Thursday, April 25, 2024
33.7 C
Jayapura

Genangan Organda Tergantung Goa Kecil

JAYAPURA – Dua hari pasca hujan deras yang mengakibatkan banjir hampir diseluruh Kota Jayapura ternyata wilayah Perumahan Organda hingga Ahad (9/1) kemarin masih belum surut. Ribuan warga masih bertahan dengan air sepinggang meski sebelumnya berada pada titik dada organg dewasa. Lambatnya air surut dikarenanya hanya memiliki dua jalur pembuangan yakni sebuah goa kecil di bawah Bukit Konya dan drainase yang berada disamping gedung PGSD tak jauh dari kampus USTJ.
Hanya saja dari intensitas hujan yang tinggi dua hari terakhir membuat dua saluran pembuangan ini tak lagi mampu menampung banyaknya debit air yang masuk alhasil kawasan di Perumahan Organda maupun disekitar Dusun Emereuw masih tergenang hingga kini. “Bagaimana mau surut kalau saluran pembuangannya tersumbat. Ponor Kali Konya itu kecil dan kayu serta botol plastic serta sendimentasi juga sudah masuk menutupi jalur – jalur tersebut,” kata Rudi Mebri, salah satu warga terdampak saat ditemui depan kediamannya di Koya, Sabtu (9/1). Warga sekitar Kali Konya sendiri akhirnya memilih mengungsi di salah satu venue PON disamping Lapangan Trikora.
Ponor Konya sendiri hanya berupa goa kecil yang terbentuk secara alami yang fungsinya mengalirkan air dari Dusun Emereuw ke arah belakang Koramil hingga ke Saga dan Kali Acai. Ponor ini beberapa kali tersumbat akibat potongan kayu yang tersangkut di dalamnya. Menurut Rudi normalisasi Kali Konya sepatutnya rutin dilakukan mengingat ada kawasan perumahan yang berada disekitar lokasi ditambah dengan mulai maraknya perumahan. Namun disini ia justru mengkrisi lokasi yang seharusnya tidak boleh dibangun. “Ya seperti itu, akhirnya dampaknya kemana – mana,” imbuhnya. Salah satu akademisi Uncen, Yehuda Hamokwarong menjelaskan bahwa dahulu organda dan hutan sagu sekitarnya hingga Koramil dan Saga Abe jika tergenang itu bisa menampung curah hujan lebih diatas 300 mm/hari.
Air genangan itu akan tinggal selama 2 minggu hingga 1 bulan kemudian akan surut perlahan. Air akan tersalur keluar melalui ponor atau saluran dalam tanah dan melalui limpasan ke arah Koramil Abe dan selanjutnya ke Saga Abe. “Sekarang ini dua saluran itu tersumbat oleh sendimen maupun sampah akibat banyaknya bangunan disekitar drainase yang mengarah ke Saga Abe,” beber Yehuda. Ia menyarankan satu – satunya cara adalah membebaskan lahan sekitar saluran drainase ke arah Saga kemudian dilakukan pelebaran drainase. “Soalnya untuk saluran lewat goa atau ponor itu sulit, kecuali pemerintah mau buat terowongan saluran air ke arah Kali Acai, hanya ini butuh invetasi yang besar,” pungkasnya. (ade).

Baca Juga :  Ditemukan 20 Orang Reaktif Covid-19

JAYAPURA – Dua hari pasca hujan deras yang mengakibatkan banjir hampir diseluruh Kota Jayapura ternyata wilayah Perumahan Organda hingga Ahad (9/1) kemarin masih belum surut. Ribuan warga masih bertahan dengan air sepinggang meski sebelumnya berada pada titik dada organg dewasa. Lambatnya air surut dikarenanya hanya memiliki dua jalur pembuangan yakni sebuah goa kecil di bawah Bukit Konya dan drainase yang berada disamping gedung PGSD tak jauh dari kampus USTJ.
Hanya saja dari intensitas hujan yang tinggi dua hari terakhir membuat dua saluran pembuangan ini tak lagi mampu menampung banyaknya debit air yang masuk alhasil kawasan di Perumahan Organda maupun disekitar Dusun Emereuw masih tergenang hingga kini. “Bagaimana mau surut kalau saluran pembuangannya tersumbat. Ponor Kali Konya itu kecil dan kayu serta botol plastic serta sendimentasi juga sudah masuk menutupi jalur – jalur tersebut,” kata Rudi Mebri, salah satu warga terdampak saat ditemui depan kediamannya di Koya, Sabtu (9/1). Warga sekitar Kali Konya sendiri akhirnya memilih mengungsi di salah satu venue PON disamping Lapangan Trikora.
Ponor Konya sendiri hanya berupa goa kecil yang terbentuk secara alami yang fungsinya mengalirkan air dari Dusun Emereuw ke arah belakang Koramil hingga ke Saga dan Kali Acai. Ponor ini beberapa kali tersumbat akibat potongan kayu yang tersangkut di dalamnya. Menurut Rudi normalisasi Kali Konya sepatutnya rutin dilakukan mengingat ada kawasan perumahan yang berada disekitar lokasi ditambah dengan mulai maraknya perumahan. Namun disini ia justru mengkrisi lokasi yang seharusnya tidak boleh dibangun. “Ya seperti itu, akhirnya dampaknya kemana – mana,” imbuhnya. Salah satu akademisi Uncen, Yehuda Hamokwarong menjelaskan bahwa dahulu organda dan hutan sagu sekitarnya hingga Koramil dan Saga Abe jika tergenang itu bisa menampung curah hujan lebih diatas 300 mm/hari.
Air genangan itu akan tinggal selama 2 minggu hingga 1 bulan kemudian akan surut perlahan. Air akan tersalur keluar melalui ponor atau saluran dalam tanah dan melalui limpasan ke arah Koramil Abe dan selanjutnya ke Saga Abe. “Sekarang ini dua saluran itu tersumbat oleh sendimen maupun sampah akibat banyaknya bangunan disekitar drainase yang mengarah ke Saga Abe,” beber Yehuda. Ia menyarankan satu – satunya cara adalah membebaskan lahan sekitar saluran drainase ke arah Saga kemudian dilakukan pelebaran drainase. “Soalnya untuk saluran lewat goa atau ponor itu sulit, kecuali pemerintah mau buat terowongan saluran air ke arah Kali Acai, hanya ini butuh invetasi yang besar,” pungkasnya. (ade).

Baca Juga :  Bukan Sekadar Ujung Tombak Tapi "Kunci Inggris"

Berita Terbaru

Artikel Lainnya