Thursday, April 25, 2024
31.7 C
Jayapura

Tertimbun 15 Jam, Bayi Ditemukan Selamat

PENGUNGSI: Warga korban banjir bandang saat mendapat pelayanan di Posko Induk Gunung Merah Kantor Bupati Jayapura, Senin (18/3).Yewen/Cepos

JAYAPURA- Tuhan luar biasa buat kehidupan saya, saya mengucap syukur kepada Tuhan atas mujizat yang terjadi di keluarga saya. Begitu kata pertama disampaikan ayah dua anak Listerius Urwan (25), pemuda asal Pegunungan Bintang yang anaknya selamat dari bencana alam banjir yang terjadi di Kabupaten Jayapura, Sabtu (16/3) malam.

Ucapan syukur yang disampaikan mahasiswa Universitas Cenderawasih jurusan Antropologi itu setelah bayi lelakinya bernama Sajan Urwan berusia 1,2 tahun, selamat saat tertimbun material setinggi lima meter selama 15 jam yang berjarak 10 meter dari rumahnya di Jalan Sosial SIL Sentani, Kabupaten Jayapura .

“Dari timbunan setinggi lima meter itu, tubuh mungilnya terlindungi dengan dua batang balok. Dia ditemukan  dengan kondisi tubuh membaik disertai tangisan yang kencang,” ucap pria 25 tahun itu sembari menangis saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Bhayangkara, Senin (18/3).

Urwan menyakini, selamatnya bayi lelakinya ini sebagai mujizat Tuhan. Sebab saat banyak nyawa manusia yang meninggal karena banjir, anaknya bisa selamat saat banjir hebat melanda rumahnya dan rumah orang-orang di sekitarnya.

Baca Juga :  Kapolres Jamin Keamanan Rapat Pleno KPU Papua

Sejak hilang Sabtu (16/3) malam pukul 20.25 WIT, dari genggaman ibunya. Listerius sudah beranggapan bayi lelakinya itu sudah tidak ada dan ia sudah pasrah sembari terus mencari di puing-puing reruntuhan bangunan.

“Saya terus mencari anak saya dengan cara apapun itu komitmen saya, perkara  nyawa itu milik Tuhan,” ungkapnya.

Listerius menceritakan bahwa saat sedang pelayanan dengan hamba Tuhan, seorang jemaat mendengar ada tangisan bayi. Mereka kemudian mencari di mana sumber tangisan tersebut. “Berulang kali tangisan itu terdengar tak jauh dari lokasi pelayanan dan ketika saya mendekati suara tangisan tersebut. Oh Tuhan, anak saya ada di dalam timbunan tersebut yang dilindungi dua buah balok kayu,” tuturnya.

Iapun lantas menggali timbunan tersebut dibantu aparat hingga bayinya bisa selamat. Bayinya langsung dilarikan ke Puskesmas dan saat ini sedang mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara.

Baca Juga :  Pdt Lipius: Jangan Ada Kejahatan Kemanusiaan di Tanah Ini

Iapun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada tim kesehatan dan anggota TNI yang telah membantu menyelamatkan bayinya.

Sebelum kejadian banjir, anak-anak dan isterinya berkumpul di sebuah ruangan karena takut akan hujan deras melanda Sentani. Mereka  tidak berpikir  bahwa saat itu akan terjadi banjir bandan. “Malam itu, tiba-tiba banjir air masuk dan menghantam tempat tinggal kami. Kaki isteri saya juga ikut terluka saat kejadian itu,” terangnya.

Atas musibah yang dialaminya itu, ia meminta bantuan kepada pemerintah dalam proses pemulihan keluarganya terutama anak dan isterinya yang saat ini masih mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.

“Saya butuh bantuan moril dan pemerintah harus memberikan penghargaan kepada anak saya  karena dia selamat  setelah bertahan hidup selama 15 jam,” pungkasnya. (fia/nat)

PENGUNGSI: Warga korban banjir bandang saat mendapat pelayanan di Posko Induk Gunung Merah Kantor Bupati Jayapura, Senin (18/3).Yewen/Cepos

JAYAPURA- Tuhan luar biasa buat kehidupan saya, saya mengucap syukur kepada Tuhan atas mujizat yang terjadi di keluarga saya. Begitu kata pertama disampaikan ayah dua anak Listerius Urwan (25), pemuda asal Pegunungan Bintang yang anaknya selamat dari bencana alam banjir yang terjadi di Kabupaten Jayapura, Sabtu (16/3) malam.

Ucapan syukur yang disampaikan mahasiswa Universitas Cenderawasih jurusan Antropologi itu setelah bayi lelakinya bernama Sajan Urwan berusia 1,2 tahun, selamat saat tertimbun material setinggi lima meter selama 15 jam yang berjarak 10 meter dari rumahnya di Jalan Sosial SIL Sentani, Kabupaten Jayapura .

“Dari timbunan setinggi lima meter itu, tubuh mungilnya terlindungi dengan dua batang balok. Dia ditemukan  dengan kondisi tubuh membaik disertai tangisan yang kencang,” ucap pria 25 tahun itu sembari menangis saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Bhayangkara, Senin (18/3).

Urwan menyakini, selamatnya bayi lelakinya ini sebagai mujizat Tuhan. Sebab saat banyak nyawa manusia yang meninggal karena banjir, anaknya bisa selamat saat banjir hebat melanda rumahnya dan rumah orang-orang di sekitarnya.

Baca Juga :  Jangan Terlalu Ngotot Harus OAP!

Sejak hilang Sabtu (16/3) malam pukul 20.25 WIT, dari genggaman ibunya. Listerius sudah beranggapan bayi lelakinya itu sudah tidak ada dan ia sudah pasrah sembari terus mencari di puing-puing reruntuhan bangunan.

“Saya terus mencari anak saya dengan cara apapun itu komitmen saya, perkara  nyawa itu milik Tuhan,” ungkapnya.

Listerius menceritakan bahwa saat sedang pelayanan dengan hamba Tuhan, seorang jemaat mendengar ada tangisan bayi. Mereka kemudian mencari di mana sumber tangisan tersebut. “Berulang kali tangisan itu terdengar tak jauh dari lokasi pelayanan dan ketika saya mendekati suara tangisan tersebut. Oh Tuhan, anak saya ada di dalam timbunan tersebut yang dilindungi dua buah balok kayu,” tuturnya.

Iapun lantas menggali timbunan tersebut dibantu aparat hingga bayinya bisa selamat. Bayinya langsung dilarikan ke Puskesmas dan saat ini sedang mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara.

Baca Juga :  200 Atlet PON Kembali Ditanamkan Mental Juara

Iapun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada tim kesehatan dan anggota TNI yang telah membantu menyelamatkan bayinya.

Sebelum kejadian banjir, anak-anak dan isterinya berkumpul di sebuah ruangan karena takut akan hujan deras melanda Sentani. Mereka  tidak berpikir  bahwa saat itu akan terjadi banjir bandan. “Malam itu, tiba-tiba banjir air masuk dan menghantam tempat tinggal kami. Kaki isteri saya juga ikut terluka saat kejadian itu,” terangnya.

Atas musibah yang dialaminya itu, ia meminta bantuan kepada pemerintah dalam proses pemulihan keluarganya terutama anak dan isterinya yang saat ini masih mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.

“Saya butuh bantuan moril dan pemerintah harus memberikan penghargaan kepada anak saya  karena dia selamat  setelah bertahan hidup selama 15 jam,” pungkasnya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya