Friday, March 29, 2024
30.7 C
Jayapura

Diskursus Pemolisian Polda Papua Menuju Papua yang Damai dan Sejahtera

Implementasi dalam Pendekatan Kesejahteraan atau Kemanusiaan di Papua Melalui Konsep “Binmas Noken”

JAYAPURA-Diskursus Pemolisian Polda Papua menuju Papua yang damai dan sejahtera, inilah yang sedang gencar-gencarnya dilakukan Polda Papua saat ini.

Kegiatan Diskursus Pemolisian Polda Papua dengan tema “Melalui Diskursus Pemolisian Menuju Papua Yang Damai dan Sejahtera” ini diselenggarakan di Aula Suni Hotel & Convention Abepura, Selasa (15/2).

Kegiatan tersebut dipimpin langsung Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri. S.I.K dan dihadiri Sekda Provinsi Papua Dr. Ridwan Rumasukun, SE., MM., Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa, Bupati Mamberamo Raya Jhon Tabo, Bupati Puncak, Willem Wandik, Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni,  Bupati Puncak Jaya, Dr. Yuni Wonda, SIP., MM., Penjabat Bupati Yalimo Ribka Haluk, Rektor Uniyap Didik S.S Mabui, Ketua Umum Pemuda Adat Papua Jan Christian Arebo.

Hadir juga, Ketua DPRD Pegunungan Bintang Demius T. U. Mabin, Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT, tokoh agama yang juga ketua FKUB Provinsi Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk, Penulis dan Peneliti Kristin Samah, Dekan FISIP UI Prof. Semiarto Aji, Sekertaris Kompolnas Irjen Pol. Dr. Purn. Beni Mamoto, Peneliti CSIS Prof. J. Kristiadi, pejabat utama Polda Papua, Kapolres Jajaran.

Gubernur Provinsi Papua yang diwakili Sekda Provinsi Papua Dr. Ridwan Rumasukun, SE., MM.,  dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini sangat baik yang mana semua sudah dimaknai dengan Noken. Dimana Noken diberikan kepada setiap hadirin yang merupakaan cerminan kegiatan bahwa saya bangga karena Saya Papua.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri, S.I.K berbagi pemahaman empirik, dan konsep pemikiran tentang dinamika Pemolisian di Polda Papua.

Kapolda juga tak lupa mengingatkan soal Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) mengatakan, nama ‘Papua’ menurut Gus Dur bisa berarti kebanggaan dan membuat orang yang menyandangnya merasa dimanusiakan. Gus Dur mengembalikan harkat-martabat orang Papua dan sekarang Jokowi melanjutkannya, dengan cara membangun Papua agar kesejahteraan masyarakat meningkat.

Dikatakan Kapolda, Presiden Joko Widodo terus meningkatkan pembangunan dengan memberikan bobot pembangunan yang lebih substansial dan harapan baru. Keseriusan presiden tertuang dalam Inpres No. 9 Tahun 2020 tentang percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Implementasi pendekatan atau interaksi yang sangat efektif bagi Polda Papua kepada masyarakatnya adalah pendekatan secara humanis atau soft approach policing. Inpres No 9/2020 secara spesifik dijabarkan dalam kebijakan Kapolri, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo yaitu mewujudkan Transformasi Polri yang Presisi (Prediktif, Responsibilitas serta Transparansi berkeadilan). Implementasi dalam pendekatan kesejahteraan atau kemanusiaan (soft approach policing) di Papua melalui konsep “Binmas Noken”.

Binmas merupakan sebuah fungsi di kepolisian yang dipadukan dengan “noken”, sebuah konsep kearifan lokal bermakna kemakmuran, keluhuran dan keagungan (dignity) masyarakat Papua.

Damai Cartenz dan Rasaka Cartenz 2022, Tema Presidensi G20 Indonesia tahun ini adalah Recover Together, Recover Stronger. Sesuai agenda World Economic Forum di tahun 2022, “Indonesia berusaha agar Presidensi G20 Tahun 2022 dapat menjawab keresahan dan kecemasan masyarakat dunia dengan menjadi katalis bagi pemulihan ekonomi global yang inklusif,” tuturnya.

Baca Juga :  Tiga Penyedia Senpi dan Amunisi KKB Ditangkap

Melalui teknologi, mampu mendorong produksi berbasis ekonomi hijau. Penyelenggaraan G20 di Indonesia menuntut kesiapan dan kesigapan pada aspek keamanan, yang merupakan salah satu menjadi agenda penting. Presiden menegaskan agar stabilitas keamaman dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), salah satunya agar masalah keamanan di Papua tetap kondusif.

Menyikapi agenda tersebut, Polda Papua menggelar dua operasi khusus kepolisian yaitu Damai Cartenz 2022 (25 Januari 2022 hingga 25 Juni 2022) dan Rastra Samara Kasih (Rasaka) Cartenz 2022 mulai beroperasi di awal Maret 2022 hingga akhir tahun 2022.

Dikatakan Kapolda, Diksi “operasi kepolisian” merupakan kegiatan Kepolisian yang ditingkatkan. Operasi Damai Cartenz merupakan transformasi dari Operasi Nemangkawi. Sementara Operasi Rasaka Cartenz dari Bahasa Sansekerta, yaitu “Rasaka (Rasta Samara Kasih) Cartenz”, secara harfiah Rastra: Bangsa, Samara: Penjaga, dan Kasih yang memiliki arti rasa memiliki dan menyayangi, bagaimana memberikan yang terbaik untuk orang lain. Sedangkan Cartenz adalah puncak gunung tertinggi di Indonesia yang berada di Papua.

Pada tahun 2018, Kapolri Jenderal Polisi Prof. Tito Karnavian, PhD membentuk operasi khusus Nemangkawi di Papua untuk memelihara kondusifitas situasi Kamtibmas dan pemberdayaan masyarakatnya. Operasi ini memadukan unsur penegakan hukum (law enforcement) sekaligus operasi Kepolisian dengan pola humanis (soft approach), dinamakan Binmas Noken.

Binmas Noken di era kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit terus dikembangkan penggelarannya mengedepankan fungsi Binmas (Pembinaan Masyarakat).

Konsep Binmas Noken bertumpu pada kearifan lokal (local wisdom) dengan banyak mendengar dan mencoba membangun dari perspektif nilai-nilai yang tumbuh berkembang.

Binmas Noken diimplemeentasikan dengan program-program (jargon) kearifan masyarakat lokal, yaitu; Kasuari (Kesejahteraan Untuk Anak Negeri), Koteka (Komunikasi Tokoh Elit Kamtibmas), Si-ipar ( Polisi Pi-Ajar), Peka (Peduli Kamtibmas), Matoa (Millennial Torang Maju), Papeda (Pemuda Pemudu Cendekia), TIFA (Torang Insan Faham Adat: Madarwis), Keladi Sagu (Kesehatan Lambang Diri-Sehat Guna), Gempita (Gembala Pelita Kamtibmas) dan Pace-Pol.

“Keseluruhan program tersebut merupakan fasilitas bagi terwujudnya interaksi Polri dan masyarakat yang bermartabat. Dalam mewujudkan Kamtibmas (To win the hearts and mind the people of Papua),” kata Kapolda.

Selain itu, dengan kompleksitas persoalan yang ada di Papua, Lembaga Ilmu Kepolisian perlu mendesain kegiatan dan operasi Kepolisian yang tepat sasaran, terukur, berkelanjutan, dan berimplikasi strategis dalam ranah riset di Papua.

Posisi Papua’s Enhancement Research Strategic (PERS) merupakan perpaduan empirik dengan logika intelektual sebagai upaya strategis bagi lembaga Pendidikan (khususnya kepolisian), pemerintah (baik nasional dan daerah), serta masyarakat Papua secara umum dalam mewujudkan pembangunan di Papua secara beradab dan bermartabat.

“Sasaran akhir dari implementasi operasi ini adalah masyarakat produktif dengan berbagai aktivitas atau dinamika pemenuhan kesejahteraan. Dalam menunjang tugas Pemolisian tersebut, literasi sangat diperlukan. Literasi yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya soal membaca dan menulis, namun juga berkaitan dengan keaksaraan atau bahasa dan berkembang menjadi konsep fungsional pada dasawarsa 1960-an,” jelasnya.

Dalam rangka menggelorakan semangat literasi di tubuh Polri, Polda Papua telah menulis dalam beberapa buku tentang konsep pemetaan dan pemecahan masalah di Papua melalui pendekatan humanis, utamanya kegiatan-kegiatan implementasi Pemolisian yang telah dilaksanakan di Papua.

Baca Juga :  Masyarakat Nduga yang Mencari Perlindungan Akibat Konflik Jangan Ditangkap!

Buku-buku tersebut adalah: 1. Biografi Pikiran & Tindakan Mathius D. Fakhiri: Dibalik Kisah Sepatu Sobek Sang Jenderal; 2. Jejak Cinta Untuk Papua; 3. Binmas Noken: Konsep Dan Implementasinya Dalam Pandangan Prof. CDL; 4. Pendekatan Humanis Merebut Hati Papua; 5. Infinite Noken: Terajut Asa, Terisi Harap; 6. Vademikum Polda Papua; 7. Polda Papua PON XX – PEPARNAS XVI : Prestasi Di Tengah Pandemi; 8. Meniti Jalan Damai: Dinamika Pemolisian Humanis Polda Papua; 9. Company Profile Polda Papua: Sori Busyo Yai Se (Pengawal Dan Penjaga Peradaban Tanah Ini).

Dalam acara Diskursus Pemolisian Polda Papua dilakukan penyerahan piagam, buku dan Noken kepada 8 tokoh perwakilan oleh Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri S.I.K dan Sekda Provinsi Papua Ridwan Rumasukun.

Delapan tokoh tersebut yakni Tokoh Adat Maximus Lani,  Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa, tokoh agama Pdt. Lipiyus Biniluk, tokoh cendekiawan Rektor Uncen Apolo Safanpo, tokoh pemuda Charles Toto, penulis dan peneliti Kristin Samah dan tokoh nasional Prof (Ris) Hermawan Sulistiyo MA Phd.

Sementara itu, beberapa Bupati Paniai memberikan tanggapan positifnya dan mengapresiasi terkait dengan Diskursus Pemolisian Polda Papua.

Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa menyampaikan, restorasi justice yang cocok diterapkan di tanah Papua. Sebagaimana budaya di Meepago itu muna muna, artinya masyarakat duduk dan diskusi dan selesaikan masalah sendiri dan Kapolda sudah mempunyai program itu.

“Bupati berada di depan untuk menyelesaikan konflik dan polisi dibelakang itu hal yang baik, yang pasti Pemerintah di daerah siap mendukung program Kapolda,” kata Bupati Fritz Nawipa.

Untuk pendekatan kesejahteraan, Paniai melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui petani kopi. Dimana Pemda membayar Rp 2.500 per pohon perbulannya kepada petani, dan saat ini petani sudah menanam 686.986 pohon, dalam tiga tahun belakangan ini.

“Program Polda Papua dan Pemda Paniai bergandengan tangan untuk bagaimana mensejahterakan rakyat, dengan pemberdayaan ekonomi rakyat,” kata Bupati Paniai.

Di tempat yang sama, Bupati Puncak Willem Wandik memberikan apresiasi kepada Kapolda dan Pangdam.

“Dengan pendekatan yang dilakukan, orang tidak lagi takut dengan TNI-Polri,” kata Bupati Puncak.

Menurut Bupati Willem Wandik, harus ada kerja sama antara TNI-Polri, Pemda, tokoh masyarakat, gereja bahkan kelompok kelompok tertentu. Perlunya membangun kemonuksi, karena sentuhan komunikasi menjadi kunci untuk kita semua.

“Berikan nilai positif kepada semua elemen yang ada di daeah konflik, dan semua punya tugas untuk menciptakan kedamaian,” ucapnya.

 Sementara itu, Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni menyampaikan, program Polda Papua bermanfaat untuk menekan terutama menangani masalah masalah di Papua terkhusus di daearah konflik yang bersenjata.

“Dengan program ini harapan kedepan mengatasi masalah dengan baik, kami di daerah konflik perlahan mulai menerapkan dimana pemerintah berada di depan sementara aparat berada di belakang dalam penanganan konflik bersenjata,” ucap Bupati Natalis Tabuni.

Lanjutnya, sekalipun di daerahnya bergejolak, namun masyarakat tetap terkendali dalam hal keamanan. Bupati berharap kedepanya saling mendukung dalam pelaksanaan tugas, terutama penanganan konflik bersenjata yang ada di Intan Jaya. (fia/nat)

Implementasi dalam Pendekatan Kesejahteraan atau Kemanusiaan di Papua Melalui Konsep “Binmas Noken”

JAYAPURA-Diskursus Pemolisian Polda Papua menuju Papua yang damai dan sejahtera, inilah yang sedang gencar-gencarnya dilakukan Polda Papua saat ini.

Kegiatan Diskursus Pemolisian Polda Papua dengan tema “Melalui Diskursus Pemolisian Menuju Papua Yang Damai dan Sejahtera” ini diselenggarakan di Aula Suni Hotel & Convention Abepura, Selasa (15/2).

Kegiatan tersebut dipimpin langsung Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri. S.I.K dan dihadiri Sekda Provinsi Papua Dr. Ridwan Rumasukun, SE., MM., Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa, Bupati Mamberamo Raya Jhon Tabo, Bupati Puncak, Willem Wandik, Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni,  Bupati Puncak Jaya, Dr. Yuni Wonda, SIP., MM., Penjabat Bupati Yalimo Ribka Haluk, Rektor Uniyap Didik S.S Mabui, Ketua Umum Pemuda Adat Papua Jan Christian Arebo.

Hadir juga, Ketua DPRD Pegunungan Bintang Demius T. U. Mabin, Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT, tokoh agama yang juga ketua FKUB Provinsi Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk, Penulis dan Peneliti Kristin Samah, Dekan FISIP UI Prof. Semiarto Aji, Sekertaris Kompolnas Irjen Pol. Dr. Purn. Beni Mamoto, Peneliti CSIS Prof. J. Kristiadi, pejabat utama Polda Papua, Kapolres Jajaran.

Gubernur Provinsi Papua yang diwakili Sekda Provinsi Papua Dr. Ridwan Rumasukun, SE., MM.,  dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini sangat baik yang mana semua sudah dimaknai dengan Noken. Dimana Noken diberikan kepada setiap hadirin yang merupakaan cerminan kegiatan bahwa saya bangga karena Saya Papua.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri, S.I.K berbagi pemahaman empirik, dan konsep pemikiran tentang dinamika Pemolisian di Polda Papua.

Kapolda juga tak lupa mengingatkan soal Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) mengatakan, nama ‘Papua’ menurut Gus Dur bisa berarti kebanggaan dan membuat orang yang menyandangnya merasa dimanusiakan. Gus Dur mengembalikan harkat-martabat orang Papua dan sekarang Jokowi melanjutkannya, dengan cara membangun Papua agar kesejahteraan masyarakat meningkat.

Dikatakan Kapolda, Presiden Joko Widodo terus meningkatkan pembangunan dengan memberikan bobot pembangunan yang lebih substansial dan harapan baru. Keseriusan presiden tertuang dalam Inpres No. 9 Tahun 2020 tentang percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Implementasi pendekatan atau interaksi yang sangat efektif bagi Polda Papua kepada masyarakatnya adalah pendekatan secara humanis atau soft approach policing. Inpres No 9/2020 secara spesifik dijabarkan dalam kebijakan Kapolri, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo yaitu mewujudkan Transformasi Polri yang Presisi (Prediktif, Responsibilitas serta Transparansi berkeadilan). Implementasi dalam pendekatan kesejahteraan atau kemanusiaan (soft approach policing) di Papua melalui konsep “Binmas Noken”.

Binmas merupakan sebuah fungsi di kepolisian yang dipadukan dengan “noken”, sebuah konsep kearifan lokal bermakna kemakmuran, keluhuran dan keagungan (dignity) masyarakat Papua.

Damai Cartenz dan Rasaka Cartenz 2022, Tema Presidensi G20 Indonesia tahun ini adalah Recover Together, Recover Stronger. Sesuai agenda World Economic Forum di tahun 2022, “Indonesia berusaha agar Presidensi G20 Tahun 2022 dapat menjawab keresahan dan kecemasan masyarakat dunia dengan menjadi katalis bagi pemulihan ekonomi global yang inklusif,” tuturnya.

Baca Juga :  PLN Gerak Cepat Pulihkan Suplai Listrik

Melalui teknologi, mampu mendorong produksi berbasis ekonomi hijau. Penyelenggaraan G20 di Indonesia menuntut kesiapan dan kesigapan pada aspek keamanan, yang merupakan salah satu menjadi agenda penting. Presiden menegaskan agar stabilitas keamaman dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), salah satunya agar masalah keamanan di Papua tetap kondusif.

Menyikapi agenda tersebut, Polda Papua menggelar dua operasi khusus kepolisian yaitu Damai Cartenz 2022 (25 Januari 2022 hingga 25 Juni 2022) dan Rastra Samara Kasih (Rasaka) Cartenz 2022 mulai beroperasi di awal Maret 2022 hingga akhir tahun 2022.

Dikatakan Kapolda, Diksi “operasi kepolisian” merupakan kegiatan Kepolisian yang ditingkatkan. Operasi Damai Cartenz merupakan transformasi dari Operasi Nemangkawi. Sementara Operasi Rasaka Cartenz dari Bahasa Sansekerta, yaitu “Rasaka (Rasta Samara Kasih) Cartenz”, secara harfiah Rastra: Bangsa, Samara: Penjaga, dan Kasih yang memiliki arti rasa memiliki dan menyayangi, bagaimana memberikan yang terbaik untuk orang lain. Sedangkan Cartenz adalah puncak gunung tertinggi di Indonesia yang berada di Papua.

Pada tahun 2018, Kapolri Jenderal Polisi Prof. Tito Karnavian, PhD membentuk operasi khusus Nemangkawi di Papua untuk memelihara kondusifitas situasi Kamtibmas dan pemberdayaan masyarakatnya. Operasi ini memadukan unsur penegakan hukum (law enforcement) sekaligus operasi Kepolisian dengan pola humanis (soft approach), dinamakan Binmas Noken.

Binmas Noken di era kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit terus dikembangkan penggelarannya mengedepankan fungsi Binmas (Pembinaan Masyarakat).

Konsep Binmas Noken bertumpu pada kearifan lokal (local wisdom) dengan banyak mendengar dan mencoba membangun dari perspektif nilai-nilai yang tumbuh berkembang.

Binmas Noken diimplemeentasikan dengan program-program (jargon) kearifan masyarakat lokal, yaitu; Kasuari (Kesejahteraan Untuk Anak Negeri), Koteka (Komunikasi Tokoh Elit Kamtibmas), Si-ipar ( Polisi Pi-Ajar), Peka (Peduli Kamtibmas), Matoa (Millennial Torang Maju), Papeda (Pemuda Pemudu Cendekia), TIFA (Torang Insan Faham Adat: Madarwis), Keladi Sagu (Kesehatan Lambang Diri-Sehat Guna), Gempita (Gembala Pelita Kamtibmas) dan Pace-Pol.

“Keseluruhan program tersebut merupakan fasilitas bagi terwujudnya interaksi Polri dan masyarakat yang bermartabat. Dalam mewujudkan Kamtibmas (To win the hearts and mind the people of Papua),” kata Kapolda.

Selain itu, dengan kompleksitas persoalan yang ada di Papua, Lembaga Ilmu Kepolisian perlu mendesain kegiatan dan operasi Kepolisian yang tepat sasaran, terukur, berkelanjutan, dan berimplikasi strategis dalam ranah riset di Papua.

Posisi Papua’s Enhancement Research Strategic (PERS) merupakan perpaduan empirik dengan logika intelektual sebagai upaya strategis bagi lembaga Pendidikan (khususnya kepolisian), pemerintah (baik nasional dan daerah), serta masyarakat Papua secara umum dalam mewujudkan pembangunan di Papua secara beradab dan bermartabat.

“Sasaran akhir dari implementasi operasi ini adalah masyarakat produktif dengan berbagai aktivitas atau dinamika pemenuhan kesejahteraan. Dalam menunjang tugas Pemolisian tersebut, literasi sangat diperlukan. Literasi yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya soal membaca dan menulis, namun juga berkaitan dengan keaksaraan atau bahasa dan berkembang menjadi konsep fungsional pada dasawarsa 1960-an,” jelasnya.

Dalam rangka menggelorakan semangat literasi di tubuh Polri, Polda Papua telah menulis dalam beberapa buku tentang konsep pemetaan dan pemecahan masalah di Papua melalui pendekatan humanis, utamanya kegiatan-kegiatan implementasi Pemolisian yang telah dilaksanakan di Papua.

Baca Juga :  TNI dan KKSB Kontak Tembak di Pegubin

Buku-buku tersebut adalah: 1. Biografi Pikiran & Tindakan Mathius D. Fakhiri: Dibalik Kisah Sepatu Sobek Sang Jenderal; 2. Jejak Cinta Untuk Papua; 3. Binmas Noken: Konsep Dan Implementasinya Dalam Pandangan Prof. CDL; 4. Pendekatan Humanis Merebut Hati Papua; 5. Infinite Noken: Terajut Asa, Terisi Harap; 6. Vademikum Polda Papua; 7. Polda Papua PON XX – PEPARNAS XVI : Prestasi Di Tengah Pandemi; 8. Meniti Jalan Damai: Dinamika Pemolisian Humanis Polda Papua; 9. Company Profile Polda Papua: Sori Busyo Yai Se (Pengawal Dan Penjaga Peradaban Tanah Ini).

Dalam acara Diskursus Pemolisian Polda Papua dilakukan penyerahan piagam, buku dan Noken kepada 8 tokoh perwakilan oleh Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D. Fakhiri S.I.K dan Sekda Provinsi Papua Ridwan Rumasukun.

Delapan tokoh tersebut yakni Tokoh Adat Maximus Lani,  Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa, tokoh agama Pdt. Lipiyus Biniluk, tokoh cendekiawan Rektor Uncen Apolo Safanpo, tokoh pemuda Charles Toto, penulis dan peneliti Kristin Samah dan tokoh nasional Prof (Ris) Hermawan Sulistiyo MA Phd.

Sementara itu, beberapa Bupati Paniai memberikan tanggapan positifnya dan mengapresiasi terkait dengan Diskursus Pemolisian Polda Papua.

Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa menyampaikan, restorasi justice yang cocok diterapkan di tanah Papua. Sebagaimana budaya di Meepago itu muna muna, artinya masyarakat duduk dan diskusi dan selesaikan masalah sendiri dan Kapolda sudah mempunyai program itu.

“Bupati berada di depan untuk menyelesaikan konflik dan polisi dibelakang itu hal yang baik, yang pasti Pemerintah di daerah siap mendukung program Kapolda,” kata Bupati Fritz Nawipa.

Untuk pendekatan kesejahteraan, Paniai melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui petani kopi. Dimana Pemda membayar Rp 2.500 per pohon perbulannya kepada petani, dan saat ini petani sudah menanam 686.986 pohon, dalam tiga tahun belakangan ini.

“Program Polda Papua dan Pemda Paniai bergandengan tangan untuk bagaimana mensejahterakan rakyat, dengan pemberdayaan ekonomi rakyat,” kata Bupati Paniai.

Di tempat yang sama, Bupati Puncak Willem Wandik memberikan apresiasi kepada Kapolda dan Pangdam.

“Dengan pendekatan yang dilakukan, orang tidak lagi takut dengan TNI-Polri,” kata Bupati Puncak.

Menurut Bupati Willem Wandik, harus ada kerja sama antara TNI-Polri, Pemda, tokoh masyarakat, gereja bahkan kelompok kelompok tertentu. Perlunya membangun kemonuksi, karena sentuhan komunikasi menjadi kunci untuk kita semua.

“Berikan nilai positif kepada semua elemen yang ada di daeah konflik, dan semua punya tugas untuk menciptakan kedamaian,” ucapnya.

 Sementara itu, Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni menyampaikan, program Polda Papua bermanfaat untuk menekan terutama menangani masalah masalah di Papua terkhusus di daearah konflik yang bersenjata.

“Dengan program ini harapan kedepan mengatasi masalah dengan baik, kami di daerah konflik perlahan mulai menerapkan dimana pemerintah berada di depan sementara aparat berada di belakang dalam penanganan konflik bersenjata,” ucap Bupati Natalis Tabuni.

Lanjutnya, sekalipun di daerahnya bergejolak, namun masyarakat tetap terkendali dalam hal keamanan. Bupati berharap kedepanya saling mendukung dalam pelaksanaan tugas, terutama penanganan konflik bersenjata yang ada di Intan Jaya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya