Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Pastor yang Sederhana, Humoris, Namun Kuat dan Konsisten dalam Berjuang

Alm.Pater Neles Tebay ( Duduk: ke 6 dari kanan)   ketika bersama rekan dan sahabat-sahabatnya yang tergabung dalam Jaringan Damai Papua (JDP) dalam satu kesempatan pelatihan yang digelar JDP beberapa waktu lalu. ( FOTO : JDP for Cepos)

Sosok Alm. DR Pater Neles Kebadabi Tebay Dimata Rekan dan Sahabat-Sahabatnya

Alm. Pastor Neles Kebadabi Tebay dikenal luas oleh hampir semua kalangan di Papua, Indonesia maupun dunia internasional karena dedikasi dan perjuangannya menyuarakan jalan damai dalam penyelesaian Konflik di Papua dan Indonesia melalui pendekatan Dialogis. Kabar kematianya Minggu (14/4) di RS St.Carolus Jakarta menyentak semua orang. Rasa kehilangan mendalam menyelimuti keluarga, kerabat, sahabat, rekan kerja dan  seluruh masyarakat Papua.  Bagaimana sosok Pater Neles dimata rekan dan sahabat-sahabatnya?

Laporan : Lucky Ireeuw – Jayapura

Salah satu sahabat almarhum, Anum Latifah Siregar, SH, mempunyai kesan tersendiri dengan sosok Pater Neles. “ Dia sosok yang humoris. Ketika cerita lucu keluar dari mulutnya, dia tidak perlu menunggu orang lain untuk tertawa karena ketawanya akan meledak lebih dulu. Ekspresinya tulus, mata, tangan dan gerak tubuh yang benar-benar hidup,” ujar Advokat yang setia bersama Pater Neles dalam kelompok Jaringan Damai Papua ( JDP).

“ Salah satu hal penting yang patut dicontoh darinya adalah komitmen dan konsistensinya dalam berjuang. Kuat, tidak mudah goyah meskipun berkali kali melewati situasi yang sulit. Kalau diskusi sama pater tentang pertentangan, luka ataupun rasa sakit, Pater dengan mudah merasionalisasikannya sebagai bagian lain dari dinamika kehidupan dengan  bahasa yang sederhana tapi penuh makna. Jadi kita tidak punya alasan untuk sedih terlalu lama. Itu yang selalu saya katakan,  Pater Neles itu kuat !” kenang Anum.

  Baginya, kepergiaan Pater Neles  seperti menutup satu chapter dalam sejarah perjuangan damai di Tanah Papua, namun cita-cita dan semangatnya tetap hidup di hati masyarakat Papua. “ Pilpres baru besok, tapi presiden untuk Papua tanah damai ya Pater Neles,” ungkap Anum.

Daniel Randongkir,   aktivis HAM Papua punya kesan tersendiri terhadap Pater Neles.

“Saya kenal Pater Neles sejak tahun 1998. Banyak diskusi informal yang kami sering kami buat di ELSHAM Papua. Pengalaman paling berkesan ketika kami bersama2 membahas rancangan Kerangka Dialog Nasional 1999. Saat itu Pater masuk dalam anggota Tim dari Keuskupan Jayapura. Menurut saya, sejak saat itu, Pater terus mengembangkan gagasan tentang Dialog sebagai solusi damai atas konflik yang terjadi di Tanah Papua,” ujarnya. 

 Ketika bersama-sama dalam JDP, dirinya banyak berdiskusi tentang negosiasi sebagai standar internasional dalam memediasi perbedaan pandangan antara pihak-pihak yang bertikai. “ Pater pernah bertemu dengan (alm.) Coffi Annan di Jakarta, dan menyampaikan gagasan Dialog Indonesia-Papua. Menurut saya ini salah satu bukti Pater sangat intens menarik perhatian semua pihak guna mendukung gagasan Dialog Indonesia-Papua,” ungkap Danny Randongkir. 

Secara personal, dirinya menilai Peter sebagai sosok yang jujur, rendah hati, kooperatif, akomodatif dan konsisten menjalankan visi dan misi JDP. “Semoga Pater tenang bersama Sang Pencipta Semesta,” ungkapnya.

Kesan lainnya, diungkapkan pengacara pembela HAM Papua, Yan Christian Warinussy, SH. Dirinya bertemu Pater Neles pertama kali dalam Latihan Jurnalistik Kampungan (Lajurkam) di tahun 1987. Latihan ini adalah program kerja Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa Irian Jaya (YPMD Irja) bekerjasama dengan Surat Kabar Mingguan (SKM) Tifa Irian. “ Kami kemudian berteman dan tampil sama2 dalam menyumbang berita dan artikel sebagai kontributor di SKM Tifa Irian dan Bulletin Kabar dari Kampung (KdK) milik YPMD Irja,” kenangnya. 

Baca Juga :  Mensos Risma Akan Bangun Lumbung Sosial

  Sebagai teman dan sahabatnya, Yan Warinussy sangat menghormati Alm.Pater Neles Tebay karena sikap rendah hatinya dan suka mendengar lawan bicaranya bertutur, sebelum dia memberi tanggapan dan komentar. “ Yang seringkali ditemukan pada diri Pater ialah dengan diselingi senyum dan tawa, Pater  bisa melontarkan tanggapan atas hal-hal yang bagi kami yang lain adalah hal berat dan serius. Tapi sebaliknya, lawan bicaranya sama sekali tidak bisa marah atau kecewa. Itu hanya dimiliki oleh seorang Neles Tebay,” tutur Direkrut LP3BH Manokwari ini.

 Dikatakan,  pengalaman akademiknya saat belajar resolusi konflik di beberapa negara dunia, Hal itu dibuktikan ketika Pater memimpin JDP. “Dia benar-benar mampu membawa berbagai pihak yang awalnya alergi dan tidak suka bercakap dan berdiskusi mengenai dialog Papua-Jakarta. Yang pada akhirnya pihak-pihak tersebut menjadi familiar dengan istilah dialog dan perdamaian,” ujar Yan Warinussy. 

  Pater Neles juga sudah melakukan banyak hal bagi terciptanya Tanah Papua yang damai. Terbukti dia mempersiapkan para fasilitator perdamaian melalui kegiatan JDP dalam kerangka kerjasama dengan LIPI dan itu sesungguhnya merupakan “amunisi” cadangan yang luar biasa bagi lahirnya dialog Papua-Jakarta di masa depan. 

  Seringkali dirinya kagum saat membaca artikel-artikel  Pater Neles di Cenderawasih Pos, Tablid Jubi, Kompas dan The Jakarta Post yang menurutnya dirinya sebagai seorang mantan jurnalis bahwa tulisan-tulisan tersebut mampu membuat suasana konflik dan perdebatan soal Papua menjadi dingin dan menolong semua pihak untuk senantiasa mengedepankan pendekatan dialog sebagai solusi. “ Pater Neles Tebay adalah sosok juru damai yang pernah dimiliki bangsa Indonesia dan rakyat Papua. Selamat jalan Pater Neles Tebay, engkau sudah mengakhiri pertandingan dengan baik,” ungkap Yan Warinussy.

  Jurnanalis Senior Dharma Somba mempunyai kesan yang mendalam, selama mengenal Alm. Pater Neles Tebay. “Di kalangan jurnalis lebih akrab disapa Kakak Pater. Beliau adalah guru, kakak dan sahabat bagi jurnalis. Jika bersama beliau seakan tak ada batas, kita bisa bercengkerama, tertawa bersama, humor bersama,” ungkapnya. 

Dharma mengaku, saat melahirkan anak kedua pada 8 Juni 2009, sebelum masuk ruang operasi dirinya SMS Kakak Pater untuk didoakan, dan Kakak bilang, ”Dharma, saya akan doakan kamu nanti saat saya berdoa di kapel,” jawabnya lewat sms juga. Beliau penuh keceriaan.

 “ Itulah kesan bersama kakak Pater, beliau Seorang pastor tetapi dengan adik-adik  jurnalis sangat dekat,” ujarnya. 

   Keakraban itu sangat terada dan berkesan bagi jurnalis di Papua. “ Kalau beliau dapat kiriman kopi dari Moanemani, pasti telepon saya untuk ambil. ‘Dharma ada kopi ini,’ telponnya. ‘’Ia Kakak sedikit lagi saya tiba di STFT,” jawab saya. Itulah kedekatan yang tidak bisa dilupakan,” kenang Dharma Somba.

Baca Juga :  Bupati Keerom Temukan Banyak Pelanggaran di HPT Byobiosi Bate

 Selain itu, yang dikagumi, Pater Neles juga penulis buku dan selalu mendorong jurnalis untuk menulis, berbagai buku sudah dihasilkan. “ Walapun raga beliau sudah tidak bersama kita lagi tetapi kebaikannya tetap menginspirasi,” ujarnya.

Salah satu sahabat dan rekan yang selalu bersama Alm.Pater  Neles adalah  Ibu  Andriana  Elisabeth, peneliti dari LIPI. Ia mempunyai kesan yang mendalam terhadap sosok Pater Neles Tebay.

 Baginya. Pater Neles adalah intelektual Papua yang sangat konsisten dalam “berjuang” mengatasi persoalan-persoalan mendasar yang ada di Papua terutama melalui pendekatan dialogis.

“ Pater sangat luas pengetahuannya karena kegemarannya membaca dan menganalisis upaya rekonsiliasi Papua baik melalui pertemuan, pelatihan dan juga lobby kepada para pengambil keputusan di Jakarta. Pater Neles sangat yakin bahwa suatu saat nanti dialog akan terwujud,” ungkapnya.

  Dengan kepergian pater untuk selamanya, anggota JDP perlu segera memikirkan bagaimana dapat meneruskan “tongkat estafet” dialog agar sungguh dapat terwujud. “ Meskipun tidak mudah tapi saya percaya, JDP mampu melakukannya bersama elemen-elemen pemerintah dan masyarakat yang selama ini mendukung dialog damai bagi masa depan Papua yang lebih demokratis dan bermartabat,” ujar Adriana.

  Pater Neles Tebay menghembuskan nafasnya yang terakhir, pada Minggu (14/4) dii Rumah Sakit Sr. Carolus Jakarta. Setelah sebelumnya Pater berjuang melawan sakit di tubuhnya.

   Dedikasi dan perjuangan mendorong upaya-upaya penyelesaian konflik di Papua. Bersama Jaringan Damai  Papua ( JDP) yang dibentuknya, ia terus memperjuang kan dialog Papua-Jakarta sebegai jalan damai untuk menyelesaikan konflik di Papua. 

  Neles Tebay dilahirkan Kabupaten Dogiyai, pada 13 Februari 1964. Dia menyelesaikan S-1 dalam bidang teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura tahun 1990,  Selanjutnya pada 21  Juli 1992 dia ditahbiskan menjadi imam Projo pada Keuskupan Jayapura, di Waghete, Kabupaten Deiyai.

  Dalam perayaan pentahbisan imamatnya, dia diberikan nama adat yakni Kebadabi, yang dalam bahasa Mee, berarti “orang yang membuka pintu atau jalan”.

   Pater Neles kemudian menyelesaikan program Master dalam bidang Pelayanan Pastoral pada Universitas Ateneo de Manila, Philipina, tahun 1997 dengan tesisnya berjudul Ekarian Christian Images of Jesus.

Dia kemudian mengajar teologi pada STFT Fajar Timur . Di tahun 2000, dia dikirim ke Roma, Italia, untuk belajar Misiologi. Pada Maret 2006, dia menyelesaikan program doktoral dalam bidang Misiologi pada Universitas Kepausan Urbaniana, di Roma. Desertasi doktoralnya berjudul The Reconciling Mission of the Church in West Papua in the Light of Reconciliatio et Paenitentia

  Rencananya jenazah Pater Neles Tebay  akan tiba di Jayapura pada Selasa (16/4), dan selanjut pada Rabu (16/4) akan diterbangkan ke Timika untuk dimakamkan. (***)

Alm.Pater Neles Tebay ( Duduk: ke 6 dari kanan)   ketika bersama rekan dan sahabat-sahabatnya yang tergabung dalam Jaringan Damai Papua (JDP) dalam satu kesempatan pelatihan yang digelar JDP beberapa waktu lalu. ( FOTO : JDP for Cepos)

Sosok Alm. DR Pater Neles Kebadabi Tebay Dimata Rekan dan Sahabat-Sahabatnya

Alm. Pastor Neles Kebadabi Tebay dikenal luas oleh hampir semua kalangan di Papua, Indonesia maupun dunia internasional karena dedikasi dan perjuangannya menyuarakan jalan damai dalam penyelesaian Konflik di Papua dan Indonesia melalui pendekatan Dialogis. Kabar kematianya Minggu (14/4) di RS St.Carolus Jakarta menyentak semua orang. Rasa kehilangan mendalam menyelimuti keluarga, kerabat, sahabat, rekan kerja dan  seluruh masyarakat Papua.  Bagaimana sosok Pater Neles dimata rekan dan sahabat-sahabatnya?

Laporan : Lucky Ireeuw – Jayapura

Salah satu sahabat almarhum, Anum Latifah Siregar, SH, mempunyai kesan tersendiri dengan sosok Pater Neles. “ Dia sosok yang humoris. Ketika cerita lucu keluar dari mulutnya, dia tidak perlu menunggu orang lain untuk tertawa karena ketawanya akan meledak lebih dulu. Ekspresinya tulus, mata, tangan dan gerak tubuh yang benar-benar hidup,” ujar Advokat yang setia bersama Pater Neles dalam kelompok Jaringan Damai Papua ( JDP).

“ Salah satu hal penting yang patut dicontoh darinya adalah komitmen dan konsistensinya dalam berjuang. Kuat, tidak mudah goyah meskipun berkali kali melewati situasi yang sulit. Kalau diskusi sama pater tentang pertentangan, luka ataupun rasa sakit, Pater dengan mudah merasionalisasikannya sebagai bagian lain dari dinamika kehidupan dengan  bahasa yang sederhana tapi penuh makna. Jadi kita tidak punya alasan untuk sedih terlalu lama. Itu yang selalu saya katakan,  Pater Neles itu kuat !” kenang Anum.

  Baginya, kepergiaan Pater Neles  seperti menutup satu chapter dalam sejarah perjuangan damai di Tanah Papua, namun cita-cita dan semangatnya tetap hidup di hati masyarakat Papua. “ Pilpres baru besok, tapi presiden untuk Papua tanah damai ya Pater Neles,” ungkap Anum.

Daniel Randongkir,   aktivis HAM Papua punya kesan tersendiri terhadap Pater Neles.

“Saya kenal Pater Neles sejak tahun 1998. Banyak diskusi informal yang kami sering kami buat di ELSHAM Papua. Pengalaman paling berkesan ketika kami bersama2 membahas rancangan Kerangka Dialog Nasional 1999. Saat itu Pater masuk dalam anggota Tim dari Keuskupan Jayapura. Menurut saya, sejak saat itu, Pater terus mengembangkan gagasan tentang Dialog sebagai solusi damai atas konflik yang terjadi di Tanah Papua,” ujarnya. 

 Ketika bersama-sama dalam JDP, dirinya banyak berdiskusi tentang negosiasi sebagai standar internasional dalam memediasi perbedaan pandangan antara pihak-pihak yang bertikai. “ Pater pernah bertemu dengan (alm.) Coffi Annan di Jakarta, dan menyampaikan gagasan Dialog Indonesia-Papua. Menurut saya ini salah satu bukti Pater sangat intens menarik perhatian semua pihak guna mendukung gagasan Dialog Indonesia-Papua,” ungkap Danny Randongkir. 

Secara personal, dirinya menilai Peter sebagai sosok yang jujur, rendah hati, kooperatif, akomodatif dan konsisten menjalankan visi dan misi JDP. “Semoga Pater tenang bersama Sang Pencipta Semesta,” ungkapnya.

Kesan lainnya, diungkapkan pengacara pembela HAM Papua, Yan Christian Warinussy, SH. Dirinya bertemu Pater Neles pertama kali dalam Latihan Jurnalistik Kampungan (Lajurkam) di tahun 1987. Latihan ini adalah program kerja Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa Irian Jaya (YPMD Irja) bekerjasama dengan Surat Kabar Mingguan (SKM) Tifa Irian. “ Kami kemudian berteman dan tampil sama2 dalam menyumbang berita dan artikel sebagai kontributor di SKM Tifa Irian dan Bulletin Kabar dari Kampung (KdK) milik YPMD Irja,” kenangnya. 

Baca Juga :  Kedepankan Pembinaan dan Penyelamatan Uang Negara

  Sebagai teman dan sahabatnya, Yan Warinussy sangat menghormati Alm.Pater Neles Tebay karena sikap rendah hatinya dan suka mendengar lawan bicaranya bertutur, sebelum dia memberi tanggapan dan komentar. “ Yang seringkali ditemukan pada diri Pater ialah dengan diselingi senyum dan tawa, Pater  bisa melontarkan tanggapan atas hal-hal yang bagi kami yang lain adalah hal berat dan serius. Tapi sebaliknya, lawan bicaranya sama sekali tidak bisa marah atau kecewa. Itu hanya dimiliki oleh seorang Neles Tebay,” tutur Direkrut LP3BH Manokwari ini.

 Dikatakan,  pengalaman akademiknya saat belajar resolusi konflik di beberapa negara dunia, Hal itu dibuktikan ketika Pater memimpin JDP. “Dia benar-benar mampu membawa berbagai pihak yang awalnya alergi dan tidak suka bercakap dan berdiskusi mengenai dialog Papua-Jakarta. Yang pada akhirnya pihak-pihak tersebut menjadi familiar dengan istilah dialog dan perdamaian,” ujar Yan Warinussy. 

  Pater Neles juga sudah melakukan banyak hal bagi terciptanya Tanah Papua yang damai. Terbukti dia mempersiapkan para fasilitator perdamaian melalui kegiatan JDP dalam kerangka kerjasama dengan LIPI dan itu sesungguhnya merupakan “amunisi” cadangan yang luar biasa bagi lahirnya dialog Papua-Jakarta di masa depan. 

  Seringkali dirinya kagum saat membaca artikel-artikel  Pater Neles di Cenderawasih Pos, Tablid Jubi, Kompas dan The Jakarta Post yang menurutnya dirinya sebagai seorang mantan jurnalis bahwa tulisan-tulisan tersebut mampu membuat suasana konflik dan perdebatan soal Papua menjadi dingin dan menolong semua pihak untuk senantiasa mengedepankan pendekatan dialog sebagai solusi. “ Pater Neles Tebay adalah sosok juru damai yang pernah dimiliki bangsa Indonesia dan rakyat Papua. Selamat jalan Pater Neles Tebay, engkau sudah mengakhiri pertandingan dengan baik,” ungkap Yan Warinussy.

  Jurnanalis Senior Dharma Somba mempunyai kesan yang mendalam, selama mengenal Alm. Pater Neles Tebay. “Di kalangan jurnalis lebih akrab disapa Kakak Pater. Beliau adalah guru, kakak dan sahabat bagi jurnalis. Jika bersama beliau seakan tak ada batas, kita bisa bercengkerama, tertawa bersama, humor bersama,” ungkapnya. 

Dharma mengaku, saat melahirkan anak kedua pada 8 Juni 2009, sebelum masuk ruang operasi dirinya SMS Kakak Pater untuk didoakan, dan Kakak bilang, ”Dharma, saya akan doakan kamu nanti saat saya berdoa di kapel,” jawabnya lewat sms juga. Beliau penuh keceriaan.

 “ Itulah kesan bersama kakak Pater, beliau Seorang pastor tetapi dengan adik-adik  jurnalis sangat dekat,” ujarnya. 

   Keakraban itu sangat terada dan berkesan bagi jurnalis di Papua. “ Kalau beliau dapat kiriman kopi dari Moanemani, pasti telepon saya untuk ambil. ‘Dharma ada kopi ini,’ telponnya. ‘’Ia Kakak sedikit lagi saya tiba di STFT,” jawab saya. Itulah kedekatan yang tidak bisa dilupakan,” kenang Dharma Somba.

Baca Juga :  Hanya Pisahkan Secara Administrasi, Untuk orang Papua Tetap Ada

 Selain itu, yang dikagumi, Pater Neles juga penulis buku dan selalu mendorong jurnalis untuk menulis, berbagai buku sudah dihasilkan. “ Walapun raga beliau sudah tidak bersama kita lagi tetapi kebaikannya tetap menginspirasi,” ujarnya.

Salah satu sahabat dan rekan yang selalu bersama Alm.Pater  Neles adalah  Ibu  Andriana  Elisabeth, peneliti dari LIPI. Ia mempunyai kesan yang mendalam terhadap sosok Pater Neles Tebay.

 Baginya. Pater Neles adalah intelektual Papua yang sangat konsisten dalam “berjuang” mengatasi persoalan-persoalan mendasar yang ada di Papua terutama melalui pendekatan dialogis.

“ Pater sangat luas pengetahuannya karena kegemarannya membaca dan menganalisis upaya rekonsiliasi Papua baik melalui pertemuan, pelatihan dan juga lobby kepada para pengambil keputusan di Jakarta. Pater Neles sangat yakin bahwa suatu saat nanti dialog akan terwujud,” ungkapnya.

  Dengan kepergian pater untuk selamanya, anggota JDP perlu segera memikirkan bagaimana dapat meneruskan “tongkat estafet” dialog agar sungguh dapat terwujud. “ Meskipun tidak mudah tapi saya percaya, JDP mampu melakukannya bersama elemen-elemen pemerintah dan masyarakat yang selama ini mendukung dialog damai bagi masa depan Papua yang lebih demokratis dan bermartabat,” ujar Adriana.

  Pater Neles Tebay menghembuskan nafasnya yang terakhir, pada Minggu (14/4) dii Rumah Sakit Sr. Carolus Jakarta. Setelah sebelumnya Pater berjuang melawan sakit di tubuhnya.

   Dedikasi dan perjuangan mendorong upaya-upaya penyelesaian konflik di Papua. Bersama Jaringan Damai  Papua ( JDP) yang dibentuknya, ia terus memperjuang kan dialog Papua-Jakarta sebegai jalan damai untuk menyelesaikan konflik di Papua. 

  Neles Tebay dilahirkan Kabupaten Dogiyai, pada 13 Februari 1964. Dia menyelesaikan S-1 dalam bidang teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura tahun 1990,  Selanjutnya pada 21  Juli 1992 dia ditahbiskan menjadi imam Projo pada Keuskupan Jayapura, di Waghete, Kabupaten Deiyai.

  Dalam perayaan pentahbisan imamatnya, dia diberikan nama adat yakni Kebadabi, yang dalam bahasa Mee, berarti “orang yang membuka pintu atau jalan”.

   Pater Neles kemudian menyelesaikan program Master dalam bidang Pelayanan Pastoral pada Universitas Ateneo de Manila, Philipina, tahun 1997 dengan tesisnya berjudul Ekarian Christian Images of Jesus.

Dia kemudian mengajar teologi pada STFT Fajar Timur . Di tahun 2000, dia dikirim ke Roma, Italia, untuk belajar Misiologi. Pada Maret 2006, dia menyelesaikan program doktoral dalam bidang Misiologi pada Universitas Kepausan Urbaniana, di Roma. Desertasi doktoralnya berjudul The Reconciling Mission of the Church in West Papua in the Light of Reconciliatio et Paenitentia

  Rencananya jenazah Pater Neles Tebay  akan tiba di Jayapura pada Selasa (16/4), dan selanjut pada Rabu (16/4) akan diterbangkan ke Timika untuk dimakamkan. (***)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya