Friday, October 18, 2024
33.7 C
Jayapura

Aparat Tetap Siaga, Antisipasi Gejolak

Satu Korban Disebut Anak Pejuang Pepera

JAYAPURA-Kericuhan pasca tewasnya tiga orang di Mulia, Puncak Jaya setelah disergap aparat TNI kini berangsur kondusif. Aktifitas di Kota Mulia mulai berjalan normal meski sisa – sisa keributan masih terbiar di pinggir jalan.

   Mobil-mobil yang dibakar masih terpajang di jalan. Aparat juga masih berjaga – jaga mengantisipasi jiwa sewaktu – waktu situasi kembali bergejolak. Kapendam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan situasi terkini di Kota Mulia Puncak Jaya berangsur pulih.

   “Warga sudah mulai membuka kios setelah kemarin banyak yang ketakutan tapi hari ini (kemarin) situasi relatif kondusif,” kata Candra melalui ponselnya.

Baca Juga :  Asa Masih Ada

   Upaya mediasi dikatakan masih menunggu waktu yang tepat sehingga bisa dibahas soal apa dan bagaimana setelah kejadian tersebut.

Sementara saat terjadi kericuhan ini dilaporkan ada warga yang terkena sabetan parang dan meninggal. Pria tersebut bernama Abdulah Jailani asal Probolinggo.

  Selain itu ada juga Sarifudin yang terkena lemparan batu, Surati dan Arif. Surati mengalami luka sabetan di bagian wajah dan terkena panah di bagian payudara. Sedangkan  Arif terkena panah di bagian punggung.

    Sementara terkait kejadian ini warga di Mulia menyatakan protes dan menyebut bahwa tiga orang yang tertembak bukanlah simpatisan OPM maupun KKB. Ketiganya dikenal sebagai masyarakat biasa. Bahkan salah satunya yang bernama Pemerintah merupakan anak dari satu pejuang Pepera di Nabire.

Baca Juga :  Penegakan Hukum Jangan Ditafsirkan Sebagai Ranah TNI

   “Indonesia masuk disini itu karena perjuangan bapaknya. Bapaknya mau menamakan anaknya bernama Indonesia tapi karena lupa akhirnya dinamakan Pemerintah dan kami sedih dengan kejadian ini. Ayahnya seorang pejuang tahun 1962 dan tidak mungkin masyarakat marah kalau itu OPM, tapi karena kemarin itu warga sipil makanya masyarakat marah,”  kata Otis Murib di hadapan ratusan massa.

Satu Korban Disebut Anak Pejuang Pepera

JAYAPURA-Kericuhan pasca tewasnya tiga orang di Mulia, Puncak Jaya setelah disergap aparat TNI kini berangsur kondusif. Aktifitas di Kota Mulia mulai berjalan normal meski sisa – sisa keributan masih terbiar di pinggir jalan.

   Mobil-mobil yang dibakar masih terpajang di jalan. Aparat juga masih berjaga – jaga mengantisipasi jiwa sewaktu – waktu situasi kembali bergejolak. Kapendam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan situasi terkini di Kota Mulia Puncak Jaya berangsur pulih.

   “Warga sudah mulai membuka kios setelah kemarin banyak yang ketakutan tapi hari ini (kemarin) situasi relatif kondusif,” kata Candra melalui ponselnya.

Baca Juga :  Hari ini Donor Darah HUT Cepos, Siapkan 9 Bed Donor

   Upaya mediasi dikatakan masih menunggu waktu yang tepat sehingga bisa dibahas soal apa dan bagaimana setelah kejadian tersebut.

Sementara saat terjadi kericuhan ini dilaporkan ada warga yang terkena sabetan parang dan meninggal. Pria tersebut bernama Abdulah Jailani asal Probolinggo.

  Selain itu ada juga Sarifudin yang terkena lemparan batu, Surati dan Arif. Surati mengalami luka sabetan di bagian wajah dan terkena panah di bagian payudara. Sedangkan  Arif terkena panah di bagian punggung.

    Sementara terkait kejadian ini warga di Mulia menyatakan protes dan menyebut bahwa tiga orang yang tertembak bukanlah simpatisan OPM maupun KKB. Ketiganya dikenal sebagai masyarakat biasa. Bahkan salah satunya yang bernama Pemerintah merupakan anak dari satu pejuang Pepera di Nabire.

Baca Juga :  Berantas Korupsi Sampai ke Akar-akarnya

   “Indonesia masuk disini itu karena perjuangan bapaknya. Bapaknya mau menamakan anaknya bernama Indonesia tapi karena lupa akhirnya dinamakan Pemerintah dan kami sedih dengan kejadian ini. Ayahnya seorang pejuang tahun 1962 dan tidak mungkin masyarakat marah kalau itu OPM, tapi karena kemarin itu warga sipil makanya masyarakat marah,”  kata Otis Murib di hadapan ratusan massa.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya