WAMENA – Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) ke 32 Tahun 2024 menjadi salah satu Perhatian dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebab, dari 110 even yang ada di seluruh indonesia festival ini masuk dalam 10 Top KEN (Karisma Even Nusantara), tentunya diharapkan iven ini terus dilakukan dan dibenahi tanpa harus mengurangi nilai budaya.
Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Fajar Utomo menyatakan FBLB merupakan salah satu pertunjukan seni budaya yang berkualitas yang harus dilakukan secara berkelanjutan. Sebab iven ini adalah salah satu dari 10 Top KEN. Oleh karena itu, mewakili pemerintah pusat, pihaknya mengucapkan selamat kepada Provinsi Papua Pegunungan, khususnya Pemkab Jayawijaya.
“Untuk KEN sendiri ini ada 400 yang mendaftar, namun hanya 110 yang terpilih dan FBLB menjadi bagian dari 10 besar, sehingga patut dirayakan oleh seluruh masyarakat Papua Pegunungan,” ungkapnya pada saat pembukaan FBLB di lapangan perang -perangan kampung Wosiala Distrik Wosilimo Kabupaten Jayawijaya, Rabu (7/8) kemarin
Menurutnya ada 3 iven dari Papua Pegunungan yang masuk dalam KEN, yang pertama adalah Festival Noken Street Fashion, FBLB dan Festifal 12 Suku yang ada di Kabupaten Yahukimo yang akan dibuka pada 12-15 Agustus mendatang. Hal ini tak lepas dari keunikan, konsep dan kualitas pelaksanaan iven dari tahun ke tahun.
“Untuk Thema FBLB tahun 2024 sendiri “The Pearl of Great Baliem ” tentunya ini terinspirasi dari keunikan, keindahan dan kekuatan budaya suku -suku yang hidup dari generasi ke generasi di kawasan lembah agung Baliem ini,” jelas Fajar Utomo
Di tempat yang sama Pj Gubernur Papua Pegunungan Dr. Velix Vernando Wanggai, S.IP, M.P.A mengakui pemerintah dan masyarakat merasa bersyukur karena para leluhur yang telah membangun tradisi, membangun pondasi budaya dan peradaban yang panjang, maka FBLB ini bisa dilakukan berbasis kebudayaan.
“Kehidupan sosial dan permasalahan yang ada di dalamnya, hari ini melalui pemerintah Kabupaten Jayawijaya membangun tradisi yang berawal dari budaya, Seperti perang dalam kehidupan sosial, tapi kemudian membangun, merubah tradisi ini menjadi sebuah ivent dan atraksi dalam festival,” jelasnya.