Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Menteri BKPM Lepas Pengiriman Konsentrat Freeport

TIMIKA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia bersama Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas melepas pengiriman konsentrat menggunakan Kapal Ajkwa kapasitas 8.600 ton dari Pelabuhan Amamapare, Mimika tujuan Gresik, Senin (15/8) kemarin.

Momen ini tidak hanya sekadar seremonial namun merupakan peristiwa bersejarah karena untuk pertama kalinya, PTFI bisa mencapai produksi 2 juta ton konsentrat dalam periode Januari-Agustus 2022.

“Kita harus bangga di bawah tangan dingin dari direksi yang notabene sebagian besar anak-anak Indonesia mampu meningkatkan kapasitas produksi yang sampai awal Agustus sudah 2 juta ton. Tadi saya tanya ke Presiden Direktur itu bisa melampaui 3 juta ton sampai 3,4 juta ton,” katanya.

Meningkatnya produktifitas kata Menteri Bahlil tentunya berdampak pada revenue dan keuntungan. Sehingga pemerintah sebagai pemegang mayoritas saham PTFI saat ini bisa menerima manfaat lebih. Apalagi sekarang ini harga komoditas tembaga sedang membaik.

“Ini hadiah  kemerdekaan RI. Ini sejarah, sejak Freeport ada di Republik ini, belum pernah ada kapasitas ekspor cooper 2 juta ton di Bulan Agustus, itu jadi sejarah,” tegasnya.

Bahlil juga mengatakan, PTFI sedang melakukan ekspansi pembangunan smelter di Gresik. Kementerian Investasi disebut sangat berkepentingan untuk mendorong segala percepatan terkait ekspansi dari Freepor termasuk produksinya.

Baca Juga :  Wajah Baru Masjid Istiqlal Setelah Renovasi Besar Besaran

Komitmen Freeport membangun smelter atau pabrik pemurnian di Indonesia dikatakan Menteri Bahlil sebagai instrumen hilirisasi pertambangan. Dulunya kapasitas hanya 830 ribu metrik ton kemudian dikembangkan jadi 1,3 juta metrik ton dan dibangun baru sebesar 1,7 juta metrik ton. Sehingga kapasitas dari smelter yang ditarget mulai beroperasi Tahun 2024 itu bisa menampung 3 juta metrik ton.

Sejalan dengan peningkatan produksi PTFI, Pemerintah sudah berdiskusi dengan Mind ID dan manajemen PTFI, bahwa apabila kapasitas produksi sudah mencapai minimal 3,8 juta ton maka smelter akan itu menjadi potensi pembangunan smelter di Papua.

“Lokasinya lagi kita buat. Ini lagi di push, lagi diatur teknisnya bagaimana agar bisa meningkatkan kapasitas produksi jadi 3,8 juta tapi ini masih dalam rencana jangka panjang untuk memenuhi tuntutan dari masyarakat Papua yang pingin agar smelter ada di Papua,” terangnya.

Menteri Bahlil menambahkan, kewajiban pembangunan smelter di Indonesia memberikan nilai tambah bagi negara. Meskipun nilai tambah itu baru mencapai 60 persen, namun pemerintah sedang mendorong untuk peningkatan pasar dalam negeri. Salah satunya pengembangan mobil listrik yang bahan bakunya sebagian besar dari tembaga.

“Jadi mungkin hasil dari Freeport yang ada smelter, tembaga keluar itu sebagian bahan baku itu akan dipakai untuk kebutuhan bahan baku dalam negeri melahirkan lebih detail memenuhi stok kebutuhan,” kata Bahlil.

Baca Juga :  Sama – sama Simpan Senjata

//Proses Produksi Konsentrat Freeport

PTFI sebagai perusahaan tambang tembaga, emas dan mineral lainnya, tidak memproduksi tembaga atau emas dalam bentuk batangan tapi berbentuk konsentrat melalui serangkaian proses.

Dimulai dari penambangan bijih yang dihancurkan menjadi pasir halus di mill. Selanjutnya konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan ke pabrik pengeringan atau dewatering plant di Pelabuhan Amamapare melalui tiga pipa diameter 6 inchi atau 15 cm sepanjang 110 kilometer. Konsentrat yang masih mengandung 65 persen solid dan 35 persen air kemudian melalui proses pengeringan tambahan menggunakan 54 filter hingga kadar air tersisa 9,5 persen. Pengeringan juga mengguakan sistem dryer yang dipanaskan pada suhu 1300 sampai 1400 Fahrenheit.

Setelah dikeringkan, konsentrat ditransport ke gudang penyimpanan. Ada tiga gudang penyimpanan dengan kapasitas masing-masing 45 ribu ton. Jadi total kapasitas gudang 135 ribu ton. Dari gudang penyimpanan, konsentrat di masukkan ke kapal menggunakan konveyor. Namun sebelum dikapalkan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan oleh Sucofindo sekaligus pengambilan sampel konsentrat yang masuk ke dalam kapal.(ryu)

TIMIKA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia bersama Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas melepas pengiriman konsentrat menggunakan Kapal Ajkwa kapasitas 8.600 ton dari Pelabuhan Amamapare, Mimika tujuan Gresik, Senin (15/8) kemarin.

Momen ini tidak hanya sekadar seremonial namun merupakan peristiwa bersejarah karena untuk pertama kalinya, PTFI bisa mencapai produksi 2 juta ton konsentrat dalam periode Januari-Agustus 2022.

“Kita harus bangga di bawah tangan dingin dari direksi yang notabene sebagian besar anak-anak Indonesia mampu meningkatkan kapasitas produksi yang sampai awal Agustus sudah 2 juta ton. Tadi saya tanya ke Presiden Direktur itu bisa melampaui 3 juta ton sampai 3,4 juta ton,” katanya.

Meningkatnya produktifitas kata Menteri Bahlil tentunya berdampak pada revenue dan keuntungan. Sehingga pemerintah sebagai pemegang mayoritas saham PTFI saat ini bisa menerima manfaat lebih. Apalagi sekarang ini harga komoditas tembaga sedang membaik.

“Ini hadiah  kemerdekaan RI. Ini sejarah, sejak Freeport ada di Republik ini, belum pernah ada kapasitas ekspor cooper 2 juta ton di Bulan Agustus, itu jadi sejarah,” tegasnya.

Bahlil juga mengatakan, PTFI sedang melakukan ekspansi pembangunan smelter di Gresik. Kementerian Investasi disebut sangat berkepentingan untuk mendorong segala percepatan terkait ekspansi dari Freepor termasuk produksinya.

Baca Juga :  Sesosok Mayat Ditemukan di Bawah Jembatan

Komitmen Freeport membangun smelter atau pabrik pemurnian di Indonesia dikatakan Menteri Bahlil sebagai instrumen hilirisasi pertambangan. Dulunya kapasitas hanya 830 ribu metrik ton kemudian dikembangkan jadi 1,3 juta metrik ton dan dibangun baru sebesar 1,7 juta metrik ton. Sehingga kapasitas dari smelter yang ditarget mulai beroperasi Tahun 2024 itu bisa menampung 3 juta metrik ton.

Sejalan dengan peningkatan produksi PTFI, Pemerintah sudah berdiskusi dengan Mind ID dan manajemen PTFI, bahwa apabila kapasitas produksi sudah mencapai minimal 3,8 juta ton maka smelter akan itu menjadi potensi pembangunan smelter di Papua.

“Lokasinya lagi kita buat. Ini lagi di push, lagi diatur teknisnya bagaimana agar bisa meningkatkan kapasitas produksi jadi 3,8 juta tapi ini masih dalam rencana jangka panjang untuk memenuhi tuntutan dari masyarakat Papua yang pingin agar smelter ada di Papua,” terangnya.

Menteri Bahlil menambahkan, kewajiban pembangunan smelter di Indonesia memberikan nilai tambah bagi negara. Meskipun nilai tambah itu baru mencapai 60 persen, namun pemerintah sedang mendorong untuk peningkatan pasar dalam negeri. Salah satunya pengembangan mobil listrik yang bahan bakunya sebagian besar dari tembaga.

“Jadi mungkin hasil dari Freeport yang ada smelter, tembaga keluar itu sebagian bahan baku itu akan dipakai untuk kebutuhan bahan baku dalam negeri melahirkan lebih detail memenuhi stok kebutuhan,” kata Bahlil.

Baca Juga :  Operasi Mantap Brata Cartenz Pengamanan Pemilu 2024 Mulai Digelar

//Proses Produksi Konsentrat Freeport

PTFI sebagai perusahaan tambang tembaga, emas dan mineral lainnya, tidak memproduksi tembaga atau emas dalam bentuk batangan tapi berbentuk konsentrat melalui serangkaian proses.

Dimulai dari penambangan bijih yang dihancurkan menjadi pasir halus di mill. Selanjutnya konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan ke pabrik pengeringan atau dewatering plant di Pelabuhan Amamapare melalui tiga pipa diameter 6 inchi atau 15 cm sepanjang 110 kilometer. Konsentrat yang masih mengandung 65 persen solid dan 35 persen air kemudian melalui proses pengeringan tambahan menggunakan 54 filter hingga kadar air tersisa 9,5 persen. Pengeringan juga mengguakan sistem dryer yang dipanaskan pada suhu 1300 sampai 1400 Fahrenheit.

Setelah dikeringkan, konsentrat ditransport ke gudang penyimpanan. Ada tiga gudang penyimpanan dengan kapasitas masing-masing 45 ribu ton. Jadi total kapasitas gudang 135 ribu ton. Dari gudang penyimpanan, konsentrat di masukkan ke kapal menggunakan konveyor. Namun sebelum dikapalkan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan oleh Sucofindo sekaligus pengambilan sampel konsentrat yang masuk ke dalam kapal.(ryu)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya