa SMK KAP belajar tentang teori pembuatan sepeda motor listrik. Dalam modul tersebut, kelistrikan, baterai, rangka, dan pengecatannya bisa dipelajari. Lengkap sudah. ”Ini sama seperti membuat buku, saya dan tim juga yang bikin,” ungkapnya.

Baca Juga :  Harus Patuh Ikuti Jadwal yang Tercantum di Itinerari

Dengan prototipe dan modul pembelajaran sepeda motor listrik itu, siswa SMK KAP akan lebih mudah mempelajari sepeda motor listrik. Praktik dan teori tersedia. ”Praktiknya langsung utak-atik prototipe,” tuturnya bangga.

Bermodal prototipe, modul pembelajaran, serta skill Wandee dan tim inilah, SMK KAP akan berjuang menjadi SMK yang memiliki spesialisasi sepeda motor listrik. Alumninya diharapkan mampu mempunyai skill yang jauh di atas rata-rata dan mudah mendapatkan pekerjaan. ”Bahkan, kalau bisa, membuat lowongan pekerjaan,” tuturnya.

Motor listrik KAP ini bahkan menarik minat universitas yang dikenal memiliki kemampuan mumpuni dalam bidang mekatronika. Perguruan tinggi itu juga memesan sepeda motor listrik yang diotaki Wandee tersebut. ”Padahal, setahu saya, universitas itu sudah punya berbagai produk kendaraan berbasis listrik. Kan jadi gimana gitu,” ujarnya tanpa menyebutkan nama perguruan tinggi yang dimaksud.

Menurut Wresti, untuk sisi komersial, SMK KAP memang menerima order pembuatan sepeda motor listrik. Langkah itu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan para guru dan karyawan sekolah. ”Begitu ke depannya,” katanya.

Sejauh ini ratusan pesanan sudah masuk. Namun, Wandee dan tim baru bisa memproduksi dua unit motor per bulan. Wandee tak mempermasalahkan itu. Bagi dia, yang terpenting bisa mengubah anggapan bahwa siswa SMK tak lagi lekat dengan budaya tawuran. SMK menjadi sekolah unggulan di bidang teknologi.

”Anak SMK zaman dulu mungkin masih pegang batu, celurit, bahkan samurai. Tapi, anak SMK zaman now ya pegang sepeda motor listrik bikinan sendiri,” tuturnya. (*/c14/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya