Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Bentrok Berlanjut, 7 Honai Dibakar

*Temui Warga, Kapolres dan Dandim Jayawiaya Antar Jenazah Korban Bentrok 

WAMENA-Bentrok antar dua kelompok warga yang terjadi Jumat (10/7) lalu di Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, berlanjut Sabtu (11/7) dini hari. 

Kabar meninggalnya seorang tokoh agama Pdt. Kin Tabuni yang menjadi korban dalam bentrok dua kelompok warga tersebut, membuat keluarga korban melakukan penyerangan ke keluarga Komba. 

Tidak ada korban jiwa dalam aksi penyerangan tersebut. Namun 7 honai milik warga dilaporkan dibakar dibakardalam bentrok susulan tersebut. 

ANTAR JENAZAH: Kapolres Jayawijaya, AKBP. Dominggus Rumaropen dan Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto, SH., saat ikut mengantar jenazah Pdt Kin Tabuni korban bentrok di Kampung Algonik, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (11/7).  (FOTO:Denny/Cepos)

Untuk mencegah bentrok yang berkelanjutan, Polres Jayawijaya melakukan penambahan personel yang diback Kodim 1702/Jayawijaya dan Satgas 751. 

Selain itu, Kapolres AKBP. Dominggus Rumaropen bersama Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto, SH., ikut mengantar jenazah Pdt Kin Tabuni bersama pihak keluarga dari RSUD Wamena ke Kampung Algonik. 

Di kampung tersebut, Kapolres Dominggus Rumaropen bersama Dandim Candra Dianto melakukan pendekatan dengan warga khususnya keluarga korban agar menyerahkan kasus bentrok ini kepada Kepolisian untuk diselesaikan baik secara hukum maupun adat. 

Kapolres Jayawijaya, AKBP. Dominggus Rumaropen yang dikonfirmasi membenarkan adanya pembakaran 7 honay di Distrik Piramid pasca bentrok dua kelompok warga, Jumat (10/7).

Baca Juga :  Bupati se- Papua Tengah Diminta Turunkan Angka Stunting dan Kemiskinan Ekstream

Keluarga korban menurut Rumaropen tidak dapat menerima kabar meninggalnya Pdt. Kin Tabuni yang sempat dilarikan ke RSUD Wamena.  

 “Sejak Sabtu subuh, situasi kembali memanas. Dimana keluarga korban Pdt. Kin Tabuni melakukan penyerangan kepada keluarga Komba dan membakar 7 honay. Tidak ada korban jiwa dalam penyerangan tersebut, karena 7 honai yang dibakar sudah dalam keadaan kosong,” jelas Dominggus Rumaropen, Minggu (12/7). 

Pasca terjadinya bentrok akibat klaim maasalah tanah, Dominggus Rumaropen mengaku telah mengirim personel Polres Jayawijaya ditambah anggota Brimob ke Polsek Kimbim, Jumat (10/7) malam. 

Selain itu, Rumaropen mengatakan dirinya bersama Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto, SH., juga ikut mengawal jenazah korban bentrok ke Kampung Algonik yang telah dimakamkan, Minggu (12/7) kemarin.

Setibanya di Kampung Algonik, Kapolres bersama Dandim Jayawijaya langsung melakukan pendekatan dengan masyarakat terutama keluarga korban. 

“Saya coba untuk mengimbau masyarakat agar masalah tak berkembang. Kami juga siap memfasilitasi penyelesaian,” jelasnya. 

 Diakuinya, keluarga korban setuju untuk masalah ini diselesaikan di Polres Jayawijaya untuk menghindari jatuhnya korban. Penyelesaian masalah ini menurutnya dilakukan setelah pihak keluarga memakamkan jenazah korban bentrok. 

“Setelah jenazah dimakamkan, pihak keluarga korban akan datang ke Polres untuk memberikan keterangan. Untuk penyelesaian masalah ini kami telah mengingatkan bahwa negara ini adalah negara hukum, sehingga proses hukum akan tetap dilakukan. Kemudian apabila dilakukan penyelesaian secara adat kami siap untuk memfasilitasi sehingga tetap diterapkan hukum positif dan hukum adat. Keluarga korban sudah sepakat menyerahkan kepada kepolisian,” tambahnya. 

Baca Juga :  Masih Sakit, Lukas Enembe Tak Penuhi Panggilan Kedua KPK

Kapolres Ramaropen mengatakan, saat ini tiga orang terduga pelaku sudah diamankan yaitu EK (40), JK (30) dan SK (25). Ketiga terduga pelaku bentrok yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa ini sempat melarikan diri ke Distrik Molagalome. 

Namun berkat kerja sama yang baik antara tokoh adat dan kepala Distrik Molagalome, ketiganya berhasil diamankan dan selanjutnya diantar oleh kepala Kampung Algonik ke Mapolres Jayawijaya untuk dimintai keterangannya.

Secara Terpisah Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto  membenarkan adanya negosiasi dan mediasi yang dilakukan pasca bentrok antar dua kelompok warga di Kampung Algonik, Distrik Piramid yang mengakibatkan Pdt. Kin Tabuni meninggal dunia akibat luka bacok pada lengan kiri dan kepala bagian belakang.

“Keluarga almarhum Pdt. Kin Tabuni berkumpul di beberapa titik dengan membawa senjata tajam berupa panah dan parang serta melakukan tarian perang (Waita) dengan tujuan mencari pelaku pembunuhan. Namun  kami dan Kapolres Jayawijaya  bisa mengendalikan situasi,” tuturnya.

Candra Dianto mengatakan, dirinya bersama Kapolres Jayawijaya melakukan pendekatan dengan kepala suku perang agar tidak melakukan aksi penyerangan untuk mencari pelaku, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah.

“Kami mengimbau agar persoalan ini diserahkan kepada pihak keamanan dan masing-masing pihak menahan diri agar tidak terjadi pertumpahan darah. Kami dari aparat keamanan TNI-Polri siap untuk memfasilitasi proses penyelesaian masalah ini agar tidak terus berkembang luas. Masyarakat juga bisa mempercayai aparat dalam menyelesaikan masalah tersebut,”tutup Dandim Candra Dianto.(jo/nat) 

*Temui Warga, Kapolres dan Dandim Jayawiaya Antar Jenazah Korban Bentrok 

WAMENA-Bentrok antar dua kelompok warga yang terjadi Jumat (10/7) lalu di Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, berlanjut Sabtu (11/7) dini hari. 

Kabar meninggalnya seorang tokoh agama Pdt. Kin Tabuni yang menjadi korban dalam bentrok dua kelompok warga tersebut, membuat keluarga korban melakukan penyerangan ke keluarga Komba. 

Tidak ada korban jiwa dalam aksi penyerangan tersebut. Namun 7 honai milik warga dilaporkan dibakar dibakardalam bentrok susulan tersebut. 

ANTAR JENAZAH: Kapolres Jayawijaya, AKBP. Dominggus Rumaropen dan Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto, SH., saat ikut mengantar jenazah Pdt Kin Tabuni korban bentrok di Kampung Algonik, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (11/7).  (FOTO:Denny/Cepos)

Untuk mencegah bentrok yang berkelanjutan, Polres Jayawijaya melakukan penambahan personel yang diback Kodim 1702/Jayawijaya dan Satgas 751. 

Selain itu, Kapolres AKBP. Dominggus Rumaropen bersama Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto, SH., ikut mengantar jenazah Pdt Kin Tabuni bersama pihak keluarga dari RSUD Wamena ke Kampung Algonik. 

Di kampung tersebut, Kapolres Dominggus Rumaropen bersama Dandim Candra Dianto melakukan pendekatan dengan warga khususnya keluarga korban agar menyerahkan kasus bentrok ini kepada Kepolisian untuk diselesaikan baik secara hukum maupun adat. 

Kapolres Jayawijaya, AKBP. Dominggus Rumaropen yang dikonfirmasi membenarkan adanya pembakaran 7 honay di Distrik Piramid pasca bentrok dua kelompok warga, Jumat (10/7).

Baca Juga :  Hari ini, Paulus Waterpauw Dilantik sebagai Penjabat Gubernur Papua Barat

Keluarga korban menurut Rumaropen tidak dapat menerima kabar meninggalnya Pdt. Kin Tabuni yang sempat dilarikan ke RSUD Wamena.  

 “Sejak Sabtu subuh, situasi kembali memanas. Dimana keluarga korban Pdt. Kin Tabuni melakukan penyerangan kepada keluarga Komba dan membakar 7 honay. Tidak ada korban jiwa dalam penyerangan tersebut, karena 7 honai yang dibakar sudah dalam keadaan kosong,” jelas Dominggus Rumaropen, Minggu (12/7). 

Pasca terjadinya bentrok akibat klaim maasalah tanah, Dominggus Rumaropen mengaku telah mengirim personel Polres Jayawijaya ditambah anggota Brimob ke Polsek Kimbim, Jumat (10/7) malam. 

Selain itu, Rumaropen mengatakan dirinya bersama Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto, SH., juga ikut mengawal jenazah korban bentrok ke Kampung Algonik yang telah dimakamkan, Minggu (12/7) kemarin.

Setibanya di Kampung Algonik, Kapolres bersama Dandim Jayawijaya langsung melakukan pendekatan dengan masyarakat terutama keluarga korban. 

“Saya coba untuk mengimbau masyarakat agar masalah tak berkembang. Kami juga siap memfasilitasi penyelesaian,” jelasnya. 

 Diakuinya, keluarga korban setuju untuk masalah ini diselesaikan di Polres Jayawijaya untuk menghindari jatuhnya korban. Penyelesaian masalah ini menurutnya dilakukan setelah pihak keluarga memakamkan jenazah korban bentrok. 

“Setelah jenazah dimakamkan, pihak keluarga korban akan datang ke Polres untuk memberikan keterangan. Untuk penyelesaian masalah ini kami telah mengingatkan bahwa negara ini adalah negara hukum, sehingga proses hukum akan tetap dilakukan. Kemudian apabila dilakukan penyelesaian secara adat kami siap untuk memfasilitasi sehingga tetap diterapkan hukum positif dan hukum adat. Keluarga korban sudah sepakat menyerahkan kepada kepolisian,” tambahnya. 

Baca Juga :  Karena Cuaca, Semifinal DBL Dilanjutkan Hari Ini

Kapolres Ramaropen mengatakan, saat ini tiga orang terduga pelaku sudah diamankan yaitu EK (40), JK (30) dan SK (25). Ketiga terduga pelaku bentrok yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa ini sempat melarikan diri ke Distrik Molagalome. 

Namun berkat kerja sama yang baik antara tokoh adat dan kepala Distrik Molagalome, ketiganya berhasil diamankan dan selanjutnya diantar oleh kepala Kampung Algonik ke Mapolres Jayawijaya untuk dimintai keterangannya.

Secara Terpisah Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto  membenarkan adanya negosiasi dan mediasi yang dilakukan pasca bentrok antar dua kelompok warga di Kampung Algonik, Distrik Piramid yang mengakibatkan Pdt. Kin Tabuni meninggal dunia akibat luka bacok pada lengan kiri dan kepala bagian belakang.

“Keluarga almarhum Pdt. Kin Tabuni berkumpul di beberapa titik dengan membawa senjata tajam berupa panah dan parang serta melakukan tarian perang (Waita) dengan tujuan mencari pelaku pembunuhan. Namun  kami dan Kapolres Jayawijaya  bisa mengendalikan situasi,” tuturnya.

Candra Dianto mengatakan, dirinya bersama Kapolres Jayawijaya melakukan pendekatan dengan kepala suku perang agar tidak melakukan aksi penyerangan untuk mencari pelaku, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah.

“Kami mengimbau agar persoalan ini diserahkan kepada pihak keamanan dan masing-masing pihak menahan diri agar tidak terjadi pertumpahan darah. Kami dari aparat keamanan TNI-Polri siap untuk memfasilitasi proses penyelesaian masalah ini agar tidak terus berkembang luas. Masyarakat juga bisa mempercayai aparat dalam menyelesaikan masalah tersebut,”tutup Dandim Candra Dianto.(jo/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya