Saturday, April 20, 2024
32.7 C
Jayapura

Satu Jadi Tersangka, Tujuh Polisi Diperiksa

Didimus Yahuli : Yang Tewas Keluarga Kami Juga

JAYAPURA-Pasca kerusuhan yang terjadi di Yahukimo Selasa (15/3) lalu dimana sejumlah bangunan dibakar oleh massa, Polda Papua bergerak cepat menurunkan tim untuk  melakukan pengamanan termasuk melakukan penyelidikan terhadap para pelaku yang terlibat.

Dari hasil penyelidikan yang dilakukan, Polisi akhirnya menetapkan 1 orang sebagai tersangka dari insiden Yahukimo.  “Satu orang berinisial L  sudah kami tetapkan sebagai tersangka. Ia yang ikut dalam aksi unjuk rasa berakhir ricuh. Saat ini penyidik masih melakukan pendalaman terhadap para saksi baik dari masyarakat maupun anggota Polri yang pada saat itu ada dilapangan,” ungkap Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal dalam rilisnya, Kamis (17/3).

Penyidik sebelumnya mengamankan tiga orang namun saat ini baru L yang ditetapkan sebagai tersangka. Kamal menyebut bahwa pendalaman terhadap para saksi dan tersangka masih dilakukan untuk memastikan apakah ada tersangka lainnya yang terlibat termasuk mengamankan barang bukti dari kerusuhan tersebut.

Penyidik gabungan dari Polres Yahukimo dibackup Ditreskrimum Polda Papua dan Satgas Damai Cartenz Kamis (17/3) kemarin juga telah melakukan olah TKP  dengan  memetakan lokasi yang menjadi awal aksi hingga titik aksi pengrusakan, pembakaran dan penyerangan terhadap aparat keamanan hingga  memunculkan tembakan dan akhirnya jatuh korban.

Yang jelas menurut Kamal dari kasus Yahukimo ini dipastikan akan terus dikembangkan dan sangat memungkinkan bahwa jumlah pelaku akan terus bertambah. “Tersangka berinisial L ini disebut  ikut terlibat dalam kerusuhan yang diawali aksi massa penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua,” tambahnya.

Sementara  dampak dari aksi penolakan DOB ini disebutkan ada 4 orang pendemo yang tertembak dan 2 di antaranya tewas. Terkait ini Propam Polda Papua juga telah  melakukan pemeriksaan terhadap tujuh anggota untuk memastikan apakah yang dilakukan petugas pengamanan tersebut sudah sesuai aturan atau ada yang menyalahi.

Tembakan ini terjadi ketika polisi mencoba menangani massa yang melakukan aksi pembakaran kemudian terjadi bentrok dan serangan terhadap aparat kemudian terdengar suara tembakan dan akhirnya dua orang tewas. Hanya disini ada 1 anggota polisi juga yang terluka.

Sementara informasi terakhir pada sore kemarin disebutkan bahwa kondisi di Dekai ibukota Kabupaten Yahukimo perlahan – lahan mulai kondusif. Sejumlah warga yang mengungsi di Mapolres Yahukimo akibat dari kerusuhan beberapa hari lalu mulai kembali ke keluarganya masing-masing. Hal ini disampaikan Kapolres Yahukimo, ABKP. Deni Herdiana saat mengunjungi para pengungsi di Mapolres Yahukimo, kemarin.

“Dari peristiwa unjuk rasa yang berakhir pada pembakaran ruko-ruko kemarin membuat warga yang berada di sekitar tempat kejadian terpaksa harus mengungsi sementara waktu,” ujar Kapolres.

Baca Juga :  Menkeu Diminta Bertanggungjawab Atas Kerancuan Anggaran Daerah

Kapolres menyebutkan ada sekira 200 orang yang mengungsi di Mapolres Yahukimo pada hari pertama kejadian. Pihak Polres sendiri menurut Deni langsung membantu mengevakuasi warga yang masih berada di seputaran ruko menuju ke polres. Selain melindungi warga, polisi juga mengamankan kendaraan milik warga.

Lanjut AKBP Deni, di hari kedua  para pengungsi yang masih memiliki keluarga dan tempat tinggalnya tidak terbakar telah kembali dan membawa keluarganya pulang. “Untuk saat ini pengungsi yang tersisa di polres kurang lebih 50 orang,” katanya.

Selama di pengungsian, Polres Yahukimo juga melalukan trauma healing khususnya bagi anak – anak.  “Tim juga melakukan trauma healing dan ada beberapa ibu-ibu Bhayangkari kita yang memberikan sarana kontak kepada adik-adik kecil (anak-anak) yang berada di Polres,” ujar Kapolres.

Kapolres menambahkan untuk hal lainnya pihaknya tetap terbuka kepada masyarakat, apabila masih ingin tetap di polres tidak ada batasan waktu dan jika para pengungsi sudah ada tempat tinggal atau keluarganya kepolisian akan membantu mengantar. “Kami dari Polres akan menyiapkan sarana transportasi untuk mengantarkan ke rumah keluarga masing-masing,” tutup Deni.

Sementara itu, Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, SH., akhirnya angkat suara setelah dua hari kejadian di daerah yang ia pimpin, Dekai, Yahukimo.

Ia mengaku sempat dipojokkan dengan penggiringan isu oleh pihak yang tak bertanggung jawab dan penggiringan isu itu  dipublish di media sosial. Mirisnya banyak yang menanggapi serius sehingga ia merasa perlu untuk meluruskan semuanya.

Dalam informasi yang beredar menyebut jika penembakan yang menewaskan dua pendemo adalah perintah darinya sehingga dirinya yang dituding harus bertangung jawab.

Disini Didimu tegas menampik informasi tersebut dan menyatakan bahwa dari insiden tersebut ia sebagai kepala daerah juga ikut berduka. Pasalnya dua orang yang tewas adalah bagian dari masyarakatnya.

Didimus bahkan meminta agar aparat mengungkap siapa pelaku pembuat informasi yang menyudutkan dirinya termasuk meminta agar otak penggerak massa diproses. Karena secara tidak langsung ialah yang harus bertanggung jawab atas aksi dan massanya hingga ada yang korban.

“Itu masyarakat Mek (korban tewas) adalah kader saya, kader politik dan kader GIdI dan basis tim kami. Kami merasa kehilangan dan kecewa juga karena dengan demo masyarakat justru trauma. Air mata belum kering karena kejadian 3 Oktober dan kini terjadi lagi sehingga kejadian ini harus dipertanggungjawabkan oleh korlap dan orang yang menandatangani untuk bertanggung jawab yaitu alumni mahasiswa Jawa-Bali-Sumatera,” tegas Didimus melalui ponselnya, Kamis (17/3).

Lalu dari isu yang berkembang bahwa bupati yang memerintahkan menembak, menurutnya itu pikiran konyol, pikiran sesat dan pikiran orang yang tidak berpendidikan.

Baca Juga :  3000 Batang Kayu Illegal Diamankan Lantamal X

“Perintah menembak ini hanya bisa diperintahkan oleh pimpinan satuan keamanan apakah kapolda, kapolres atau komandan di lapangan. Kalau kami pemerintah hanya bisa memerintah kepala dinas maupun Satpol PP. Orang yang bicara itu orang bebal yang hanya menghasut merusak wibawa pemerintah. Saya sudah 20 tahun di Yahukimo dan semua  orang mengenal saya,” ujar Didimus.

Ia menyampaikan bahwa jika dirinya memerintahkan menembak, itu seperti ia menembak dirinya. Sebab korban dianggap sebagai adik – adik dan anak-anaknya sendiri. Selain itu saat kejadian secara fisik bupati sedang berada di Distrik Mugi untuk meresmikan PLTA dan ia datang menggunakan pesawat kecil dari Wamena sehingga sangat tidak mungkin melakukan itu.

“Itu pemikiran lawan politik untuk merusak citra pemerintah dan ingin menjatuhkan saya tapi tidak akan pernah berhasil dengan cara ini. Saya juga berharap ini bisa diproses sebab ada perbuatan menghasut.  Mereka ingin menguasai Yahukimo dengan cara – cara buruk namun ini tidak akan berhasil. Masyarakat Mek ini keluarga saya dan mereka menyayangi saya bersama pa wakil bupati,” sambung bupati.

Ia menerangkan bahwa dirinya dan masyarakat Mek memiliki hubungan yang baik dan para keluarga korban sudah menghadap dirinya dan pemerintah memfasilitasi untuk membuatkan makam.

Pihak keluarga korban yang tewas tertembak kata Didimus juga sudah menerima sebagai musibah dan jenasah sudah dimakamkan. “Mereka meminta izin kepada saya untuk lokasi pemakaman dan saya sudah menyetujui dimakamkan di lokasi tempat mereka tinggal yang penting dibuat cor untuk makam lebih baik. Kami juga sudah berikan bantuan termasuk alat berat untuk menggali kubur hingga pemakaman selesai,” sambung bupati.

Selain itu untuk wilayah Mek, pemerintah juga sudah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan. Mulai dari Jubelium daerah Mek, penerjemahan Alkitab, pembangunan Kantor Klasis dan banyak pekerjaan pembangunan  yang juga akan dilakukan.

Didimus menyatakan bahwa aksi demo hingga menimbulkan korban dan menyudutkan dirinya hanyalah pekerjaan iblis yang hanya ingin merusak wajah pemerintah dan membuat seolah – olah Yahukimo tidak aman.

Ia menyatakan selama 20 tahun di DPR dirinya meyakini masyarakat sudah cukup paham bagaimana kinerja dan sosok Didimus. “Di KPU suara saya hilang itu saya tidak datang ribut apalagi memimpin demo hingga 20 tahun lebih berkecimpung di dunia politik. Dan sekarang ada kelompok yang ingin merusak semua. Saya pikir masyarakat tidak bodoh dan kita akan tahu pelan – pelan,” tutupnua. (ade/nat)

Didimus Yahuli : Yang Tewas Keluarga Kami Juga

JAYAPURA-Pasca kerusuhan yang terjadi di Yahukimo Selasa (15/3) lalu dimana sejumlah bangunan dibakar oleh massa, Polda Papua bergerak cepat menurunkan tim untuk  melakukan pengamanan termasuk melakukan penyelidikan terhadap para pelaku yang terlibat.

Dari hasil penyelidikan yang dilakukan, Polisi akhirnya menetapkan 1 orang sebagai tersangka dari insiden Yahukimo.  “Satu orang berinisial L  sudah kami tetapkan sebagai tersangka. Ia yang ikut dalam aksi unjuk rasa berakhir ricuh. Saat ini penyidik masih melakukan pendalaman terhadap para saksi baik dari masyarakat maupun anggota Polri yang pada saat itu ada dilapangan,” ungkap Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal dalam rilisnya, Kamis (17/3).

Penyidik sebelumnya mengamankan tiga orang namun saat ini baru L yang ditetapkan sebagai tersangka. Kamal menyebut bahwa pendalaman terhadap para saksi dan tersangka masih dilakukan untuk memastikan apakah ada tersangka lainnya yang terlibat termasuk mengamankan barang bukti dari kerusuhan tersebut.

Penyidik gabungan dari Polres Yahukimo dibackup Ditreskrimum Polda Papua dan Satgas Damai Cartenz Kamis (17/3) kemarin juga telah melakukan olah TKP  dengan  memetakan lokasi yang menjadi awal aksi hingga titik aksi pengrusakan, pembakaran dan penyerangan terhadap aparat keamanan hingga  memunculkan tembakan dan akhirnya jatuh korban.

Yang jelas menurut Kamal dari kasus Yahukimo ini dipastikan akan terus dikembangkan dan sangat memungkinkan bahwa jumlah pelaku akan terus bertambah. “Tersangka berinisial L ini disebut  ikut terlibat dalam kerusuhan yang diawali aksi massa penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua,” tambahnya.

Sementara  dampak dari aksi penolakan DOB ini disebutkan ada 4 orang pendemo yang tertembak dan 2 di antaranya tewas. Terkait ini Propam Polda Papua juga telah  melakukan pemeriksaan terhadap tujuh anggota untuk memastikan apakah yang dilakukan petugas pengamanan tersebut sudah sesuai aturan atau ada yang menyalahi.

Tembakan ini terjadi ketika polisi mencoba menangani massa yang melakukan aksi pembakaran kemudian terjadi bentrok dan serangan terhadap aparat kemudian terdengar suara tembakan dan akhirnya dua orang tewas. Hanya disini ada 1 anggota polisi juga yang terluka.

Sementara informasi terakhir pada sore kemarin disebutkan bahwa kondisi di Dekai ibukota Kabupaten Yahukimo perlahan – lahan mulai kondusif. Sejumlah warga yang mengungsi di Mapolres Yahukimo akibat dari kerusuhan beberapa hari lalu mulai kembali ke keluarganya masing-masing. Hal ini disampaikan Kapolres Yahukimo, ABKP. Deni Herdiana saat mengunjungi para pengungsi di Mapolres Yahukimo, kemarin.

“Dari peristiwa unjuk rasa yang berakhir pada pembakaran ruko-ruko kemarin membuat warga yang berada di sekitar tempat kejadian terpaksa harus mengungsi sementara waktu,” ujar Kapolres.

Baca Juga :  Masalah HAM, Komnas HAM dan TNI-Polri Kerap Berbenturan

Kapolres menyebutkan ada sekira 200 orang yang mengungsi di Mapolres Yahukimo pada hari pertama kejadian. Pihak Polres sendiri menurut Deni langsung membantu mengevakuasi warga yang masih berada di seputaran ruko menuju ke polres. Selain melindungi warga, polisi juga mengamankan kendaraan milik warga.

Lanjut AKBP Deni, di hari kedua  para pengungsi yang masih memiliki keluarga dan tempat tinggalnya tidak terbakar telah kembali dan membawa keluarganya pulang. “Untuk saat ini pengungsi yang tersisa di polres kurang lebih 50 orang,” katanya.

Selama di pengungsian, Polres Yahukimo juga melalukan trauma healing khususnya bagi anak – anak.  “Tim juga melakukan trauma healing dan ada beberapa ibu-ibu Bhayangkari kita yang memberikan sarana kontak kepada adik-adik kecil (anak-anak) yang berada di Polres,” ujar Kapolres.

Kapolres menambahkan untuk hal lainnya pihaknya tetap terbuka kepada masyarakat, apabila masih ingin tetap di polres tidak ada batasan waktu dan jika para pengungsi sudah ada tempat tinggal atau keluarganya kepolisian akan membantu mengantar. “Kami dari Polres akan menyiapkan sarana transportasi untuk mengantarkan ke rumah keluarga masing-masing,” tutup Deni.

Sementara itu, Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, SH., akhirnya angkat suara setelah dua hari kejadian di daerah yang ia pimpin, Dekai, Yahukimo.

Ia mengaku sempat dipojokkan dengan penggiringan isu oleh pihak yang tak bertanggung jawab dan penggiringan isu itu  dipublish di media sosial. Mirisnya banyak yang menanggapi serius sehingga ia merasa perlu untuk meluruskan semuanya.

Dalam informasi yang beredar menyebut jika penembakan yang menewaskan dua pendemo adalah perintah darinya sehingga dirinya yang dituding harus bertangung jawab.

Disini Didimu tegas menampik informasi tersebut dan menyatakan bahwa dari insiden tersebut ia sebagai kepala daerah juga ikut berduka. Pasalnya dua orang yang tewas adalah bagian dari masyarakatnya.

Didimus bahkan meminta agar aparat mengungkap siapa pelaku pembuat informasi yang menyudutkan dirinya termasuk meminta agar otak penggerak massa diproses. Karena secara tidak langsung ialah yang harus bertanggung jawab atas aksi dan massanya hingga ada yang korban.

“Itu masyarakat Mek (korban tewas) adalah kader saya, kader politik dan kader GIdI dan basis tim kami. Kami merasa kehilangan dan kecewa juga karena dengan demo masyarakat justru trauma. Air mata belum kering karena kejadian 3 Oktober dan kini terjadi lagi sehingga kejadian ini harus dipertanggungjawabkan oleh korlap dan orang yang menandatangani untuk bertanggung jawab yaitu alumni mahasiswa Jawa-Bali-Sumatera,” tegas Didimus melalui ponselnya, Kamis (17/3).

Lalu dari isu yang berkembang bahwa bupati yang memerintahkan menembak, menurutnya itu pikiran konyol, pikiran sesat dan pikiran orang yang tidak berpendidikan.

Baca Juga :  Soal KUA PPAS, Pemprov Akan Sepakat dengan DPRP Dalam Waktu Dekat

“Perintah menembak ini hanya bisa diperintahkan oleh pimpinan satuan keamanan apakah kapolda, kapolres atau komandan di lapangan. Kalau kami pemerintah hanya bisa memerintah kepala dinas maupun Satpol PP. Orang yang bicara itu orang bebal yang hanya menghasut merusak wibawa pemerintah. Saya sudah 20 tahun di Yahukimo dan semua  orang mengenal saya,” ujar Didimus.

Ia menyampaikan bahwa jika dirinya memerintahkan menembak, itu seperti ia menembak dirinya. Sebab korban dianggap sebagai adik – adik dan anak-anaknya sendiri. Selain itu saat kejadian secara fisik bupati sedang berada di Distrik Mugi untuk meresmikan PLTA dan ia datang menggunakan pesawat kecil dari Wamena sehingga sangat tidak mungkin melakukan itu.

“Itu pemikiran lawan politik untuk merusak citra pemerintah dan ingin menjatuhkan saya tapi tidak akan pernah berhasil dengan cara ini. Saya juga berharap ini bisa diproses sebab ada perbuatan menghasut.  Mereka ingin menguasai Yahukimo dengan cara – cara buruk namun ini tidak akan berhasil. Masyarakat Mek ini keluarga saya dan mereka menyayangi saya bersama pa wakil bupati,” sambung bupati.

Ia menerangkan bahwa dirinya dan masyarakat Mek memiliki hubungan yang baik dan para keluarga korban sudah menghadap dirinya dan pemerintah memfasilitasi untuk membuatkan makam.

Pihak keluarga korban yang tewas tertembak kata Didimus juga sudah menerima sebagai musibah dan jenasah sudah dimakamkan. “Mereka meminta izin kepada saya untuk lokasi pemakaman dan saya sudah menyetujui dimakamkan di lokasi tempat mereka tinggal yang penting dibuat cor untuk makam lebih baik. Kami juga sudah berikan bantuan termasuk alat berat untuk menggali kubur hingga pemakaman selesai,” sambung bupati.

Selain itu untuk wilayah Mek, pemerintah juga sudah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan. Mulai dari Jubelium daerah Mek, penerjemahan Alkitab, pembangunan Kantor Klasis dan banyak pekerjaan pembangunan  yang juga akan dilakukan.

Didimus menyatakan bahwa aksi demo hingga menimbulkan korban dan menyudutkan dirinya hanyalah pekerjaan iblis yang hanya ingin merusak wajah pemerintah dan membuat seolah – olah Yahukimo tidak aman.

Ia menyatakan selama 20 tahun di DPR dirinya meyakini masyarakat sudah cukup paham bagaimana kinerja dan sosok Didimus. “Di KPU suara saya hilang itu saya tidak datang ribut apalagi memimpin demo hingga 20 tahun lebih berkecimpung di dunia politik. Dan sekarang ada kelompok yang ingin merusak semua. Saya pikir masyarakat tidak bodoh dan kita akan tahu pelan – pelan,” tutupnua. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya