JAYAPURA-Belakangan ini, demo kerap terjadi di tanah Papua yang mengangkat berbagai persoalan. Namun yang paling sering terjadi akhir-akhir ini adalah demo terkait penolakan pemekaran dan Daerah Otonom Baru (DOB).
Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP., MH., menyampaikan, masa depan Papua ada di tangan orang Papua. Untuk itu, apa yang mahasiswa bicarakan untuk Papua, apa yang mereka katakan adalah benar dan tidak tipu.
“Mahasiswa bicara itu benar adanya. Masa depan negeri ini ada di tangan mereka (mahasiswa-red). Apapun yang terjadi adalah milik mereka (mahasiswa-red). Mereka rasakan dampak yang akan terjadi ke depan. Bukan kekuasaan atau ambisi apalagi merebut jabatan,” kata Gubernur Enembe dalam arahannya saat menghadiri ramah tamah dengan Rektor dan pimpinan Universitas Cenderawasih di Rektorat Uncen, kampus Waena, Senin (13/6).
“Apa yang dibicarakan mahasiswa itu benar semua. Saya membenarkan itu. Asal jangan diblokir atau dibunuh, itu saja. Jangan polisi bunuh mereka, sejauh aman kita benarkan,” tegas Gubernur Enembe.
Menurut orang nomor satu di Papua ini, persoalan Papua yang setiap hari demo karena ada benarnya. Oleh sebab itu, Gubernur Enembe menyampaikan maaf kepada Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT.
“Mohon maaf bapak Rektor Uncen jika selalu disibukkan dengan demo. Jadi rektor tujuannya untuk menangani mereka itu tanggung jawab rektor. Jangan berkecil hati atau bersusah hati. Apa yang disampaikan pendemo benar semua, tidak ada yang salah dan sebagai orang Papua saya terima itu,” kata Gubernur Enembe.
Terkait dengan demo penolakan DOB atau pemekaran, Gubernur Enembe berpandangan bahwa kenapa tidak mau dimekarkan lantaran jika terjadi pemekaran maka imigran menjadi jumlah terbanyak di Papua untuk mengisi di empat provinsi yang ada.
“Imigran semakin banyak dan tidak mampu kita menghasilkan pendapatan hasil daerah. Kabupate/kota sudah jadi, tetapi sekarang tidak bisa, penduduknya sedikit dan apa yang kita mau taruh di situ dengan jumlah penduduk yang sedikit lalu kita memaksakan. Yang saya katakan analisa kita seperti itu,” bebernya.
Gubernur juga menyebut bahwa banyak yang tidak masuk pikiran. Dimana memaksakan keinginan pemerintah pusat untuk kepentingan mengendalikan orang di kawasan tertentu yang ada di Papua.
“Kepentingan untuk mengendalikan orang di kawasan tertentu tetapi tidak akan, karena ideologi mereka sudah di luar dari kita dan nasionalismenya berbeda. Saya melihat seperti itu,” tegasnya.
Gubernur Enembe juga menyampaikan harus ada solusi untuk kondisi di Papua, bisa dibicarakan dan didiskusikan untuk masa depan Papua.
“Tidak dengan senjata, tidak dengan baku bunuh dimana TNI-Polri dibunuh,TPNOPM dibunuh padahal sesama manusia. Namun kenapa kita saling membunuh, kita bisa membicarakan penyelesaian soal Papua secara damai. Ini solusi yang saya tawarkan ke Jokowi untuk membicarakan tetapi negara ini kita memakluminya saja,” tutupnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Cenderawasih, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT menyampaikan, demo salah satu bentuk penyampaian aspirasi. “Artinya siapa saja boleh menyampaikan aspirasinya secara tertulis maupun secara lisan, baik di ruang ruang publik maupun ruang ruang privat dengan tetap menjaga tata tertib, menjaga hak orang lain untuk beraktivitas dan lainnya,” kata Rektor Apolo Safanpo kepada wartawan.
Lanjut Rektor Apolo Safanpo, soal aspirasi ditujukan kepada siapa itu sudah biasa terjadi dalam alam demokrasi jadi tidak masalah. (fia/nat)