Thursday, April 25, 2024
25.7 C
Jayapura

Forkorus Nilai Polri Belum Merubah Paradigma

KECEWA-Presiden Negara Federal Republik Papua Barat, Forkorus Yaboisembut (kiri) didampingi Kepala Kepolisian NFRPB, Elias Ayakeding (kanan) memberikan keterangan di kediamannya di Sabron Yaru Distrik Sentani Barat, Minggu (5/1). Forkorus kecewa karena merasa paradigma kepolisian saat ini belum berubah. ( FOTO: Gamel/Cepos)

JAYAPURA- Presiden Negara Federal Republik Papua Barat, Forkorus Yaboisembut mengaku  kecewa melihat paradigma di tubuh Polri yang dianggap belum merubah paradigma. Padahal dari pergantian tahun dan usia Polri yang sudah berubah paling tidak  ada hal baru yang dievaluasi dan diterapkan. Tak bisa begitu-begitu terus sebab masyarakat akan menilai.

 Ia kecewa lantaran dari beberapa kegiatannya selalu dihampiri aparat dan ini bertolak belakang dengan yang namanya demokrasi damai. Didampingi Kepala Kepolisian NFRPB, Eliasy Ayakeding, Forkorus menceritakan   kejadian yang menurutnya menggambarkan tak berubahnya paradigma Polisi. 

Pada 2 Desember 2019 lalu, ia melakukan jumpa pers dengan wartawan di kawasan Uncen Abepura dan tak lama ada oknum Polisi yang datang menanyakan ini itu dan mengatakan apa yang kegiatan yang dilakukan dilarang. 

 Ini menurutnya berlebihan. Sebab kegiatan serupa sering dilakukan di Abepura maupun wilayah lain dan tak sampai didatangi oleh Polisi kemudian melakukan interogasi. “Saya kecewa saja terlebih pada Polsek Abepura dan Polres Jayapura. Polisi seperti tidak memberikan kebebasan kepada wartawan ataupun orang perorang atau organisasi untuk menyampaikan pendapatkan  ke media secara independen. Saya melihat tak ada perubahan paradigma pada tubuh Polri. Masih kedepankan upaya lama seperti ini,” kata  Forkorus di kediamannya di Sabron Yaru  di Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Minggu (5/1).

Baca Juga :  Mahasiswi Asal Sentani Lulus Cumlaude di China

 Ia menangkap kesan seperti ada status jika Papua berada dalam darurat militer  sehingga bawaannya selalu curiga. “Kalau takut, ketakutan seperti apa yang muncul sampai kami dicurigai terus. Mari datang dan bicara, jangan seperti preman disaat ada acara tiba-tiba ada yang masuk. Ini seperti bentuk intimidasi,” tegasnya. 

Ini sama seperti kejadian Minggu (5/1) kemarin dimana kata Forkorus sebelum jumpa pers dilakukan ada beberapa orang yang datang dan mengaku wartawan. Namun setelah ditanya balik ternyata tidak bisa dijawab dan orang yang datang dengan mobil ini kemudian pergi. “Saya sempat tanya-tanya tapi mereka kebingungan dan setelah kami konformasi ke wartawan lain ternyata tidak akan yang mengenal nama mereka. Ini seperti profesi wartawan dipakai untuk menipu,” kata Elias Ayakeding menambahkan. 

Baca Juga :  Kenius Kogoya Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude

Forkorus meminta hukum jangan dijadikan kamuflase dan pendekatan represif yang dijalankan.  “NFRPB siap melakukan upaya penegakan hukum secara adil, melalui mekanisme dan bermartabat baik secara nasional maupun internasional tapi jangan dihadang dengan cara-cara preman begini. Kalau salah dipanggil lewat surat panggilan sesuai prosedur, jangan berbentuk intimidasi. Jangan juga jual nama wartawan, menggunakan profesi  mulia untuk menipu. Tahun ini kami berharap  Polri maupun bisa merubah paradigma lama mereka,” imbuhnya. (ade/nat)

KECEWA-Presiden Negara Federal Republik Papua Barat, Forkorus Yaboisembut (kiri) didampingi Kepala Kepolisian NFRPB, Elias Ayakeding (kanan) memberikan keterangan di kediamannya di Sabron Yaru Distrik Sentani Barat, Minggu (5/1). Forkorus kecewa karena merasa paradigma kepolisian saat ini belum berubah. ( FOTO: Gamel/Cepos)

JAYAPURA- Presiden Negara Federal Republik Papua Barat, Forkorus Yaboisembut mengaku  kecewa melihat paradigma di tubuh Polri yang dianggap belum merubah paradigma. Padahal dari pergantian tahun dan usia Polri yang sudah berubah paling tidak  ada hal baru yang dievaluasi dan diterapkan. Tak bisa begitu-begitu terus sebab masyarakat akan menilai.

 Ia kecewa lantaran dari beberapa kegiatannya selalu dihampiri aparat dan ini bertolak belakang dengan yang namanya demokrasi damai. Didampingi Kepala Kepolisian NFRPB, Eliasy Ayakeding, Forkorus menceritakan   kejadian yang menurutnya menggambarkan tak berubahnya paradigma Polisi. 

Pada 2 Desember 2019 lalu, ia melakukan jumpa pers dengan wartawan di kawasan Uncen Abepura dan tak lama ada oknum Polisi yang datang menanyakan ini itu dan mengatakan apa yang kegiatan yang dilakukan dilarang. 

 Ini menurutnya berlebihan. Sebab kegiatan serupa sering dilakukan di Abepura maupun wilayah lain dan tak sampai didatangi oleh Polisi kemudian melakukan interogasi. “Saya kecewa saja terlebih pada Polsek Abepura dan Polres Jayapura. Polisi seperti tidak memberikan kebebasan kepada wartawan ataupun orang perorang atau organisasi untuk menyampaikan pendapatkan  ke media secara independen. Saya melihat tak ada perubahan paradigma pada tubuh Polri. Masih kedepankan upaya lama seperti ini,” kata  Forkorus di kediamannya di Sabron Yaru  di Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Minggu (5/1).

Baca Juga :  Jembatan Youtefa Momentum Papua Bangkit

 Ia menangkap kesan seperti ada status jika Papua berada dalam darurat militer  sehingga bawaannya selalu curiga. “Kalau takut, ketakutan seperti apa yang muncul sampai kami dicurigai terus. Mari datang dan bicara, jangan seperti preman disaat ada acara tiba-tiba ada yang masuk. Ini seperti bentuk intimidasi,” tegasnya. 

Ini sama seperti kejadian Minggu (5/1) kemarin dimana kata Forkorus sebelum jumpa pers dilakukan ada beberapa orang yang datang dan mengaku wartawan. Namun setelah ditanya balik ternyata tidak bisa dijawab dan orang yang datang dengan mobil ini kemudian pergi. “Saya sempat tanya-tanya tapi mereka kebingungan dan setelah kami konformasi ke wartawan lain ternyata tidak akan yang mengenal nama mereka. Ini seperti profesi wartawan dipakai untuk menipu,” kata Elias Ayakeding menambahkan. 

Baca Juga :  Lakukan Kegiatan Terus Menerus Untuk Kesejahteraan Keluarga!

Forkorus meminta hukum jangan dijadikan kamuflase dan pendekatan represif yang dijalankan.  “NFRPB siap melakukan upaya penegakan hukum secara adil, melalui mekanisme dan bermartabat baik secara nasional maupun internasional tapi jangan dihadang dengan cara-cara preman begini. Kalau salah dipanggil lewat surat panggilan sesuai prosedur, jangan berbentuk intimidasi. Jangan juga jual nama wartawan, menggunakan profesi  mulia untuk menipu. Tahun ini kami berharap  Polri maupun bisa merubah paradigma lama mereka,” imbuhnya. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya