Sunday, April 28, 2024
29.7 C
Jayapura

Masing-masing Calon Wagub Miliki Modal

JAYAPURA  – Hingga Jumat (6/8) kemarin  Partai Koalisi Lukas Klemen (Lukmen) Jilid II masih belum menentukan dari enam nama, siapa saja yang akan masuk dalam 2 besar. 

Komunikasi politik juga terus dilakukan oleh para calon kandidat untuk memastikan diri layak bersanding dengan gubernur nanti.  Posisi Wagub memang bukan menjadi orang pertama namun barang siapa yang bisa menempati posisi ini paling tidak bisa menjadi peluang yang sangat menjanjikan untuk memimpin Papua ke depan. 

 Bahasanya, memasang pondasi atau kaki – kaki sedari sekarang untuk digarap dalam Pilkada Gubernur mendatang. Apalagi para calon yang menjadi wakil partai ini tidak perlu terlalu berdarah – darah untuk memenangkan pertarungan. Jika bisa mengambil hati para anggota DPR Papua maka peluang untuk menang terbuka meski tentunya membutuhkan cost yang tidak sedikit juga. 

Beberapa calon berhasil terhubung dengan Cenderawasih Pos dan masing – masing menyatakan memiliki modal yang dinilai pantas untuk mendampingi gubernur.   

Modal ini tentu tidak sekedar berbicara anggaran melainkan ada juga yang mengandalkan kedekatan emosional, prestasi dalam bekerja serta dukungan partai dan lobi-lobi politik yang akan dimainkan. Cenderawasih Pos mengajukan pertanyaan yang sama kepada masing – masing calon terkait apa yang bisa dijadikan alasan oleh gubernur untuk memilih calon tersebut. 

“Kami dari PAN memang memutuskan hanya mengirim 1 nama dan ini untuk mempermudah tapi jika berbicara pemilihan,  saya pikir politik itu fleksibel dan saya siap saja,” jelas Abock Busup Ketua DPD PAN Provinsi Papua yang juga salah satu calon Wagub saat ditemui di Hotel Sunny Abepura, Jumat (6/8). 

 Abock sendiri sudah pernah memimpin di Kabupaten Yahukimo sebagai bupati. Ia menjelaskan bahwa di Yahukimo terdapat 12 suku dan bahasa yang berbeda-beda, dimana Abock memiliki pengalaman menangani suku sebanyak itu. Iapun mengatakan siap membackup gubernur untuk menjalankan roda pemerintahan. 

Dikatakan saat ini pekerjaan terdekat adalah soal PON termasuk soal Undang – undang Otsus  yang telah disahkan. Di sini Abock berpendapat bahwa siapapun yang terpilih harus bergerak lebih cepat untuk membantu. “Kami juga siap bersinergi dengan DPR karena  pemerintah (eksekutif) adalah mitra termasuk melihat apa yang diperjuangkan oleh DPR  namun tetap mengacu  pada visi misi gubenur,” beber Abock.

 Ia berpendapat Wagub hanya PAW dan ia tidak punya misi khusus namun harus tetap enerjik untuk memaksimalkan pelayanan publik. 

Abock sendiri sudah berkecimpung di politik selama 25 tahun dan sejak 2009 sudah menjadi tim sukses Lukas Enembe ketika itu. Ketika itu bertarung dengan Barnabas Suebu dan kalah. Kemudian di tahun 2013 kembali bertarung untuk Pilgub dan berhasil memenangkan Lukas Enembe. 

“Kami ketika itu mengumpulkan 160 ribu suara, yang kedua 229.000 suara dari Yahukimo dan bila dipercaya ia memastikan akan mendukung visi misi yang sudah jalan  termasuk  melanjutkan Otsus jilid II,” tutupnya.

Calon lainnya, Befa Yigibalom menyampaikan bahwa dirinya memiliki latar belakang birokrasi karena memulai dari staf hingga saat ini memimpin Kabupaten Lanny Jaya selama dua periode. Befa menjadi sosok yang memahami soal  birokrasi, administrasi, pemerintahan, etika, norma antara pemimpin dan bawahan termasuk gubernur dan wakil gubernur. 

Baca Juga :  Pelatihan Jurnalistik Pemkab Keerom-Cepos Digelar

“Soal itu saya cukup paham dan ketika saya yang diusulkan, kemudian  diputuskan oleh tim koalisi, yang jelas pemerintahan provinsi akan lebih bergairah. Jika pak gubernur dalam situasi terakhir membutuhkan seorang pembantu yang paham dan mengerti  atmosfir  birokrasi pemerintahan ,saya siap sekali,” ucap Befa optimis. 

 Lalu kata Befa dalam jabatan gubernur dan wakil gubernur tak ada istilah keputusan wakil gubernur. Namun yang ada keputusan gubernur sehingga  politisi Partai NasDem ini mengaku sangat paham  soal itu, dimana kepemimpinan dan keputusan hanya oleh gubernur. Jadi dalam dua setengah tahun  ini masih ada banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang baik untuk mewujudkan visi misi gubernur Papua, bangkit mandiri sejahtera yang berkeadilan. 

“Lalu ada banyak hal yang dijanjikan dalam periode pertama dan kedua dan saya ada dalam barisan tersebut. Ada banyak gagasan yang kreatif sehingga apa yang menjadi penting diwujudkan oleh gubernur dan saya memahami keinginan gubernur,” jelasnya. 

Befa mengaku juga memiliki gagasan – gagasan yang kiranya bisa membantu banyak untuk mewujudkan visi misi gubernur tadi sehingga ketika periode berakhir  apa yang dijanjikan ke rakyat bisa diselesaikan. “Gubernur dari Lapago dan saya juga dari Lapago hanya saat tidak satu kampung  namun emosional ini sudah terbangun sehingga tak ada jarak antara saya dengan beliau dan kami memulai sama – sama dari awal sekali,” bebernya. 

Nantinya jika masuk dua besar, Befa mengaku siap membantu. “Tapi saya berpikir sederhana saja, saya tidak terlalu memaksa sebab  saya juga mendengar kabar bahwa gubernur tidak menghendaki calon dari kalangan birokrat yang sedang memimpin seperti bupati yang masih aktif. Boleh – boleh saja pak gubernur memiliki pilihan dan tidak harus saya tapi saya kader yang bisa berjuang,” imbuhnya.

Calon lain, Kenius Kogoya mengatakan posisi wakil adalah peran yang harus diambil sebagai pihak yang membantu. Bukan sejajar tetapi harus mendengar apa yang diminta dan ketika dirinya diminta untuk mendampingi gubernur maka tugas yang harus dijalankan adalah mengerjakan apa yang diperintahkan untuk menuntaskan sisa waktu yang ada. “Lalu posisi wakil ini selain berbicara internal birokrasi perlu mengambil peran melayani masyarakat dan itu untuk semua kalangan masyarakat tanpa berbicara kelompok tertentu,” jelas Kenius. 

Ia membedah bahwa dalam jangka pendek adalah bagaimana memposisikan tempat untuk mensukseskan PON apapun kondisinya.

PON kata Kenius berbicara wibawa negara dan daerah. PON akan menjadi agenda prioritas dan saya melihat Papua memiliki keunikan dan menjadi Indonesia mini sehingga patut dibangun dengan konsep yang elegan serta menyentuh masyarakat akar rumput dengan tetap mempertahankan keutuhan bangsa. “Menghadirkan negara di tengah masyarakat dan membangun dalam  bingkai NKRI  sebagai provinsi yang terus membenahi diri untuk sama seperti provinsi lain di Indonesia,” tutup Kenius. 

Sementara itu,  tiga calon yakni Jhon Tabo, Paulus Waterpauw dan Yunus Wonda yang terhubung via Whatsapp ternyata tak memberi respon. (ade/nat)

Bedah Kandidat Ala Redaksi 

Abock Busup : Pimpinan Partai Amanat Nasional ini baru saja mengakhiri kepemimpinannya di Kabupaten Yahukimo, April 2021 lalu. Meski hanya 1 periode namun ia ikut berkontribusi dari Pilkada Gubernur yang diikuti pasangan Lukmen selama 2 periode.  Sejak 2009 ia sudah menjadi tim sukses Lukmen kemudian tahun 2014 ia ikut menyumbangkan 160 ribu suara dan periode kedua tahun 2019 ia ikut berkontribusi menyumbangkan suara sebanyak 229.000 untuk Lukas – Klemen. Suara dari Yahukimo tak bisa dipandang sebelah mana dalam Pemilu

Baca Juga :  APBD Perubahan Tolikara Turun 5,76 Persen

Kenius Kogoya : Kini menjabat sebagai Sekretaris KONI Provinsi Papua. Kenyang menjabat sebagai politisi bahkan pernah duduk sebagai ketua komisi di DPR Papua. Ia kini diminta membantu mensukseskan PON  dengan mempersiapkan atlet. Meski tak lagi menjadi anggota DPR namun Kenius mendapat kepercayaan menahkodai Partai Hati Nurani Rakyat sebagai Ketua DPD. Dari semua calon, Kenius yang paling muda  dan bisa dibilang paling enerjik serta tak banyak neko – neko dalam bekerja. Ia juga mudah diajak berkomunikasi dengan siapa saja. 

Befa Jigibalom : Sosok kepala daerah yang  memiliki visi membangun daerah. Sangat paham soal birokrasi karena memulai dari bawah. Dikenal tegas dan suka melakukan terobosan berani dan tidak banyak bicara.  Lebih memilih menunjukkan hasil kerja ketimbang hanya cuap cuap dan beretorika. Ia menjadi satu sosok ideal untuk duduk di kursi 02 mendampingi gubernur  

Jhon Tabo : Hasil kerjanya selama memimpin di Kabupaten Tolikara tak bisa dipandang sebelah mata. Meski hanya 1 periode namun banyak masyarakat yang merindukan kepemimpinannya. Itu terbukti setelah Pilkada Mamberamo Raya Desember 2020 lalu ia akhirnya kembali terpilih.  Ia memiliki karakter big man yang merangkul seluruh lapisan masyarakat. Jhon Tabo juga dikenal tegas dan suka melakukan terobosan – terobosan.

Paulus Waterpauw : Dari semua kandidat hanya Paulus Waterpauw yang bukan berasal dari politisi. Bintang tiga di pundak  menjawab kualitas kepemimpinannya dalam institusi kepolisian dan diakui oleh negara. Iapun menjadi putera asli Tanah Papua pertama yang berhasil menyabet pangkat Komjen di kepolisian. Banyak yang menyebut jika ia bisa memberi warna baru dari kepemimpinan di Papua jika terpilih. Sudah pasti lebih tegas dan memiliki komitmen kuat dan tidak kompromi dengan pelanggaran hukum. Satu sosok yang juga dirindukan masyarakat setelah pernah dua kali memimpin Polda di dua provinsi berbeda. Paulus Waterpauw menjadi pilihan baru dengan pemikiran brilian tentunya. 

Yunus Wonda : Tak ada yang tidak mengenal Yunus Wonda, politisi Partai Demokrat ini mungkin bisa dibilang paling senior diantara yang lain. Bagaimana tidak, sudah 15 tahun lebih duduk sebagai politisi di DPR Papua dan sudah jatuh bangun dengan berbagai dinamika di Papua. Periode lalu ia bahkan menjabat sebagai ketua DPR Papua dan kini diberi tanggungjawab lebih sebagai Ketua PB PON Papua. Ia sosok yang tenang dalam menyelesaikan masalah dan sangat paham kapan harus berbicara membela kepentingan rakyat.  Yunus terbilang dekat dengan gubernur, maklumlah iapun menjabat sebagai pengurus DPD Partai Demokrat Papua. Ia  juga paham bagaimana menghargai  pimpinan dan disebut – sebut satu sosok yang bakal memimpin Papua ke depan. 

JAYAPURA  – Hingga Jumat (6/8) kemarin  Partai Koalisi Lukas Klemen (Lukmen) Jilid II masih belum menentukan dari enam nama, siapa saja yang akan masuk dalam 2 besar. 

Komunikasi politik juga terus dilakukan oleh para calon kandidat untuk memastikan diri layak bersanding dengan gubernur nanti.  Posisi Wagub memang bukan menjadi orang pertama namun barang siapa yang bisa menempati posisi ini paling tidak bisa menjadi peluang yang sangat menjanjikan untuk memimpin Papua ke depan. 

 Bahasanya, memasang pondasi atau kaki – kaki sedari sekarang untuk digarap dalam Pilkada Gubernur mendatang. Apalagi para calon yang menjadi wakil partai ini tidak perlu terlalu berdarah – darah untuk memenangkan pertarungan. Jika bisa mengambil hati para anggota DPR Papua maka peluang untuk menang terbuka meski tentunya membutuhkan cost yang tidak sedikit juga. 

Beberapa calon berhasil terhubung dengan Cenderawasih Pos dan masing – masing menyatakan memiliki modal yang dinilai pantas untuk mendampingi gubernur.   

Modal ini tentu tidak sekedar berbicara anggaran melainkan ada juga yang mengandalkan kedekatan emosional, prestasi dalam bekerja serta dukungan partai dan lobi-lobi politik yang akan dimainkan. Cenderawasih Pos mengajukan pertanyaan yang sama kepada masing – masing calon terkait apa yang bisa dijadikan alasan oleh gubernur untuk memilih calon tersebut. 

“Kami dari PAN memang memutuskan hanya mengirim 1 nama dan ini untuk mempermudah tapi jika berbicara pemilihan,  saya pikir politik itu fleksibel dan saya siap saja,” jelas Abock Busup Ketua DPD PAN Provinsi Papua yang juga salah satu calon Wagub saat ditemui di Hotel Sunny Abepura, Jumat (6/8). 

 Abock sendiri sudah pernah memimpin di Kabupaten Yahukimo sebagai bupati. Ia menjelaskan bahwa di Yahukimo terdapat 12 suku dan bahasa yang berbeda-beda, dimana Abock memiliki pengalaman menangani suku sebanyak itu. Iapun mengatakan siap membackup gubernur untuk menjalankan roda pemerintahan. 

Dikatakan saat ini pekerjaan terdekat adalah soal PON termasuk soal Undang – undang Otsus  yang telah disahkan. Di sini Abock berpendapat bahwa siapapun yang terpilih harus bergerak lebih cepat untuk membantu. “Kami juga siap bersinergi dengan DPR karena  pemerintah (eksekutif) adalah mitra termasuk melihat apa yang diperjuangkan oleh DPR  namun tetap mengacu  pada visi misi gubenur,” beber Abock.

 Ia berpendapat Wagub hanya PAW dan ia tidak punya misi khusus namun harus tetap enerjik untuk memaksimalkan pelayanan publik. 

Abock sendiri sudah berkecimpung di politik selama 25 tahun dan sejak 2009 sudah menjadi tim sukses Lukas Enembe ketika itu. Ketika itu bertarung dengan Barnabas Suebu dan kalah. Kemudian di tahun 2013 kembali bertarung untuk Pilgub dan berhasil memenangkan Lukas Enembe. 

“Kami ketika itu mengumpulkan 160 ribu suara, yang kedua 229.000 suara dari Yahukimo dan bila dipercaya ia memastikan akan mendukung visi misi yang sudah jalan  termasuk  melanjutkan Otsus jilid II,” tutupnya.

Calon lainnya, Befa Yigibalom menyampaikan bahwa dirinya memiliki latar belakang birokrasi karena memulai dari staf hingga saat ini memimpin Kabupaten Lanny Jaya selama dua periode. Befa menjadi sosok yang memahami soal  birokrasi, administrasi, pemerintahan, etika, norma antara pemimpin dan bawahan termasuk gubernur dan wakil gubernur. 

Baca Juga :  APBD Perubahan Tolikara Turun 5,76 Persen

“Soal itu saya cukup paham dan ketika saya yang diusulkan, kemudian  diputuskan oleh tim koalisi, yang jelas pemerintahan provinsi akan lebih bergairah. Jika pak gubernur dalam situasi terakhir membutuhkan seorang pembantu yang paham dan mengerti  atmosfir  birokrasi pemerintahan ,saya siap sekali,” ucap Befa optimis. 

 Lalu kata Befa dalam jabatan gubernur dan wakil gubernur tak ada istilah keputusan wakil gubernur. Namun yang ada keputusan gubernur sehingga  politisi Partai NasDem ini mengaku sangat paham  soal itu, dimana kepemimpinan dan keputusan hanya oleh gubernur. Jadi dalam dua setengah tahun  ini masih ada banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang baik untuk mewujudkan visi misi gubernur Papua, bangkit mandiri sejahtera yang berkeadilan. 

“Lalu ada banyak hal yang dijanjikan dalam periode pertama dan kedua dan saya ada dalam barisan tersebut. Ada banyak gagasan yang kreatif sehingga apa yang menjadi penting diwujudkan oleh gubernur dan saya memahami keinginan gubernur,” jelasnya. 

Befa mengaku juga memiliki gagasan – gagasan yang kiranya bisa membantu banyak untuk mewujudkan visi misi gubernur tadi sehingga ketika periode berakhir  apa yang dijanjikan ke rakyat bisa diselesaikan. “Gubernur dari Lapago dan saya juga dari Lapago hanya saat tidak satu kampung  namun emosional ini sudah terbangun sehingga tak ada jarak antara saya dengan beliau dan kami memulai sama – sama dari awal sekali,” bebernya. 

Nantinya jika masuk dua besar, Befa mengaku siap membantu. “Tapi saya berpikir sederhana saja, saya tidak terlalu memaksa sebab  saya juga mendengar kabar bahwa gubernur tidak menghendaki calon dari kalangan birokrat yang sedang memimpin seperti bupati yang masih aktif. Boleh – boleh saja pak gubernur memiliki pilihan dan tidak harus saya tapi saya kader yang bisa berjuang,” imbuhnya.

Calon lain, Kenius Kogoya mengatakan posisi wakil adalah peran yang harus diambil sebagai pihak yang membantu. Bukan sejajar tetapi harus mendengar apa yang diminta dan ketika dirinya diminta untuk mendampingi gubernur maka tugas yang harus dijalankan adalah mengerjakan apa yang diperintahkan untuk menuntaskan sisa waktu yang ada. “Lalu posisi wakil ini selain berbicara internal birokrasi perlu mengambil peran melayani masyarakat dan itu untuk semua kalangan masyarakat tanpa berbicara kelompok tertentu,” jelas Kenius. 

Ia membedah bahwa dalam jangka pendek adalah bagaimana memposisikan tempat untuk mensukseskan PON apapun kondisinya.

PON kata Kenius berbicara wibawa negara dan daerah. PON akan menjadi agenda prioritas dan saya melihat Papua memiliki keunikan dan menjadi Indonesia mini sehingga patut dibangun dengan konsep yang elegan serta menyentuh masyarakat akar rumput dengan tetap mempertahankan keutuhan bangsa. “Menghadirkan negara di tengah masyarakat dan membangun dalam  bingkai NKRI  sebagai provinsi yang terus membenahi diri untuk sama seperti provinsi lain di Indonesia,” tutup Kenius. 

Sementara itu,  tiga calon yakni Jhon Tabo, Paulus Waterpauw dan Yunus Wonda yang terhubung via Whatsapp ternyata tak memberi respon. (ade/nat)

Bedah Kandidat Ala Redaksi 

Abock Busup : Pimpinan Partai Amanat Nasional ini baru saja mengakhiri kepemimpinannya di Kabupaten Yahukimo, April 2021 lalu. Meski hanya 1 periode namun ia ikut berkontribusi dari Pilkada Gubernur yang diikuti pasangan Lukmen selama 2 periode.  Sejak 2009 ia sudah menjadi tim sukses Lukmen kemudian tahun 2014 ia ikut menyumbangkan 160 ribu suara dan periode kedua tahun 2019 ia ikut berkontribusi menyumbangkan suara sebanyak 229.000 untuk Lukas – Klemen. Suara dari Yahukimo tak bisa dipandang sebelah mana dalam Pemilu

Baca Juga :  Komnas Minta Dukungan Internasional Soal Atasi Kekerasan di Papua

Kenius Kogoya : Kini menjabat sebagai Sekretaris KONI Provinsi Papua. Kenyang menjabat sebagai politisi bahkan pernah duduk sebagai ketua komisi di DPR Papua. Ia kini diminta membantu mensukseskan PON  dengan mempersiapkan atlet. Meski tak lagi menjadi anggota DPR namun Kenius mendapat kepercayaan menahkodai Partai Hati Nurani Rakyat sebagai Ketua DPD. Dari semua calon, Kenius yang paling muda  dan bisa dibilang paling enerjik serta tak banyak neko – neko dalam bekerja. Ia juga mudah diajak berkomunikasi dengan siapa saja. 

Befa Jigibalom : Sosok kepala daerah yang  memiliki visi membangun daerah. Sangat paham soal birokrasi karena memulai dari bawah. Dikenal tegas dan suka melakukan terobosan berani dan tidak banyak bicara.  Lebih memilih menunjukkan hasil kerja ketimbang hanya cuap cuap dan beretorika. Ia menjadi satu sosok ideal untuk duduk di kursi 02 mendampingi gubernur  

Jhon Tabo : Hasil kerjanya selama memimpin di Kabupaten Tolikara tak bisa dipandang sebelah mata. Meski hanya 1 periode namun banyak masyarakat yang merindukan kepemimpinannya. Itu terbukti setelah Pilkada Mamberamo Raya Desember 2020 lalu ia akhirnya kembali terpilih.  Ia memiliki karakter big man yang merangkul seluruh lapisan masyarakat. Jhon Tabo juga dikenal tegas dan suka melakukan terobosan – terobosan.

Paulus Waterpauw : Dari semua kandidat hanya Paulus Waterpauw yang bukan berasal dari politisi. Bintang tiga di pundak  menjawab kualitas kepemimpinannya dalam institusi kepolisian dan diakui oleh negara. Iapun menjadi putera asli Tanah Papua pertama yang berhasil menyabet pangkat Komjen di kepolisian. Banyak yang menyebut jika ia bisa memberi warna baru dari kepemimpinan di Papua jika terpilih. Sudah pasti lebih tegas dan memiliki komitmen kuat dan tidak kompromi dengan pelanggaran hukum. Satu sosok yang juga dirindukan masyarakat setelah pernah dua kali memimpin Polda di dua provinsi berbeda. Paulus Waterpauw menjadi pilihan baru dengan pemikiran brilian tentunya. 

Yunus Wonda : Tak ada yang tidak mengenal Yunus Wonda, politisi Partai Demokrat ini mungkin bisa dibilang paling senior diantara yang lain. Bagaimana tidak, sudah 15 tahun lebih duduk sebagai politisi di DPR Papua dan sudah jatuh bangun dengan berbagai dinamika di Papua. Periode lalu ia bahkan menjabat sebagai ketua DPR Papua dan kini diberi tanggungjawab lebih sebagai Ketua PB PON Papua. Ia sosok yang tenang dalam menyelesaikan masalah dan sangat paham kapan harus berbicara membela kepentingan rakyat.  Yunus terbilang dekat dengan gubernur, maklumlah iapun menjabat sebagai pengurus DPD Partai Demokrat Papua. Ia  juga paham bagaimana menghargai  pimpinan dan disebut – sebut satu sosok yang bakal memimpin Papua ke depan. 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Berita Terbaru

Artikel Lainnya