Friday, March 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Indonesia Raya Masih Berkumandang

Dampak Sanksi, Merah Putih Diganti Bendera PBSI

JAKARTA-Tidak ada bendera Merah Putih saat para pahlawan Piala Thomas naik podium tadi malam. Itu merupakan dampak dari sanksi Badan Antidoping Dunia (WADA). Sanksi tersebut diberikan kepada Indonesia sejak 8 Oktober lalu. Indonesia disebut tidak patuh dalam program uji tes doping.

Dampak yang terlihat adalah para atlet bulu tangkis tidak bisa mengibarkan bendera Merah Putih pada final Piala Thomas 2020 tadi malam. Selanjutnya dalam kalender event BWF, hal yang sama juga tidak bisa dilakukan. Padahal mulai 16 November–5 Desember mendatang, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Leg dan World Tour Finals. Sangat disayangkan apabila ada pemain Indonesia yang juara, tidak ada bendera Merah Putih yang dikibarkan di rumah sendiri.

”Bendera Merah Putih diganti bendera PBSI. Kalau lagu Indonesia Raya boleh,’’ kata Kabid Hubungan Luar Negeri Bambang Roedyanto dalam pesan singkat kemarin. Ya, beruntung lagu Indonesia Raya masih berkumandang tadi malam. Namun, bendera Merah Putih diganti dengan bendera PBSI.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum LADI Rheza Maulana menjelaskan, saat ini pihaknya tengah dalam proses mengajukan pencabutan sanksi dan memenuhi tuntutan WADA. Ada tiga hal yang harus mereka penuhi. Yaitu, sampel program testing 2021, sampel program testing PON XX, dan sampel kriteria calon program testing 2022. 

”Untuk testing yang 2022 memang belum ada konfirmasi dari WADA. Masih berproses. Sehingga saat final Piala Thomas belum bisa selesai (prosesnya). Kami masih menunggu feedback,’’ kata Reza kepada Jawa Pos kemarin.

Reza menjanjikan semua tuntutan WADA diselesaikan dalam waktu secepatnya. Apalagi tinggal satu sampel yang masih berstatus pending. Selain itu, LADI akan melakukan MoU dengan Lembaga Antidoping Jepang (JAPA).  ”Dalam waktu dekat, MoU itu akan kami lakukan. Kami berharap tidak sampai akhir tahun status noncompliance ini bisa dicabut dan keadaan bisa normal kembali,” lanjutnya. 

Sementara itu, dibutuhkan waktu 19 tahun bagi Indonesia untuk bisa kembali mengangkat Piala Thomas. Tadi malam (17/10) penantian hampir dua dekade tersebut tuntas setelah Anthony Sinisuka Ginting dkk mengalahkan perlawanan Tiongkok 3-0 di Ceres Arena, Aarhus, Denmark.

Baca Juga :  12 Hari Ops Lilin Libatkan 3.160 Personel

Itulah gelar ke-14 bagi skuad Merah Putih. Sekaligus menahbiskan diri sebagai negara tersukses dalam sejarah Piala Thomas. 

Kali terakhir Indonesia juara Piala Thomas pada edisi 2002 di Guangzhou, Tiongkok. Setelah itu, Indonesia hanya dua kali masuk ke babak final. Yakni, pada 2010 di Kuala Lumpur setelah kalah oleh Tiongkok (0-3) dan pada 2016 di Kunshan, Tiongkok, harus mengakui keunggulan Denmark (2-3).

Hasil final tadi malam mengulang memori edisi 2000 di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat itu Indonesia juga mengalahkan Tiongkok dengan skor mutlak 3-0.

Tim Indonesia yang dikapteni Hendra Setiawan tampil meyakinkan dalam ajang Piala Thomas 2020 yang penyelenggaraannya harus mundur pada 2021 karena pandemi Covid-19. Indonesia yang menjadi unggulan pertama tidak terkalahkan sepanjang turnamen. Sukses menjadi juara grup A setelah mengalahkan Aljazair (5-0), Thailand (3-2), dan Taiwan (3-2). 

Kemudian, pada fase gugur, Indonesia menaklukkan Malaysia (3-0) di perempat final dan mengandaskan Denmark (3-1) di semifinal. Puncaknya, Tiongkok, sang juara bertahan, dibikin tak berdaya di babak final.

Anthony Sinisuka Ginting membuka keunggulan Indonesia. Dia unggul atas Lu Guang Zu dengan skor 18-21, 21-14, 21-16 dalam tempo 77 menit. Meski kehilangan set pertama, Ginting akhirnya bisa menemukan ritme permainan dan memenangi dua game berikutnya.

Ginting mengakui sempat gugup di game pertama. Ada tekanan tersendiri sebagai tunggal pertama untuk memenangi pertandingan. Apalagi, saat semifinal melawan Viktor Axelsen (16/10), dia gagal menyumbang poin. ”Selanjutnya, saya bisa mengontrol permainan. Saya bisa bermain baik dan mengambil kemenangan ini. Puji Tuhan, akhirnya saya bisa bermain bagus di game kedua dan ketiga,” kata peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu.

Fajar Alfian/M. Rian Ardianto yang dipercaya turun sebagai ganda pertama memperkuat posisi Indonesia atas Tiongkok menjadi 2-0. FajRi, demikian mereka dikenal, sukses menaklukkan He Ji Ting/Zhou Hao Dong dalam straight game 21-12, 21-19. ”Lawan juga bukan pasangan aslinya. Kami sangat percaya diri untuk mengalahkan mereka. Ganda China itu pasangan dadakan sehingga rotasinya belum berjalan baik. Ini tentu kami manfaatkan kesempatan,” kata Fajar.

Baca Juga :  OTK Kibarkan Kain Putih Bercorak BK di Wamena

FajRi sangat bangga akhirnya dipercaya tampil pada Piala Thomas. Apalagi turun dalam laga puncak dan menjadi ganda pertama. Sebelumnya, dari empat penampilan, mereka hanya kalah sekali. ”Keberhasilan ini sangat penting bagi kami untuk tidak menjadi pasangan pelapis terus. Ini menambah kepercayaan diri kami,” ujar Rian.

Kemenangan Indonesia tadi malam dipastikan lewat tunggal kedua Jonatan Christie. Peraih emas Asian Games 2018 itu mengakhiri perlawanan Li Shi Feng dalam waktu 82 menit. Jojo unggul dalam rubber game 21-14, 18-21, 21-14. 

Gelar ke-14 Piala Thomas bagi Indonesia melengkapi raihan kapten tim Hendra Setiawan. Hendra telah bergelimang gelar individu, termasuk emas Olimpiade. Raihan itu merupakan kesuksesan pertamanya di kejuaraan beregu.

Memang Hendra hanya sekali turun di Piala Thomas kali ini. Yakni, saat melawan Aljazair di fase grup. Namun, kehadirannya sebagai pemain paling senior sangat dibutuhkan tim. Sementara itu, partner Hendra di ganda putra, M. Ahsan, kembali bermain pada laga terakhir penyisihan grup melawan Taiwan. Coach Herry I.P. memasangkannya dengan Daniel Marthin.

Bagi Daniel dan duetnya di ganda putra, Leo Rolly Carnando, serta tunggal putra Chico Aura Dwi Wardoyo, ini merupakan keikutsertaan perdana mereka di Piala Thomas. Dan, mereka langsung turut merasakan kesuksesan.

Sayang, keberhasilan menjadi juara tadi malam terasa kurang lengkap. Lagu Indonesia Raya memang berkumandang. Tapi, bendera Merah Putih tidak bisa dikibarkan dalam seremoni virtual tadi malam karena Indonesia mendapat sanksi dari Badan Antidoping Dunia (WADA). Indonesia disanksi lantaran tidak mematuhi prosedur tes doping. (gil/c6/bas/fal/JPG)

Dampak Sanksi, Merah Putih Diganti Bendera PBSI

JAKARTA-Tidak ada bendera Merah Putih saat para pahlawan Piala Thomas naik podium tadi malam. Itu merupakan dampak dari sanksi Badan Antidoping Dunia (WADA). Sanksi tersebut diberikan kepada Indonesia sejak 8 Oktober lalu. Indonesia disebut tidak patuh dalam program uji tes doping.

Dampak yang terlihat adalah para atlet bulu tangkis tidak bisa mengibarkan bendera Merah Putih pada final Piala Thomas 2020 tadi malam. Selanjutnya dalam kalender event BWF, hal yang sama juga tidak bisa dilakukan. Padahal mulai 16 November–5 Desember mendatang, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Leg dan World Tour Finals. Sangat disayangkan apabila ada pemain Indonesia yang juara, tidak ada bendera Merah Putih yang dikibarkan di rumah sendiri.

”Bendera Merah Putih diganti bendera PBSI. Kalau lagu Indonesia Raya boleh,’’ kata Kabid Hubungan Luar Negeri Bambang Roedyanto dalam pesan singkat kemarin. Ya, beruntung lagu Indonesia Raya masih berkumandang tadi malam. Namun, bendera Merah Putih diganti dengan bendera PBSI.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum LADI Rheza Maulana menjelaskan, saat ini pihaknya tengah dalam proses mengajukan pencabutan sanksi dan memenuhi tuntutan WADA. Ada tiga hal yang harus mereka penuhi. Yaitu, sampel program testing 2021, sampel program testing PON XX, dan sampel kriteria calon program testing 2022. 

”Untuk testing yang 2022 memang belum ada konfirmasi dari WADA. Masih berproses. Sehingga saat final Piala Thomas belum bisa selesai (prosesnya). Kami masih menunggu feedback,’’ kata Reza kepada Jawa Pos kemarin.

Reza menjanjikan semua tuntutan WADA diselesaikan dalam waktu secepatnya. Apalagi tinggal satu sampel yang masih berstatus pending. Selain itu, LADI akan melakukan MoU dengan Lembaga Antidoping Jepang (JAPA).  ”Dalam waktu dekat, MoU itu akan kami lakukan. Kami berharap tidak sampai akhir tahun status noncompliance ini bisa dicabut dan keadaan bisa normal kembali,” lanjutnya. 

Sementara itu, dibutuhkan waktu 19 tahun bagi Indonesia untuk bisa kembali mengangkat Piala Thomas. Tadi malam (17/10) penantian hampir dua dekade tersebut tuntas setelah Anthony Sinisuka Ginting dkk mengalahkan perlawanan Tiongkok 3-0 di Ceres Arena, Aarhus, Denmark.

Baca Juga :  Tokoh Gereja Ajak Kelompok yang Bertikai Berdamai

Itulah gelar ke-14 bagi skuad Merah Putih. Sekaligus menahbiskan diri sebagai negara tersukses dalam sejarah Piala Thomas. 

Kali terakhir Indonesia juara Piala Thomas pada edisi 2002 di Guangzhou, Tiongkok. Setelah itu, Indonesia hanya dua kali masuk ke babak final. Yakni, pada 2010 di Kuala Lumpur setelah kalah oleh Tiongkok (0-3) dan pada 2016 di Kunshan, Tiongkok, harus mengakui keunggulan Denmark (2-3).

Hasil final tadi malam mengulang memori edisi 2000 di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat itu Indonesia juga mengalahkan Tiongkok dengan skor mutlak 3-0.

Tim Indonesia yang dikapteni Hendra Setiawan tampil meyakinkan dalam ajang Piala Thomas 2020 yang penyelenggaraannya harus mundur pada 2021 karena pandemi Covid-19. Indonesia yang menjadi unggulan pertama tidak terkalahkan sepanjang turnamen. Sukses menjadi juara grup A setelah mengalahkan Aljazair (5-0), Thailand (3-2), dan Taiwan (3-2). 

Kemudian, pada fase gugur, Indonesia menaklukkan Malaysia (3-0) di perempat final dan mengandaskan Denmark (3-1) di semifinal. Puncaknya, Tiongkok, sang juara bertahan, dibikin tak berdaya di babak final.

Anthony Sinisuka Ginting membuka keunggulan Indonesia. Dia unggul atas Lu Guang Zu dengan skor 18-21, 21-14, 21-16 dalam tempo 77 menit. Meski kehilangan set pertama, Ginting akhirnya bisa menemukan ritme permainan dan memenangi dua game berikutnya.

Ginting mengakui sempat gugup di game pertama. Ada tekanan tersendiri sebagai tunggal pertama untuk memenangi pertandingan. Apalagi, saat semifinal melawan Viktor Axelsen (16/10), dia gagal menyumbang poin. ”Selanjutnya, saya bisa mengontrol permainan. Saya bisa bermain baik dan mengambil kemenangan ini. Puji Tuhan, akhirnya saya bisa bermain bagus di game kedua dan ketiga,” kata peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu.

Fajar Alfian/M. Rian Ardianto yang dipercaya turun sebagai ganda pertama memperkuat posisi Indonesia atas Tiongkok menjadi 2-0. FajRi, demikian mereka dikenal, sukses menaklukkan He Ji Ting/Zhou Hao Dong dalam straight game 21-12, 21-19. ”Lawan juga bukan pasangan aslinya. Kami sangat percaya diri untuk mengalahkan mereka. Ganda China itu pasangan dadakan sehingga rotasinya belum berjalan baik. Ini tentu kami manfaatkan kesempatan,” kata Fajar.

Baca Juga :  Tahun 2019, 672 Rumah Tangga Bubar

FajRi sangat bangga akhirnya dipercaya tampil pada Piala Thomas. Apalagi turun dalam laga puncak dan menjadi ganda pertama. Sebelumnya, dari empat penampilan, mereka hanya kalah sekali. ”Keberhasilan ini sangat penting bagi kami untuk tidak menjadi pasangan pelapis terus. Ini menambah kepercayaan diri kami,” ujar Rian.

Kemenangan Indonesia tadi malam dipastikan lewat tunggal kedua Jonatan Christie. Peraih emas Asian Games 2018 itu mengakhiri perlawanan Li Shi Feng dalam waktu 82 menit. Jojo unggul dalam rubber game 21-14, 18-21, 21-14. 

Gelar ke-14 Piala Thomas bagi Indonesia melengkapi raihan kapten tim Hendra Setiawan. Hendra telah bergelimang gelar individu, termasuk emas Olimpiade. Raihan itu merupakan kesuksesan pertamanya di kejuaraan beregu.

Memang Hendra hanya sekali turun di Piala Thomas kali ini. Yakni, saat melawan Aljazair di fase grup. Namun, kehadirannya sebagai pemain paling senior sangat dibutuhkan tim. Sementara itu, partner Hendra di ganda putra, M. Ahsan, kembali bermain pada laga terakhir penyisihan grup melawan Taiwan. Coach Herry I.P. memasangkannya dengan Daniel Marthin.

Bagi Daniel dan duetnya di ganda putra, Leo Rolly Carnando, serta tunggal putra Chico Aura Dwi Wardoyo, ini merupakan keikutsertaan perdana mereka di Piala Thomas. Dan, mereka langsung turut merasakan kesuksesan.

Sayang, keberhasilan menjadi juara tadi malam terasa kurang lengkap. Lagu Indonesia Raya memang berkumandang. Tapi, bendera Merah Putih tidak bisa dikibarkan dalam seremoni virtual tadi malam karena Indonesia mendapat sanksi dari Badan Antidoping Dunia (WADA). Indonesia disanksi lantaran tidak mematuhi prosedur tes doping. (gil/c6/bas/fal/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya