Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Selamat Jalan Pejuang Rakyat

TIMIKA – Jenazah tokoh besar Papua yang berasal dari Suku Amungme Mimika, Thomas Beanal telah dikebumikan pada Sabtu (3/6/2023) di tempat pemakaman keluarga yang berada di Mile 32, Distrik Kuala Kencana.

Ribuan masyarakat turut mengantarkan dan mengikuti prosesi pemakaman. Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas bersama para petinggi PTFI, Ketua DPRD Mimika, Anton Bukaleng bersama anggota DPRD lainnya, tokoh masyarakat, tokoh agama juga turut serta dalam prosesi pemakaman.

Prosesi diawali dengan doa singkat di Kapela Keuskupan Timika sekitar pukul 10.00 WIT. Selanjutnya jenazah diarak oleh masyarakat ke Gereja Katedral Tiga Raja dengan berjalan kaki namun jenazah tetap dibawa menggunakan mobil jenazah yang sudah disediakan.

Tiba di Gereja Katedral Tiga Raja, dilakukan misa requem yang dipimpin oleh Administrator Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo, Pr bersama beberapa imam lainnya. Usai misa, jenazah dibawa ke Mile 32 untuk dimakamkan. Tapi tidak lagi diarak karena telah disiapkan puluhan bus. Pengamanan ketat dilakukan di beberapa titik untuk mengantisipasi adanya gangguan.

Wajar jika, ribuan masyarakat hadir untuk memberikan penghoramatan kepada tokoh yang mendapat gelar Torei Negel/Menagawan ini. Berdasarkan riwayat hidup yang dibacakan, Thom Beanal terlibat aktif dalam berbagai organisasi.

  Salah satu peninggalan Thom Beanal yang paling dirasakan oleh dua suku besar Mimika yaitu perjuangan dan keterlibatannya dalam Januari Agreement Tahun 1974 antara PT Freeport Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kabupaten Fakfak dan masyarakat Amungme. Dalam memperjuangkan hak masyarakat adat, Thom Beanal melakukannya bersama Tuarek Natkime dan Kostan Anggaibak.

Baca Juga :  Jajaki Bank Papua dan PTFI, Persipura Bakal TC di Timika

Pada Tahun 1977-1979, Thom Beanal juga menjadi anggota tim pastoral Keuskupan Jayapura dan ditugaskan sebagai pastor Paroki Hepuba, Lembah Baliem. Kemudian jadi tim pastoral Pegunungan Bintang Tahun 1979-1981, tim pastoral Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire Tahun 1981-1991. Pastor Paroki Emanuel Mapurujaya Tahun 1991-1993.

Thom Beanal juga mendirikan Yayasan Lorentz pada Tahun 1991. Ketika melihat situasi masyarakat Amungme dan Kamoro pada masa itu, ia memutuskan mengundurkan diri sebagai petugas pastoral Keuskupan Jayapura dan fokus pada pengembangan masyarakat adat Amungme. Tahun 1994 ia menjadi salah satu dari pendiri Lembaga Masyarakat Adat Amungme (LEMASA).

Keaktifannya dalam menyuarakan persoalan di tengah masyarakat menjadikannya sebagai salah satu Anggota Dewan Presidium Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Tahun 1994. Jadi anggota tim penyiapan laporan pelanggaran HAM Papua di Hoya, Agandi, Bela Alama di Tahun 1995.

Thom Beanal juga pernah menggugat PT Freeport Indonesia soal pencemaran lingkungan hidup di Pengadilan New Orleans pada Tahun 1996. Penggagas dana satu persen dari PTFI untuk masyarakat dua suku dan lima suku kekerabatan pada Tahun 1996.

Pendiri Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya pada Tahun 1998. Pendiri Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (ELSHAM) Papua pada Tahun 1998. Ketua Tim 100 Jumpa Presiden BJ Habibi di Istana Merdeka Tahun 1999. Wakil Ketua Presidium Dewan Papua Tahun 2000. Ketua Dewan Adat Papua Tahun 2001. Komisaris PT Freeport Indonesia Tahun 2000-2018.

Melihat riwayat dan perjuangan Thom Beanal, Piet Magal mewakili keluarga mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten Mimika mengabadikan nama Thom Beanal sebagai salah satu nama jalan di Kota Timika serta mendirikan patung perunggu sebagai bentuk penghargaan.

Baca Juga :  Warga Mimika Timur Beri 4 Catatan untuk PT Freeport

Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM menyatakan Alm Thom beanal memiliki karya dan karsa yang sangat besar untuk Kabupaten Mimika bahkan Papua umumnya baik sebagai guru, tokoh agama, pejuang keadilan dan kemanusiaan. “Mimika yang dulu gelap gulita dan masih belantara sekarang bisa berkembang dan beliau terlibat dalam pembangunan. Perjuangkan hak masyarakat dan bisa dinikmati hingga saat ini,” ujarnya.(ryu/wen)

Biodata Singkat:

Nama : Thom Beanal

TTL : Tsinga, 11 Juli 1947

Status: Menikah

Anak : 5 orang anak  (Lidia Natalia Beanal (Alm), Mery Theodora Beanal (Alm), Florentinus Beanal, Valian Vincensius Beanal dan Odiseus Beanal)

Cucu : 14 cucu.

Pendidikan:

– VolkSchool Fakfak Tahun 1953-1954

– Sekolah Pertukangan di Kokonao 1955. – VolkSchool di Kokonao Tahun 1956-1959

– PMS St Paulus Abepura Jayapura Tahun 1960.

– Opleiding Dorp Ondewijs Fakfak Tahun 1961.

– Sekolah Guru Bawah (SGB) Kokonao Tahun 1962

– SGB Nabire Tahun 1963, SGB Biak Tahun 1963-1965.

– Akademi Teologi Katolik Abepura ( STFT Fajar Timur) Abepura Jayapura Tahun 1969-1972

– Studi pada South East Asia Rural Leadership Institute di Cigayan de Oro City, Mindanao Philipines Tahun 1981-1982.

Pekerjaan:

– Menjadi guru di Lembah Baliem Wamena sebagai pendamping Wenewolok Tahun 1965-1969.

– Guru di SD YPPK Modio Tahun 1969.

– Anggota DPRD Kabupaten Fakfak perwakilan Agimuga Tahun 1972-1977.

TIMIKA – Jenazah tokoh besar Papua yang berasal dari Suku Amungme Mimika, Thomas Beanal telah dikebumikan pada Sabtu (3/6/2023) di tempat pemakaman keluarga yang berada di Mile 32, Distrik Kuala Kencana.

Ribuan masyarakat turut mengantarkan dan mengikuti prosesi pemakaman. Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas bersama para petinggi PTFI, Ketua DPRD Mimika, Anton Bukaleng bersama anggota DPRD lainnya, tokoh masyarakat, tokoh agama juga turut serta dalam prosesi pemakaman.

Prosesi diawali dengan doa singkat di Kapela Keuskupan Timika sekitar pukul 10.00 WIT. Selanjutnya jenazah diarak oleh masyarakat ke Gereja Katedral Tiga Raja dengan berjalan kaki namun jenazah tetap dibawa menggunakan mobil jenazah yang sudah disediakan.

Tiba di Gereja Katedral Tiga Raja, dilakukan misa requem yang dipimpin oleh Administrator Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo, Pr bersama beberapa imam lainnya. Usai misa, jenazah dibawa ke Mile 32 untuk dimakamkan. Tapi tidak lagi diarak karena telah disiapkan puluhan bus. Pengamanan ketat dilakukan di beberapa titik untuk mengantisipasi adanya gangguan.

Wajar jika, ribuan masyarakat hadir untuk memberikan penghoramatan kepada tokoh yang mendapat gelar Torei Negel/Menagawan ini. Berdasarkan riwayat hidup yang dibacakan, Thom Beanal terlibat aktif dalam berbagai organisasi.

  Salah satu peninggalan Thom Beanal yang paling dirasakan oleh dua suku besar Mimika yaitu perjuangan dan keterlibatannya dalam Januari Agreement Tahun 1974 antara PT Freeport Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kabupaten Fakfak dan masyarakat Amungme. Dalam memperjuangkan hak masyarakat adat, Thom Beanal melakukannya bersama Tuarek Natkime dan Kostan Anggaibak.

Baca Juga :  Jajaki Bank Papua dan PTFI, Persipura Bakal TC di Timika

Pada Tahun 1977-1979, Thom Beanal juga menjadi anggota tim pastoral Keuskupan Jayapura dan ditugaskan sebagai pastor Paroki Hepuba, Lembah Baliem. Kemudian jadi tim pastoral Pegunungan Bintang Tahun 1979-1981, tim pastoral Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire Tahun 1981-1991. Pastor Paroki Emanuel Mapurujaya Tahun 1991-1993.

Thom Beanal juga mendirikan Yayasan Lorentz pada Tahun 1991. Ketika melihat situasi masyarakat Amungme dan Kamoro pada masa itu, ia memutuskan mengundurkan diri sebagai petugas pastoral Keuskupan Jayapura dan fokus pada pengembangan masyarakat adat Amungme. Tahun 1994 ia menjadi salah satu dari pendiri Lembaga Masyarakat Adat Amungme (LEMASA).

Keaktifannya dalam menyuarakan persoalan di tengah masyarakat menjadikannya sebagai salah satu Anggota Dewan Presidium Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Tahun 1994. Jadi anggota tim penyiapan laporan pelanggaran HAM Papua di Hoya, Agandi, Bela Alama di Tahun 1995.

Thom Beanal juga pernah menggugat PT Freeport Indonesia soal pencemaran lingkungan hidup di Pengadilan New Orleans pada Tahun 1996. Penggagas dana satu persen dari PTFI untuk masyarakat dua suku dan lima suku kekerabatan pada Tahun 1996.

Pendiri Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya pada Tahun 1998. Pendiri Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (ELSHAM) Papua pada Tahun 1998. Ketua Tim 100 Jumpa Presiden BJ Habibi di Istana Merdeka Tahun 1999. Wakil Ketua Presidium Dewan Papua Tahun 2000. Ketua Dewan Adat Papua Tahun 2001. Komisaris PT Freeport Indonesia Tahun 2000-2018.

Melihat riwayat dan perjuangan Thom Beanal, Piet Magal mewakili keluarga mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten Mimika mengabadikan nama Thom Beanal sebagai salah satu nama jalan di Kota Timika serta mendirikan patung perunggu sebagai bentuk penghargaan.

Baca Juga :  Realisasi Program Pemkab Mimika Masih Rendah

Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, SSos MM menyatakan Alm Thom beanal memiliki karya dan karsa yang sangat besar untuk Kabupaten Mimika bahkan Papua umumnya baik sebagai guru, tokoh agama, pejuang keadilan dan kemanusiaan. “Mimika yang dulu gelap gulita dan masih belantara sekarang bisa berkembang dan beliau terlibat dalam pembangunan. Perjuangkan hak masyarakat dan bisa dinikmati hingga saat ini,” ujarnya.(ryu/wen)

Biodata Singkat:

Nama : Thom Beanal

TTL : Tsinga, 11 Juli 1947

Status: Menikah

Anak : 5 orang anak  (Lidia Natalia Beanal (Alm), Mery Theodora Beanal (Alm), Florentinus Beanal, Valian Vincensius Beanal dan Odiseus Beanal)

Cucu : 14 cucu.

Pendidikan:

– VolkSchool Fakfak Tahun 1953-1954

– Sekolah Pertukangan di Kokonao 1955. – VolkSchool di Kokonao Tahun 1956-1959

– PMS St Paulus Abepura Jayapura Tahun 1960.

– Opleiding Dorp Ondewijs Fakfak Tahun 1961.

– Sekolah Guru Bawah (SGB) Kokonao Tahun 1962

– SGB Nabire Tahun 1963, SGB Biak Tahun 1963-1965.

– Akademi Teologi Katolik Abepura ( STFT Fajar Timur) Abepura Jayapura Tahun 1969-1972

– Studi pada South East Asia Rural Leadership Institute di Cigayan de Oro City, Mindanao Philipines Tahun 1981-1982.

Pekerjaan:

– Menjadi guru di Lembah Baliem Wamena sebagai pendamping Wenewolok Tahun 1965-1969.

– Guru di SD YPPK Modio Tahun 1969.

– Anggota DPRD Kabupaten Fakfak perwakilan Agimuga Tahun 1972-1977.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya