JAYAPURA – Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) hingga kini masih menyandera pilot Philip Mark Mehrtens. Satu tahun sudah pilot berkebangsaan Selandia Baru ini bersama Egianus Kogoya dkk.
Dari beberapa video yang sempat terpublish ia ternyata dalam kondisi baik dan terlihat tetap sehat. Namun dari video terakhir yang dibuat pada 23 Desember 2023, Philips sempat mengeluh soal penyakit asmanya.
Iapun meminta untuk disiapkan ventolin inhalers untuk mengantisipasi sewaktu – waktu jika ia terkena asma. Ventolin merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernafasan seperti asma dan paru – paru. Selain itu ia juga meminta disiapkan e Book Reader seperti aplikasi kindle berbahasa Inggris.
Philips dengan tersenyum menyampaikan bahwa ia diperlakukan dengan baik oleh kelompok penyandera dan berharap bisa segera dibebaskan untuk bertemu istri dan anaknya.
“Saya sempat ketemu komandan (Egianus Kogoya) dan mendengar bahwa mereka akan menyiapkan beberapa hal untuk saya,” jelas Philips. Philips juga mendoakan istri dan anaknya tetap sehat meski ia masih membutuhkan waktu untuk bisa bertemu.
“Semoga bisa dilakukan panggilan telepon jika sudah ada wifi,” imbuhnya.
Sementara Jubir TPN PB, Sebby Sembom menyampaikan bahwa untuk keluhan sakit asma sang pilot pihak keluarga pilot sudah menyiapkan obat dan tim TPN akan mengantarkan pesanan obat tersebut.
“Sudah disiapkan, nanti kami antarkan obatnya,” kata Sebby. Hanya untuk sampai ke lokasi dikatakan membutuhkan waktu sekitar 2 minggu karena orang yang antar akan melakukan perjalanan darat.
Sebby mengatakan bahwa pilot sesungguhnya bukan merupakan target utama, melainkan jaminan atas pelanggaran pemerintah Indonesia yang mengijinkan penerbangan sipil memasuki di wilayah perang.
Lalu penyanderaan terjadi sesuai standar hukum perang. Pilot Philip Max Mehrtens mendaratkan pesawatnya di wilayah perang dengan menggunakan perusahaan penerbangan Susi Air yang disubsidi oleh pemerintah Indonesia.
“TPNPB-OPM Ndugama Darakma mencurigai Pilot Asal Selandia Baru ini menjalankan tugas operasi perintis yang merupakan operasi Intelijen Indonesia untuk menghancurkan perjuangan bangsa Papua serta memata-matai pergerakan kami,” bebernya.
Mereka juga menyebut Selandia Baru tidak mampu untuk membuka diri melakukan negosisasi damai dengan TPN OPM “Kedua negara telah gagal dalam upaya mencari pelepasan melalui jalur damai, masih menggangap remeh upaya goodwill dari TPNPB – OPM.
Kami kecewa dengan negara-negara Melanesia yang tidak pernah memberi perhatian atas krisis kemanusiaan termasuk pembebasan pilot ini,” ungkapnya.
Inipun dianggap sebagai kegagalan pemerintahan regional pasifik seperti Melanesian Spearhead Group (MSG) maupun Pasific Island Forum (PIF). “Ini juga kegagalan MSG maupun PIF yang tidak mampu melakukan negosiasi,” imbuhnya. (ade/wen)
Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos