Salah satu wanita asal Yahukimo ketika menganyam sebuah noken perempuan di Entrop beberapa waktu lalu. Hari Noken yang diperingati setiap tanggal 4 Desember menjadi kebanggaan bagi masyarakat di Papua. Sayangnya belum banyak perhatian yang diberikan sebagai bentuk pelestasian. (foto:Gamel Cepos)
JAYAPURA – Sejak ditetapkannya pada, 4 Desember 2012 silam oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris, noken kini menjadi warisan dunia tak benda (intangible object) dan menjadi pusat perhatian dunia. Dalam memperingati hari noken sedunia, Guru besar Ilmu Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Cenderawasih (Uncen) Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos berpendapat, Hari Noken Sedunia bukan hanya sekadar mengingatkan masyarakat pada kekayaan budaya tanah Papua.
Tak kalah penting noken mengukuhkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam noken. Selain itu juga, hari noken menurut guru besar itu juga menjadi momen refleksi tentang bagaimana warisan ini menginspirasi perubahan positif, terutama bagi pemberdayaan masyarakat Papua.
Namun disatu sisi, Prof Fredrik mempertanyakan kepada pemerintah seperti provinsi Papua mengenai Peraturan daerah (Perda) tentang n8oken?. Jika ada, berharap segera disosialisasikan dan ditetapkan sebagai hari monumental sehingga dapat menjadi hari noken Nasional.
Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos
“Perda tentang Noken jika sudah ada, maka harus disosialisasi dan ditetapkan. Sehingga hari Noken ini dapat di peringati secara nasional. Dimulai dari pemimpin kita, Gubernur, DPR, apalagi MRP serta tokoh adat, perempuan dan pemuda harus berjuang keras dalam melestarikan warisan dunia ini (Noken) tetap terjaga,” kata Prof Fredrik kepada Cenderawasih Pos, Rabu (3/12).
Untuk lebih kenal ditingkat nasional profesor berharap pemerintah harus membuat pameran noken tradisional, baik di sekala daerah maupun nasional. Kemudian para pegiat noken tradisional, harus diberikan surat keputusan sehingga pekerjaan ini terstruktur dan progres tiap tahun bisa diukur.
JAYAPURA – Sejak ditetapkannya pada, 4 Desember 2012 silam oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris, noken kini menjadi warisan dunia tak benda (intangible object) dan menjadi pusat perhatian dunia. Dalam memperingati hari noken sedunia, Guru besar Ilmu Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Cenderawasih (Uncen) Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos berpendapat, Hari Noken Sedunia bukan hanya sekadar mengingatkan masyarakat pada kekayaan budaya tanah Papua.
Tak kalah penting noken mengukuhkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam noken. Selain itu juga, hari noken menurut guru besar itu juga menjadi momen refleksi tentang bagaimana warisan ini menginspirasi perubahan positif, terutama bagi pemberdayaan masyarakat Papua.
Namun disatu sisi, Prof Fredrik mempertanyakan kepada pemerintah seperti provinsi Papua mengenai Peraturan daerah (Perda) tentang n8oken?. Jika ada, berharap segera disosialisasikan dan ditetapkan sebagai hari monumental sehingga dapat menjadi hari noken Nasional.
Prof. Dr. Fredrik F. Sokoy, S.Sos, M.Sos
“Perda tentang Noken jika sudah ada, maka harus disosialisasi dan ditetapkan. Sehingga hari Noken ini dapat di peringati secara nasional. Dimulai dari pemimpin kita, Gubernur, DPR, apalagi MRP serta tokoh adat, perempuan dan pemuda harus berjuang keras dalam melestarikan warisan dunia ini (Noken) tetap terjaga,” kata Prof Fredrik kepada Cenderawasih Pos, Rabu (3/12).
Untuk lebih kenal ditingkat nasional profesor berharap pemerintah harus membuat pameran noken tradisional, baik di sekala daerah maupun nasional. Kemudian para pegiat noken tradisional, harus diberikan surat keputusan sehingga pekerjaan ini terstruktur dan progres tiap tahun bisa diukur.