Saturday, April 20, 2024
26.7 C
Jayapura

Diawali Suara Gemuruh, 66 Orang Tewas Diterjang Banjir Bandang

BANJIR BANDANG: Suasana di depan lapangan terbang Adventist Aviation di Doyo Baru, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, pasca banjir bandang, Minggu (17/3).  ( FOTO : Robert Mboik/Cepos

*105 Orang Luka-luka dan 4.226 Warga Mengungsi 

JAYAPURA-Kabupaten Jayapura dan tanah Papua berduka. Banjir bandang yang terjadi Sabtu malam (16/3) dengan titik  terbesar di Sentani menelan puluhan korban jiwa dan luka-luka.

Untuk musibah banjir bandang menurut data yang diperoleh dari Posko Induk di kantor Bupati Jayapura, hingga pukul 21.00 WIT, tercatat 66 orang meninggal dunia dan 105  mengalami luka-luka (data lengkap lihat grafis). Banjir bandang ini juga mengibatkan 4.226 orang mengungsi di beberapa titik di Kabupaten Jayapura, Minggu (17/3). 

Jumlah korban akibat banjir bandang ini diprediksi bertambah karena belum semua korban ditemukan. Pencarian juga masih terus dilakukan hingga Minggu (17/3) malam.

Dari pantauan Cenderawasih Pos dan keterangan yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, banjir bandang ini memporak porandakan tiga distrik, Sentani Kota, Sentani Barat dan Rafeni Rara. Yang paling parah Distrik Sentani Barat dimana hampir 80 persen lokasi terkena dampak.

Sejumlah kawasan perumahan termasuk fasilitas umum bahkan lapangan terbang dengan tiga pesawat ikut terkena imbas banjir. Tiga pesawat dimana salah satunya milik BNPB ini rusak parah. 

Keterangan dari beberapa orang yang menyaksikan kejadian ini mengatakan bahwa sejak sore awan mulai gelap dan terdengar beberapa kali suara gemuruh di ketinggian Cycloop. Di sini disebutkan jika Cycloop memberi tanda yang tak biasa. 

 “Jadi malam setelah hujan deras  terdengar suara gemuruh lebih dulu  tapi kami tidak  menyangka jika akan ada banjir seperti ini dan ternyata malah banjir,” kata Ayub warga Sentani.  

Hal ini juga dibenarkan Pdt. Lukas Hamadi yang mendengar banyak cerita dari keluarga istrinya yang tinggal di Sentani. Pdt Lukas juga ikut berduka karena keluarga dari istrinya ada yang meninggal. “Jadi saat hujan pertama ini keluarga saya sempat keluar dan mencari tempat aman di lapangan. Setelah hujan reda mereka kembali ke rumah untuk bersih-bersih,” ungkap Pdt. Lukas di ruang jenazah RS Bhayangkara, Minggu (17/3) siang.

Tak lama hujan kembali turun dan terdengar suara gemuruh. Saat itu keluarganya semua kembali keluar dan sempat meminta almarhum opa Wiem Tapilatu ini ikut keluar tapi nampaknya lambat dan akhirnya banjir menyapu.

 “Jadi ada suara gemuruh di atas baru hujan besar turun. Opa sudah dipanggil tapi terlambat,” tandasnya.

Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Sentani, Daniel Toto menjelaskan soal kondisi Cycloop yang marah dan meradang. Daniel Toto menyampaikan bahwa beberapa kegiatan sudah dilakukan dan menunjukkan sikap masyarakat dari lima suku besar yang mengelilingi Cycloop. Namun pihaknya prihatin karena akhirnya Cycloop menjadi marah. Ia menyebut bahwa komitmen yang pernah dibuat seharusnya ditindaklanjuti. 

 “Semua pihak harus bergerak menyelamatkan Cycloop. Ini peristiwa kali kedua dan menjadi teguran berarti,” jelasnya tadi malam. Ia menyebut bahwa pihak DAS akan melakukan rapat dengan pemerintah untuk merefleksi pernyataan yang pernah dibuat. “Mungkin ada bagian yang tidak dilaksanakan. Artinya dari masyarakat adat Cyclop harus diselamatkan karena menyimpan kehidupan. Yang bukan masyarakat adat harus turut sama-sama  memberikan dukungan,” katanya. 

Pihaknya juga meminta kawasan penyangga segera dikosongkan dan jangan ada toleransi lagi. “Saya berada di tengah peristiwa ini dan kami akan undang teman-teman 5 DAS untuk bicarakan ulang. Mungkin pemerintah dan masyarakat menganggap tidak  serius tapi hasilnya seperti ini. Tahun 2007 masih ada toleransi tapi saat ini tidak,” tegasnya. 

Secara adat Daniel Toto menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat adat Cyclop adalah ibu kandung karena menyediakan semua kebutuhan masyarakat ada disektarnya. “Jika terus menebang maka ibarat kami sedang membuka pakaiannya dan jika mengambil pasir batu ibarat menghancurkan tulang tulang yang membuat Cyclop berdiri dan yang tidak diharapkan sudah terjadi. Ini pertanda moyang kami yang jaga cyclop tidak lagi terima perilaku manusia ini,” beber Toto. 

“Kalau banjir dari gunung artinya ada yang terganggu di atas ada keseimbangan yang hilang,” pungkasnya. 

Sementara salah satu akademisi Uncen, Yehuda Hamokwarong menjelaskan bahwa sejatinya tipologi fisik kota sentani dan sekitarnya dibentuk oleh banjir bandang pada masa lampau. 

 Hal ini bisa dilihat dengan keberadaan bongkahan batu besar yang menyebar sekitar bantaran kali Doyo, Kemiri, Hotel dan Kali Toladan. Artinya, banjir bandang itu hal yang biasa dan terjadi setiap 5 hingga 10 tahun sekali. Tetapi kondisi ini bisa diperparah dan memberi efek rusak amat dasyat kalau bantaran kali berubah menjadi permukiman, perambahan dan perladangan berpindah meluas di hulu  dan pemberian izin-izin galian C meluas di bagian tengah DAS. “Jadi  sebenarnya banjir bandang itu merupakan bagian penting yang membentuk morfologi fisik Kota Sentani dan sekitarnya. Cuman aktivitas manusia pada hulu dan tengah hingga bantaran kali yg memperparah dampak yang ditimbulkannya seperti skarang,” kata Yehuda Hamokrawong, salah satu dosen Geografi Uncen tadi malam.

 Pendapatnya Pemkab n Jayapura perlu mempertimbangan kota Sentani pindah ke belakang Danau Sentani yaitu dataran Sekori, Putali hingga Puai. Daerah ini dikatakan daerah bebas banjir dan dapat dibangun kota modern yang baik. 

“Jangan bertahan di Sentani saat ini atau mau menunggu ribuan korban jiwa baru pindah. Pemkab perlu mempertimbangkan hal ini dengan serius,” pintanya. 

Baca Juga :  Manajemen Persipura Tunjuk Yan Mandenas

Disinggung soal beban tanah di Sentani, Yehuda tak menampik soal overload. “ Iya, beban atau daya tampung fisik kota yang terbangun dari aktifitas banjir bandang pada masa lampau sudah tidak mampu lagi menampung jumlah penduduk kota Sentani dan sekitarnya,”  paparnya.

Iapun menceritakan bahwa tahun 2007 pernah  terjadi hal yang sama atau terjadi pengulangan banjir 12 tahun kemudian yaitu 2019. Hanya ketika itu tidak memberi efek buruk seperti sekarang. “Mengapa? Itu karena daya tampung fisik kota tidak lagi memungkin dan akhirnya bantaran kali jadi BTN, menjadi kandang babi dan permukiman. Hutan jadi kebun dan pengambilan bahan galian C yaitu pasir dan batu meluas di Kali Doyo, Bambar, Dansari, Dosai, Kemiri , Tahara dan Toladan. Dampak dari aktivitas perambahan hutan dan perladangan berpindah sekitar hulu DAS. Tetapi itu satu faktor namun yang tak kalah pentingnya adalah permukiman sekitar bantaran kali dan pengambilan bahan galian C,”   cecar Yehuda. 

 Hal lain yang tak kalah penting diketahui oleh semua pihak adalah fisik morfologi kota Sentani dan sekitarnya dibentuk oleh aktivitas banjir bandang pada masa lampau melalui periode pengulangan banjir karena merupakan kaki dan dekat dengan pegunungan Cyloop. “Pola ini mirip banjir bandang di Wasior Teluk Wondama beberapa tahun lalu. Jarak yang dekat dan merupakan kaki dari pegunungan Cycloop mempercepat debit banjir dan memberi efek merusak cukup besar. Jadi ketika curah hujan melebihi batas normal hujan harian maka dipastikan akan banjir. Tetapi kondisi ini bisa diperparah dengan perambahan, perladangan berpindah, permukiman sekitar bantaran kali dan pengambilan bahan galian C yang meluas. Pemerintah harus awas disini,” pungkasnya. 

Secara terpisah Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut., M.Si., menyebutkan, seminggu yang lalu petugas KSDA Papua bersama Masyarakat Mitra Polhut sudah melakukan patroli ke hulu Sungai Kemiri. Hasil patroli ditemukan adanya longsoran menutup aliran Sungai Kemiri. 

“Diduga longsoran tersebut menjadi pemicu adanya tanggul alam di bagian hulu. Sehingga saat hujan yang sangat lebat, Sabtu (16/3) kemarin dengan curah hujan 114 mm, maka beban air tersebut menyebabkan banjir bandang,” jelasnya saat dihubungi via telepon selulernya, kemarin.

“Saya bisa pastikan bahwa kayu yang ikut hanyut bersama material batu dan lumpur berpasir tersebut bukan dari hasil penebangan di hulu namun kayu yang hanyut tersebut tercabut dengan akarnya,” sambungnya.

Diakuinya curah hujan terjadi beberapa waktu lalu di Jayapura yang menyebabkan banjir hanya 85 mm tetapi curah hujan yang terjadi di wilayah Kabupaten Jayapura saat bencana berkisar 114 mm. Dimana curah hujan yang begitu besar  menjadi salah satu  pemicu terjadinya banjir bandang.

Dirinya juga mengakui adanya aktivitas masyarakat untuk pertanian tradisional di penyangga kawasan dan sebagian sudah masuk di dalam kawasan Cagar Alam Cycloop. “Lokasi tersebut ditetapkan sebagai Blok Rehabilitasi. KSDA bersama Pemkab Jayapura dan stakeholders terkait sedang menyusun strategi untuk menangani masalah tersebut,” tambahnya.

CA Pegunungan Cycloop menurutnya merupakan kawasan suaka alam yang tidak boleh ada aktivitas apapun selain untuk kepentingan konservasi. Dengan terjadinya banjir atau bencana tersebut, pihaknya  berharap masyarakat sadar dan bersama-sama menjaga serta melestarikan CA Cycloop sesuai fungsinya untuk kesejahteraan masyarakat.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Jayapura, Doddy Sambodo Samiyana selaku Humas Posko Induk Banjir Bandang Kabupaten Jayapura Provinsi Papua menyebutkan banjir bandang mengakibatkan ratusan rumah warga tergenang air dan rusak, sejumlah perumahan umum terkena banjir, dan dan puluhan kendaraan terkena banjir dan rusak.

“Perumahan yang terendam, yaitu Perumahan Doyo Baru dan sekitarnya, Kompleks Bataylon 751/Raider, Balai Trans, dan Kompleks AURI,BTN Gajah Mada, dan beberapa wilayah sekitarnya,” tambahnya.

Donny menyatakan ada sejumlah alat berat seperti eksavator dari berbagai pihak yang dikerahkan, untuk membantu proses pembersihan material di sepanjang jalan raya dan sejumlah tempat yang mengalami banjir bandang tersebut.

“Ada 12 unit alat berat yang kita gunakan, untuk melakukan pembersihan material di jalan raya dan di tempat-tempat terjadinya banjir tersebut,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Jayapura, Putu Arga Sujarwadi mengatakan, pihaknya bersama tim gabungan TNI-Polri, BPBD dan pihak terkait lainnya telah berada di lokasi  banjir dan longsor, guna melakukan evakuasi terhadap warga masyarakat yang terkena banjir dan rumahnya tergenang, untuk di bawah ke tempat yang lebih aman.

Putu, mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan waspada. Karena intensitas hujan yang tinggi ini dapat mengakibatkan banjir dan longsor di setiap wilayah yang ada di Kabupaten dan Kota Jayapura.

Secara terpisah Kasdam XVII/Cenderwasih Brigjen Irham kepada wartawan di posko utama mengatakan, sesuai instruksi bupati Kabupaten Jayapura posko ini akan terus disiagakan hingga 14 hari ke depan di Kompleks kantor bupati kabupaten Jayapura tepatnya di Gunung Merah. 

Muhamad salah satu korban perumahan Nauli yang lolos dari terjangan peristiwa maut itu mengatakan, banjir bandang yang menerjang pemukiman warga perumahan BTN Nauli semalam terjadi Saagat mengejutkan warga. “Air datang sangat besar beserta pohon besar, banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan diri,” katanya.

Baca Juga :  Dirumorkan ke Persis Solo, JFT Enggan Berkomentar

Sementara Direktur RSUD Yauwari, Petronela Risamasu mengatakan, untuk menampung dan merawat sejumlah korban yang terkena dampak dari peristiwa itu pihaknya telah menyiagakan Puskesmas Sentani dan juga RSUD Sentani serta RS Dian Harapan dan RS Bhayangkara Jayapura. “Kami tetap siaga sampai proses evakuasi selesai,” ungkapnya. 

Untuk membantu penanganan bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura, ribuan personel gabungan diturunkan termasuk Polda papua yang mengerahkan 600 personelnya yang terdiri dari Brimob Polda Papua, Polres Keerom yang di BKO kan, Sabhara Polda Papua, Sat Lantas Polda Papua, Intel dan Samapta.

Kapolda Papua Irjen Pol Martuani Sormin mengatakan, semua tempat-tempat bencana alam banjir nantinya akan didirikan Pos. Seperti di Kemiri dan Bintang Timur akan dibuatkan Pos Penanganan Bencana.

“Saat ini yang menjadi fokus kami adalah mengevakuasi korban dan mencari jenasa yang belum ditemukan,” ucap Kapolda Martuani Sormin saat mengunjungi para korban di RS Bhayangkara, Minggu (17/3).

Sementara itu, di tempat berbeda. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kol Inf Muhammad Aidi menyebutkan Kodam XVII/Cenderawasih mengerahkan personel dan alutsista membantu bencana alam banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Jayapura. 

“Untuk realisasi instruksi Panglima, sejak Minggu dinihari Satuan perbekalan dan angkutan Kodam (Bekang Dam XVI/Cend) telah mendirikan posko bantuan dan dapur umum di Posko Gereja Marthen Luther, Lorong Salatiga , Distrik Sentani sedangkan satu posko pelayanan yang lain didirikan di Mako Yonif R 751/Wira Jaya Sakti,” ucap Aidi.

Dikatakan, masing-masing dapur umum ini dilayani oleh 25 orang prajurit Bekang dengan kapasitas mampu melayani 1000 hingga 3500 orang setiap dapur umum untuk setiap kali waktu makan.

Selain itu, Denzipur 10/KYD Jayapura juga mengerahkan dua Satuan Setingkat Peleton (SST) dipimpin langsung oleh Danden Zipur Mayor Czi Ali Isnaini dengan mengerahkan materil berupa Dozzer D65, 1 unit; Grader GD 511, 1 unit Dumptruk 1 unit, Shop contact mobile 1 unit Alat penjernih air 3 unit, Dando water drilling 1 unit, Truk NPS dua unit, kendaran roda empat jenis OZ 2 unit, tenda pleton 1 set dan Kompor lapangan dua buah.

“Selain materil pendukung tersebut, TNI juga mengerahkan personel dalam rangka membantu evakuasi korban. Sebanyak 6 Satuan Setingkat Kompi (SSK) telah dikerahkan meliputi 4 SSK dari Yonif Raider 514/Sabbada Yudha yang sedang melaksanakan tugas pengamanan perbatasan (Pamtas), dan 2 SSK dari Yonif R 751/WJS,” ungkapnya.

Seluruh kegiatan perbantuan TNI dalam rangka membantu menanggulangi bencana alam banjir bandang Jayapura dikendalikan langsung oleh Danrem 172/VWY Kolonel Inf Jonathan B. Sianipar selaku Komandan Komando Pelaksana Operasi (Dan Kolaks Ops).

Ditambahkan, Kodam juga mendirikan pusat bencana untuk memberikan bantuan pelayanan kesehatan. Dimana tim bergerak dari Markasnya di Rumkit TNI Mrthen Indey Jayapura, Sabtu (16/3) sejak pukul 22.15 WIT 16 Maret 2019 dipimpin langsung oleh Kakesdam XVII/Cen Kolonel ckm dr.Djanuar fitriadi SpB. Sedangkan koordinator lapangan adalah Kepala Rumah Sakit (Karumkit Tk II) Marthen Indey Kol ckm dr Budi SpKJ. 

“Tim Kes Kodam mengerahkan 40 orang paramedis dan dokter yang siap memberikan pelayanan kepada korban, dalam pelaksanaan tugasnya Tim Kes didukung lima unit Ambulance dan satu unit ambulance jenazah, Serta sejumlah peralatan Kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan,” pungkasnya. (bet/roy/ade/fia/kim/nat)

Data Musibah Banjir Bandang di Kabupaten Jayapura

1. Daerah yang Terkena Banjir

  1. a. Distrik Sentani

-Kelurahan Hinekombe

-Kelurahan Dobonsolo

-Kelurahan Sentani Kota

-Kampung Yahim

-Kampung Sereh

       b. Distrik Waibu

    -Kampung Doyo Baru

       c. Distrik Sentani Barat

    -Kampung Kertosari

       d. Distrik Ravenirara

e. Distrik Depapre

2. Korban 

    a. Korban Jiwa : 68 orang (data hingga pukul 21.00 WIT) 

    b. Korban hilang: 1 orang 

    c. Korban luka-luka

       -Luka ringan 75 orang

       -Luka berat 30 orang

    d. Korban Mengungsi di Posko Induk Kantor Bupati Jayapura

       -Posko Induk :1.250  orang 

       -SIL :   300  orang

-HIS :   400  orang

       -Perumahan Bintang Timur :   600  orang

       -Perumahan Gajah Mada :1.450  orang

       -Doyo :   153  orang

-Asrama Himles :    50  orang

-Panti Jompo :    23  orang

       Total :4.226 orang 

3. Kerusakan dan Kerugian

– Rumah terendam 211 unit 

– Rumah pemukiman rusak berat 350 unit 

– Jembatan rusak berat 3 unit 

– Drainase rusak berat 8 volume 

– Jalan rusak berat 4 ruas 

– Gereja rusak berat 2 unit 

– masjid rusak berat 1 unit 

– Sekolah rusak berat 8 unit 

– Ruko rusak berat 104 unit 

– Pasar rusak berat 1 unit 

– Roda 4 Terendam 5 Unit 

– Roda 2 terendam 20 Unit 

– Perumahan yang terendam: Perumahan Doyo Baru dan sekitarnya, Komplek 751, Balaitrans, dan Komplek AURI. 

Sumber: Humas Posko Induk Banjir Bandang Kab. Jayapura

BANJIR BANDANG: Suasana di depan lapangan terbang Adventist Aviation di Doyo Baru, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, pasca banjir bandang, Minggu (17/3).  ( FOTO : Robert Mboik/Cepos

*105 Orang Luka-luka dan 4.226 Warga Mengungsi 

JAYAPURA-Kabupaten Jayapura dan tanah Papua berduka. Banjir bandang yang terjadi Sabtu malam (16/3) dengan titik  terbesar di Sentani menelan puluhan korban jiwa dan luka-luka.

Untuk musibah banjir bandang menurut data yang diperoleh dari Posko Induk di kantor Bupati Jayapura, hingga pukul 21.00 WIT, tercatat 66 orang meninggal dunia dan 105  mengalami luka-luka (data lengkap lihat grafis). Banjir bandang ini juga mengibatkan 4.226 orang mengungsi di beberapa titik di Kabupaten Jayapura, Minggu (17/3). 

Jumlah korban akibat banjir bandang ini diprediksi bertambah karena belum semua korban ditemukan. Pencarian juga masih terus dilakukan hingga Minggu (17/3) malam.

Dari pantauan Cenderawasih Pos dan keterangan yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, banjir bandang ini memporak porandakan tiga distrik, Sentani Kota, Sentani Barat dan Rafeni Rara. Yang paling parah Distrik Sentani Barat dimana hampir 80 persen lokasi terkena dampak.

Sejumlah kawasan perumahan termasuk fasilitas umum bahkan lapangan terbang dengan tiga pesawat ikut terkena imbas banjir. Tiga pesawat dimana salah satunya milik BNPB ini rusak parah. 

Keterangan dari beberapa orang yang menyaksikan kejadian ini mengatakan bahwa sejak sore awan mulai gelap dan terdengar beberapa kali suara gemuruh di ketinggian Cycloop. Di sini disebutkan jika Cycloop memberi tanda yang tak biasa. 

 “Jadi malam setelah hujan deras  terdengar suara gemuruh lebih dulu  tapi kami tidak  menyangka jika akan ada banjir seperti ini dan ternyata malah banjir,” kata Ayub warga Sentani.  

Hal ini juga dibenarkan Pdt. Lukas Hamadi yang mendengar banyak cerita dari keluarga istrinya yang tinggal di Sentani. Pdt Lukas juga ikut berduka karena keluarga dari istrinya ada yang meninggal. “Jadi saat hujan pertama ini keluarga saya sempat keluar dan mencari tempat aman di lapangan. Setelah hujan reda mereka kembali ke rumah untuk bersih-bersih,” ungkap Pdt. Lukas di ruang jenazah RS Bhayangkara, Minggu (17/3) siang.

Tak lama hujan kembali turun dan terdengar suara gemuruh. Saat itu keluarganya semua kembali keluar dan sempat meminta almarhum opa Wiem Tapilatu ini ikut keluar tapi nampaknya lambat dan akhirnya banjir menyapu.

 “Jadi ada suara gemuruh di atas baru hujan besar turun. Opa sudah dipanggil tapi terlambat,” tandasnya.

Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Sentani, Daniel Toto menjelaskan soal kondisi Cycloop yang marah dan meradang. Daniel Toto menyampaikan bahwa beberapa kegiatan sudah dilakukan dan menunjukkan sikap masyarakat dari lima suku besar yang mengelilingi Cycloop. Namun pihaknya prihatin karena akhirnya Cycloop menjadi marah. Ia menyebut bahwa komitmen yang pernah dibuat seharusnya ditindaklanjuti. 

 “Semua pihak harus bergerak menyelamatkan Cycloop. Ini peristiwa kali kedua dan menjadi teguran berarti,” jelasnya tadi malam. Ia menyebut bahwa pihak DAS akan melakukan rapat dengan pemerintah untuk merefleksi pernyataan yang pernah dibuat. “Mungkin ada bagian yang tidak dilaksanakan. Artinya dari masyarakat adat Cyclop harus diselamatkan karena menyimpan kehidupan. Yang bukan masyarakat adat harus turut sama-sama  memberikan dukungan,” katanya. 

Pihaknya juga meminta kawasan penyangga segera dikosongkan dan jangan ada toleransi lagi. “Saya berada di tengah peristiwa ini dan kami akan undang teman-teman 5 DAS untuk bicarakan ulang. Mungkin pemerintah dan masyarakat menganggap tidak  serius tapi hasilnya seperti ini. Tahun 2007 masih ada toleransi tapi saat ini tidak,” tegasnya. 

Secara adat Daniel Toto menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat adat Cyclop adalah ibu kandung karena menyediakan semua kebutuhan masyarakat ada disektarnya. “Jika terus menebang maka ibarat kami sedang membuka pakaiannya dan jika mengambil pasir batu ibarat menghancurkan tulang tulang yang membuat Cyclop berdiri dan yang tidak diharapkan sudah terjadi. Ini pertanda moyang kami yang jaga cyclop tidak lagi terima perilaku manusia ini,” beber Toto. 

“Kalau banjir dari gunung artinya ada yang terganggu di atas ada keseimbangan yang hilang,” pungkasnya. 

Sementara salah satu akademisi Uncen, Yehuda Hamokwarong menjelaskan bahwa sejatinya tipologi fisik kota sentani dan sekitarnya dibentuk oleh banjir bandang pada masa lampau. 

 Hal ini bisa dilihat dengan keberadaan bongkahan batu besar yang menyebar sekitar bantaran kali Doyo, Kemiri, Hotel dan Kali Toladan. Artinya, banjir bandang itu hal yang biasa dan terjadi setiap 5 hingga 10 tahun sekali. Tetapi kondisi ini bisa diperparah dan memberi efek rusak amat dasyat kalau bantaran kali berubah menjadi permukiman, perambahan dan perladangan berpindah meluas di hulu  dan pemberian izin-izin galian C meluas di bagian tengah DAS. “Jadi  sebenarnya banjir bandang itu merupakan bagian penting yang membentuk morfologi fisik Kota Sentani dan sekitarnya. Cuman aktivitas manusia pada hulu dan tengah hingga bantaran kali yg memperparah dampak yang ditimbulkannya seperti skarang,” kata Yehuda Hamokrawong, salah satu dosen Geografi Uncen tadi malam.

 Pendapatnya Pemkab n Jayapura perlu mempertimbangan kota Sentani pindah ke belakang Danau Sentani yaitu dataran Sekori, Putali hingga Puai. Daerah ini dikatakan daerah bebas banjir dan dapat dibangun kota modern yang baik. 

“Jangan bertahan di Sentani saat ini atau mau menunggu ribuan korban jiwa baru pindah. Pemkab perlu mempertimbangkan hal ini dengan serius,” pintanya. 

Baca Juga :  Dirumorkan ke Persis Solo, JFT Enggan Berkomentar

Disinggung soal beban tanah di Sentani, Yehuda tak menampik soal overload. “ Iya, beban atau daya tampung fisik kota yang terbangun dari aktifitas banjir bandang pada masa lampau sudah tidak mampu lagi menampung jumlah penduduk kota Sentani dan sekitarnya,”  paparnya.

Iapun menceritakan bahwa tahun 2007 pernah  terjadi hal yang sama atau terjadi pengulangan banjir 12 tahun kemudian yaitu 2019. Hanya ketika itu tidak memberi efek buruk seperti sekarang. “Mengapa? Itu karena daya tampung fisik kota tidak lagi memungkin dan akhirnya bantaran kali jadi BTN, menjadi kandang babi dan permukiman. Hutan jadi kebun dan pengambilan bahan galian C yaitu pasir dan batu meluas di Kali Doyo, Bambar, Dansari, Dosai, Kemiri , Tahara dan Toladan. Dampak dari aktivitas perambahan hutan dan perladangan berpindah sekitar hulu DAS. Tetapi itu satu faktor namun yang tak kalah pentingnya adalah permukiman sekitar bantaran kali dan pengambilan bahan galian C,”   cecar Yehuda. 

 Hal lain yang tak kalah penting diketahui oleh semua pihak adalah fisik morfologi kota Sentani dan sekitarnya dibentuk oleh aktivitas banjir bandang pada masa lampau melalui periode pengulangan banjir karena merupakan kaki dan dekat dengan pegunungan Cyloop. “Pola ini mirip banjir bandang di Wasior Teluk Wondama beberapa tahun lalu. Jarak yang dekat dan merupakan kaki dari pegunungan Cycloop mempercepat debit banjir dan memberi efek merusak cukup besar. Jadi ketika curah hujan melebihi batas normal hujan harian maka dipastikan akan banjir. Tetapi kondisi ini bisa diperparah dengan perambahan, perladangan berpindah, permukiman sekitar bantaran kali dan pengambilan bahan galian C yang meluas. Pemerintah harus awas disini,” pungkasnya. 

Secara terpisah Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut., M.Si., menyebutkan, seminggu yang lalu petugas KSDA Papua bersama Masyarakat Mitra Polhut sudah melakukan patroli ke hulu Sungai Kemiri. Hasil patroli ditemukan adanya longsoran menutup aliran Sungai Kemiri. 

“Diduga longsoran tersebut menjadi pemicu adanya tanggul alam di bagian hulu. Sehingga saat hujan yang sangat lebat, Sabtu (16/3) kemarin dengan curah hujan 114 mm, maka beban air tersebut menyebabkan banjir bandang,” jelasnya saat dihubungi via telepon selulernya, kemarin.

“Saya bisa pastikan bahwa kayu yang ikut hanyut bersama material batu dan lumpur berpasir tersebut bukan dari hasil penebangan di hulu namun kayu yang hanyut tersebut tercabut dengan akarnya,” sambungnya.

Diakuinya curah hujan terjadi beberapa waktu lalu di Jayapura yang menyebabkan banjir hanya 85 mm tetapi curah hujan yang terjadi di wilayah Kabupaten Jayapura saat bencana berkisar 114 mm. Dimana curah hujan yang begitu besar  menjadi salah satu  pemicu terjadinya banjir bandang.

Dirinya juga mengakui adanya aktivitas masyarakat untuk pertanian tradisional di penyangga kawasan dan sebagian sudah masuk di dalam kawasan Cagar Alam Cycloop. “Lokasi tersebut ditetapkan sebagai Blok Rehabilitasi. KSDA bersama Pemkab Jayapura dan stakeholders terkait sedang menyusun strategi untuk menangani masalah tersebut,” tambahnya.

CA Pegunungan Cycloop menurutnya merupakan kawasan suaka alam yang tidak boleh ada aktivitas apapun selain untuk kepentingan konservasi. Dengan terjadinya banjir atau bencana tersebut, pihaknya  berharap masyarakat sadar dan bersama-sama menjaga serta melestarikan CA Cycloop sesuai fungsinya untuk kesejahteraan masyarakat.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Jayapura, Doddy Sambodo Samiyana selaku Humas Posko Induk Banjir Bandang Kabupaten Jayapura Provinsi Papua menyebutkan banjir bandang mengakibatkan ratusan rumah warga tergenang air dan rusak, sejumlah perumahan umum terkena banjir, dan dan puluhan kendaraan terkena banjir dan rusak.

“Perumahan yang terendam, yaitu Perumahan Doyo Baru dan sekitarnya, Kompleks Bataylon 751/Raider, Balai Trans, dan Kompleks AURI,BTN Gajah Mada, dan beberapa wilayah sekitarnya,” tambahnya.

Donny menyatakan ada sejumlah alat berat seperti eksavator dari berbagai pihak yang dikerahkan, untuk membantu proses pembersihan material di sepanjang jalan raya dan sejumlah tempat yang mengalami banjir bandang tersebut.

“Ada 12 unit alat berat yang kita gunakan, untuk melakukan pembersihan material di jalan raya dan di tempat-tempat terjadinya banjir tersebut,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Jayapura, Putu Arga Sujarwadi mengatakan, pihaknya bersama tim gabungan TNI-Polri, BPBD dan pihak terkait lainnya telah berada di lokasi  banjir dan longsor, guna melakukan evakuasi terhadap warga masyarakat yang terkena banjir dan rumahnya tergenang, untuk di bawah ke tempat yang lebih aman.

Putu, mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan waspada. Karena intensitas hujan yang tinggi ini dapat mengakibatkan banjir dan longsor di setiap wilayah yang ada di Kabupaten dan Kota Jayapura.

Secara terpisah Kasdam XVII/Cenderwasih Brigjen Irham kepada wartawan di posko utama mengatakan, sesuai instruksi bupati Kabupaten Jayapura posko ini akan terus disiagakan hingga 14 hari ke depan di Kompleks kantor bupati kabupaten Jayapura tepatnya di Gunung Merah. 

Muhamad salah satu korban perumahan Nauli yang lolos dari terjangan peristiwa maut itu mengatakan, banjir bandang yang menerjang pemukiman warga perumahan BTN Nauli semalam terjadi Saagat mengejutkan warga. “Air datang sangat besar beserta pohon besar, banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan diri,” katanya.

Baca Juga :  Kajati Pertama OAP, Bukti Orang Papua Bisa

Sementara Direktur RSUD Yauwari, Petronela Risamasu mengatakan, untuk menampung dan merawat sejumlah korban yang terkena dampak dari peristiwa itu pihaknya telah menyiagakan Puskesmas Sentani dan juga RSUD Sentani serta RS Dian Harapan dan RS Bhayangkara Jayapura. “Kami tetap siaga sampai proses evakuasi selesai,” ungkapnya. 

Untuk membantu penanganan bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura, ribuan personel gabungan diturunkan termasuk Polda papua yang mengerahkan 600 personelnya yang terdiri dari Brimob Polda Papua, Polres Keerom yang di BKO kan, Sabhara Polda Papua, Sat Lantas Polda Papua, Intel dan Samapta.

Kapolda Papua Irjen Pol Martuani Sormin mengatakan, semua tempat-tempat bencana alam banjir nantinya akan didirikan Pos. Seperti di Kemiri dan Bintang Timur akan dibuatkan Pos Penanganan Bencana.

“Saat ini yang menjadi fokus kami adalah mengevakuasi korban dan mencari jenasa yang belum ditemukan,” ucap Kapolda Martuani Sormin saat mengunjungi para korban di RS Bhayangkara, Minggu (17/3).

Sementara itu, di tempat berbeda. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kol Inf Muhammad Aidi menyebutkan Kodam XVII/Cenderawasih mengerahkan personel dan alutsista membantu bencana alam banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Jayapura. 

“Untuk realisasi instruksi Panglima, sejak Minggu dinihari Satuan perbekalan dan angkutan Kodam (Bekang Dam XVI/Cend) telah mendirikan posko bantuan dan dapur umum di Posko Gereja Marthen Luther, Lorong Salatiga , Distrik Sentani sedangkan satu posko pelayanan yang lain didirikan di Mako Yonif R 751/Wira Jaya Sakti,” ucap Aidi.

Dikatakan, masing-masing dapur umum ini dilayani oleh 25 orang prajurit Bekang dengan kapasitas mampu melayani 1000 hingga 3500 orang setiap dapur umum untuk setiap kali waktu makan.

Selain itu, Denzipur 10/KYD Jayapura juga mengerahkan dua Satuan Setingkat Peleton (SST) dipimpin langsung oleh Danden Zipur Mayor Czi Ali Isnaini dengan mengerahkan materil berupa Dozzer D65, 1 unit; Grader GD 511, 1 unit Dumptruk 1 unit, Shop contact mobile 1 unit Alat penjernih air 3 unit, Dando water drilling 1 unit, Truk NPS dua unit, kendaran roda empat jenis OZ 2 unit, tenda pleton 1 set dan Kompor lapangan dua buah.

“Selain materil pendukung tersebut, TNI juga mengerahkan personel dalam rangka membantu evakuasi korban. Sebanyak 6 Satuan Setingkat Kompi (SSK) telah dikerahkan meliputi 4 SSK dari Yonif Raider 514/Sabbada Yudha yang sedang melaksanakan tugas pengamanan perbatasan (Pamtas), dan 2 SSK dari Yonif R 751/WJS,” ungkapnya.

Seluruh kegiatan perbantuan TNI dalam rangka membantu menanggulangi bencana alam banjir bandang Jayapura dikendalikan langsung oleh Danrem 172/VWY Kolonel Inf Jonathan B. Sianipar selaku Komandan Komando Pelaksana Operasi (Dan Kolaks Ops).

Ditambahkan, Kodam juga mendirikan pusat bencana untuk memberikan bantuan pelayanan kesehatan. Dimana tim bergerak dari Markasnya di Rumkit TNI Mrthen Indey Jayapura, Sabtu (16/3) sejak pukul 22.15 WIT 16 Maret 2019 dipimpin langsung oleh Kakesdam XVII/Cen Kolonel ckm dr.Djanuar fitriadi SpB. Sedangkan koordinator lapangan adalah Kepala Rumah Sakit (Karumkit Tk II) Marthen Indey Kol ckm dr Budi SpKJ. 

“Tim Kes Kodam mengerahkan 40 orang paramedis dan dokter yang siap memberikan pelayanan kepada korban, dalam pelaksanaan tugasnya Tim Kes didukung lima unit Ambulance dan satu unit ambulance jenazah, Serta sejumlah peralatan Kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan,” pungkasnya. (bet/roy/ade/fia/kim/nat)

Data Musibah Banjir Bandang di Kabupaten Jayapura

1. Daerah yang Terkena Banjir

  1. a. Distrik Sentani

-Kelurahan Hinekombe

-Kelurahan Dobonsolo

-Kelurahan Sentani Kota

-Kampung Yahim

-Kampung Sereh

       b. Distrik Waibu

    -Kampung Doyo Baru

       c. Distrik Sentani Barat

    -Kampung Kertosari

       d. Distrik Ravenirara

e. Distrik Depapre

2. Korban 

    a. Korban Jiwa : 68 orang (data hingga pukul 21.00 WIT) 

    b. Korban hilang: 1 orang 

    c. Korban luka-luka

       -Luka ringan 75 orang

       -Luka berat 30 orang

    d. Korban Mengungsi di Posko Induk Kantor Bupati Jayapura

       -Posko Induk :1.250  orang 

       -SIL :   300  orang

-HIS :   400  orang

       -Perumahan Bintang Timur :   600  orang

       -Perumahan Gajah Mada :1.450  orang

       -Doyo :   153  orang

-Asrama Himles :    50  orang

-Panti Jompo :    23  orang

       Total :4.226 orang 

3. Kerusakan dan Kerugian

– Rumah terendam 211 unit 

– Rumah pemukiman rusak berat 350 unit 

– Jembatan rusak berat 3 unit 

– Drainase rusak berat 8 volume 

– Jalan rusak berat 4 ruas 

– Gereja rusak berat 2 unit 

– masjid rusak berat 1 unit 

– Sekolah rusak berat 8 unit 

– Ruko rusak berat 104 unit 

– Pasar rusak berat 1 unit 

– Roda 4 Terendam 5 Unit 

– Roda 2 terendam 20 Unit 

– Perumahan yang terendam: Perumahan Doyo Baru dan sekitarnya, Komplek 751, Balaitrans, dan Komplek AURI. 

Sumber: Humas Posko Induk Banjir Bandang Kab. Jayapura

Berita Terbaru

Artikel Lainnya