Sunday, July 13, 2025
23.2 C
Jayapura

Wacana Bentuk Pansus TPU Buper Muncul

Relawan Muhammadiyah memang dikenal fast respon dan menghandle jenasah yang tak hanya muslim. “Kemarin ada juga jenasah dari umat kristen yang meminta tolong dan kami tuntaskan. Semua biaya kami urunan sehingga kami berharap pemalangan ini bisa segera diselesaikan karena jika dimakamkan di Koya biayanya juga mahal sekali,” bebernya.

Untuk satu liang dijelaskan jika pihaknya bisa mengeluarkan biaya sekitar Rp 10 juta. Sukaryanto mendesak DPR untuk segera menyelesaikan masalah pemalangan mengingat dalam Agama Islam jenasah itu harus secepatnya dimakamkan.

“Akan semakin sulit jika harus dibawa ke Koya karena memang cukup mahal, kalau di Buper harganya bisa Rp 3,5 juta dan sudah komplit serta efektif karena dekat,” beber Sukaryanto yang mengaku prihatin karena berlarut-larut.

Baca Juga :  Kondisi Perekonomian Belum Stabil, Pemkot Tetap Beri Perhatian Pada Perhotelan

“Apalagi jelang Bulan Ramadhan pasti banyak yang harus ziarah. Nah kalau masih dipalang bisa saja terjadi hal-hal yang menimbulkan ketersinggungan,” wantinya. Ia berharap segera dilakukan mediasi atau pertemuan dan jika ternyata ada pembiayaan maka Pemkot harus segera menuntaskan agar jangan ada palang lagi. Kami pikir di Buper itu bukan hanya muslim tapi juga ada pemakaman umat Kristiani jadi banyak yang dirugikan,” tutupnya.

Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Provinsi Papua, KH Syaiful Islam Al Payage menyampaikan bahwa silaturahmi tidak saja kepada manusia yang masih hidup, namun bagi yang sudah meninggal juga perlu dilakukan atau biasa disebut ziarah kubur.

“Ziarah kubur ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia sebelum memasuki bulan puasa, ziarah kubur ini dilakukan untuk mendoakan keluarga maupun kerabat yang telah meninggal dunia,” ujar KH Syaiful Islam Al Payage saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos. 

Baca Juga :  Dugaan Penyalahgunaan Dana Otsus Rp 4 M Diselidiki

“Begitu banyak tujuan dari tradisi ini, salah satu diantaranya untuk mengingatkan diri bahwa semua manusia akan mengalami kematian,” lanjutnya.

Relawan Muhammadiyah memang dikenal fast respon dan menghandle jenasah yang tak hanya muslim. “Kemarin ada juga jenasah dari umat kristen yang meminta tolong dan kami tuntaskan. Semua biaya kami urunan sehingga kami berharap pemalangan ini bisa segera diselesaikan karena jika dimakamkan di Koya biayanya juga mahal sekali,” bebernya.

Untuk satu liang dijelaskan jika pihaknya bisa mengeluarkan biaya sekitar Rp 10 juta. Sukaryanto mendesak DPR untuk segera menyelesaikan masalah pemalangan mengingat dalam Agama Islam jenasah itu harus secepatnya dimakamkan.

“Akan semakin sulit jika harus dibawa ke Koya karena memang cukup mahal, kalau di Buper harganya bisa Rp 3,5 juta dan sudah komplit serta efektif karena dekat,” beber Sukaryanto yang mengaku prihatin karena berlarut-larut.

Baca Juga :  Pasar Murah Digital, Bank Papua Ajak Masyarakat Gunakan Qris Disetiap Transaksi

“Apalagi jelang Bulan Ramadhan pasti banyak yang harus ziarah. Nah kalau masih dipalang bisa saja terjadi hal-hal yang menimbulkan ketersinggungan,” wantinya. Ia berharap segera dilakukan mediasi atau pertemuan dan jika ternyata ada pembiayaan maka Pemkot harus segera menuntaskan agar jangan ada palang lagi. Kami pikir di Buper itu bukan hanya muslim tapi juga ada pemakaman umat Kristiani jadi banyak yang dirugikan,” tutupnya.

Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Provinsi Papua, KH Syaiful Islam Al Payage menyampaikan bahwa silaturahmi tidak saja kepada manusia yang masih hidup, namun bagi yang sudah meninggal juga perlu dilakukan atau biasa disebut ziarah kubur.

“Ziarah kubur ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia sebelum memasuki bulan puasa, ziarah kubur ini dilakukan untuk mendoakan keluarga maupun kerabat yang telah meninggal dunia,” ujar KH Syaiful Islam Al Payage saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos. 

Baca Juga :  Kondisi Perekonomian Belum Stabil, Pemkot Tetap Beri Perhatian Pada Perhotelan

“Begitu banyak tujuan dari tradisi ini, salah satu diantaranya untuk mengingatkan diri bahwa semua manusia akan mengalami kematian,” lanjutnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya